Penampilan menjadi salah satu alasan pemilih menentukan politikus yang ikut pemilihan umum. Hal ini juga kemungkinan dapat menjelaskan mengapa politikus Indonesia yang berpenampilan menarik lolos ke Parlemen di Senayan,
Oleh
Subur Tjahjono
·3 menit baca
Penampilan menjadi salah satu alasan pemilih menentukan politikus yang ikut pemilihan umum, selain afiliasi partai politik kandidat. Penelitian terhadap pemilu di Jerman dan Amerika Serikat membuktikannya. Hal ini juga kemungkinan dapat menjelaskan mengapa politikus Indonesia yang berpenampilan menarik lolos ke Parlemen di Senayan, Jakarta.
Penelitian itu berjudul ”Catwalk Menuju Kongres? Efek Berbasis Penampilan dalam Pemilihan untuk Dewan Perwakilan Rakyat AS 2016”. Penelitian dimuat dalam jurnal American Politics Research yang juga dipublikasikan Science Daily 15 Oktober 2019.
Penelitian dilakukan oleh Sebastian Jäckle dan Thomas Metz dari Departemen Ilmu Politik Universitas Freiburg, Jerman, serta ilmuwan politik dari Universitas Teknik Kaiserslautern, Jerman, Georg Wenzelburger dan Pascal König. Selain penelitian tentang Pemilu Parlemen AS, mereka juga meneliti Pemilu Parlemen Jerman, Bundestag, tahun 2017.
Untuk mengumpulkan data mereka, kedua studi menggunakan survei daring di mana peserta disajikan dengan 30 pasang kandidat yang telah bersaing satu sama lain di daerah pemilihan nyata sebelumnya. Di bawah tekanan waktu, para peserta harus menyatakan secara intuitif siapa dari dua kandidat yang mereka anggap lebih menarik, kompeten, dan disukai.
”Kedua studi menarik sampel yang jauh lebih besar dan lebih beragam, masing-masing 700 orang (di Jerman) dan 5.400 orang (di AS),” tutur Jäckle, seperti dikutip Science Daily.
Dalam laporan penelitian mereka disebutkan, penelitian empiris tentang pentingnya penampilan itu diteliti oleh Dion, Berscheid, dan Walster tahun 1972. Mereka adalah orang pertama yang menunjukkan secara empiris bahwa orang-orang cantik itu ”diasumsikan memiliki sifat kepribadian yang lebih diinginkan secara sosial dan diharapkan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik”.
Sejak itu, penelitian tentang penampilan seseorang itu ramai dilakukan. Dalam bidang ilmu politik, beberapa penelitian mengonfirmasi efek daya tarik fisik terhadap kemungkinan terpilih. Efrain dan Patterson tahun 1974 menemukan korelasi yang signifikan antara peringkat kecantikan kandidat dan suara mereka dalam pemilihan federal Kanada.
Dalam studi pertama mereka yang diterbitkan dalam jurnal Zeitschrift für Parlamentsfragen, para ilmuwan membuktikan bahwa kandidat langsung dalam pemilihan Bundestag 2017 diuntungkan dari penampilan yang menarik serta penampilan yang kompeten dalam foto.
Secara nyata, model ini menunjukkan bahwa seorang individu yang dinilai lebih menarik daripada pesaing lokal langsungnya oleh semua peserta dalam penelitian ini dapat memperoleh keuntungan 3,8 poin persentase.
Mengenakan kacamata atau perhiasan, gaya rambut atau riasan tertentu, dan menggunakan seorang fotografer profesional untuk kampanye pemilihan bisa bermanfaat.
Studi kedua melihat masalah yang sama selama pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat AS. ”Pengaruh penampilan lebih ekstrem di AS karena personalisasi kuat kehidupan politik. Penampilan memengaruhi pilihan calon Kongres jauh lebih parah: hingga 11 poin persentase dapat diperoleh hanya karena penampilan saja,” kata Jäckle.
Ilmuwan politik sepenuhnya percaya bahwa hasil penelitian ini memiliki relevansi praktis karena relatif mudah untuk memengaruhi daya tarik dan penilaian kompetensi dengan mengubah penampilan seseorang.
”Misalnya, mengenakan kacamata atau perhiasan, gaya rambut atau riasan tertentu, dan menggunakan seorang fotografer profesional untuk kampanye pemilihan bisa bermanfaat. Ini saja dapat membantu untuk mendapatkan satu atau dua poin persentase tambahan di beberapa daerah pemilihan, yang tentunya dapat membuat perbedaan antara menang dan kalah,” ujar Jäckle.
Penelitian tentang penampilan politikus ini juga pernah dilakukan tim Universitas Helsinki, Finlandia, yaitu Niclas Berggren, Henrik Jordahl, dan Panu Poutvaara. Penelitian mereka berjudul ”Tampilan yang tepat: Politisi Konservatif Terlihat Lebih Baik dan Pemilih Menghargainya” dimuat dalam Journal of Public Economics edisi Februari 2017.
”Hasil penelitian saya sesuai dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa efek penampilan menarik dua kali lebih besar bagi politisi di aliran kanan dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di aliran kiri,” kata Lönnqvist, seperti dikutip Science Daily, 20 Maret 2017.
Secara keseluruhan, daya tarik fisik memiliki efek positif pada kesuksesan seseorang dan dikaitkan dengan kualitas positif. Orang yang menarik mendapat lebih banyak uang, diperlakukan lebih baik, mencapai status sosial yang lebih tinggi dan lebih bahagia.