Pelatih tim nasional Spanyol, Robert Moreno, masih punya banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan jika ingin tampil perkasa di Piala Eropa 2020. Beberapa kelemahan tim sudah terungkap di Solna, Swedia.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
SOLNA, SELASA — Spanyol akhirnya bisa memastikan tiket ke babak utama Piala Eropa 2020 setelah menahan imbang Swedia, 1-1, di Stadion Friends Arena, Solna, Rabu (16/10/2019) dini hari WIB. Meski tiket sudah ada di genggaman, laga ini memperlihatkan bahwa tim ”La Furia Roja” masih belum siap bersaing dengan tim-tim elite lainnya di Piala Eropa mendatang.
Spanyol bahkan sampai harus berkeringat dingin ketika Swedia unggul lebih dulu melalui gol Marcus Berg pada menit ke-50. Ketakutan bahwa tiket Piala Eropa bakal melayang lagi seperti pada laga kontra Norwegia kembali menghantui pemain Spanyol. Pada Minggu (13/10/2019), Spanyol batal mendapatkan tiket itu lebih cepat setelah ditahan imbang Norwegia, 1-1.
Sebanyak 49.000 penonton di Solna sebenarnya sudah bersiap merayakan kemenangan ketika waktu normal 90 menit telah berlalu. Namun, para pendukung tim tuan rumah terdiam begitu penyerang Spanyol, Rodrigo, menyamakan kedudukan pada menit ke-90+4. Hasil imbang yang berbuah 1 poin sudah cukup untuk mengamankan posisi Spanyol di Grup F ajang Kualifikasi Piala Eropa 2020 itu. Spanyol kini memuncaki grup.
Dengan perolehan 20 poin dan menyisakan dua laga lagi, Spanyol sudah bisa finis minimal di peringkat dua grup. Mereka tinggal menghadapi tim yang sudah tereliminasi, Malta dan Romania, yang kini berada di peringkat ketiga dengan 14 poin. Sementara Swedia berada di peringkat kedua dengan 15 poin. Oleh karena itu, duel antara Romania dan Swedia pada pertengahan mendatang merupakan laga krusial untuk memperebutkan satu tiket lagi dari grup ini.
Pelatih Spanyol Robert Moreno mengakui timnya merasakan tekanan yang begitu besar ketika menghadapi Swedia yang merupakan lawan terkuat mereka. Spanyol tidak pernah melupakan bahwa Swedia merupakan tim yang membuat Italia gagal tampil di Piala Dunia Rusia 2018. Swedia melenggang ke Rusia dan melaju hingga babak perempat final.
Moreno lega karena mereka tidak bernasib seperti Italia. ”Kami mendapat lawan yang sangat kuat, tetapi kami bisa memperbaiki apa yang perlu diperbaiki. Senang rasanya bisa melepas sedikit beban,” katanya.
Pekerjaan rumah
Meski demikian, beban yang dipikul Moreno masih sangat berat karena La Furia Roja belum menemukan keseimbangan. Surat kabar Marca merangkum setidaknya ada tiga permasalahan besar yang masih harus diselesaikan Moreno, yaitu memperkuat daya gebrak di lini depan, menemukan komposisi 11 pemain inti yang tepat, dan memperkuat lini pertahanan.
Spanyol masih butuh sosok yang memiliki ketajaman menyerang. Di Solna, mereka bisa menguasai bola hingga 74 persen dan melakukan total 15 tembakan, tetapi baru bisa membobol gawang Swedia pada menit-menit akhir.
Pencarian pemain yang tepat di skuad ini tetap menjadi persoalan besar sejak Spanyol masih dilatih Luis Enrique hingga kini dipegang Moreno. Semasa era Enrique hingga Moreno atau sejak September 2018, Spanyol telah menggunakan 49 pemain yang berbeda. Di Solna, giliran Gerard Moreno yang menjalani debutnya sebagai penyerang. ”Saya memimpikan ini sejak masih kecil,” ujarnya.
Komposisi pemain yang pas di lini belakang pun belum ditemukan. Moreno masih harus mencari partner yang pas bagi bek Sergio Ramos sejak Gerard Pique pensiun dari timnas. Beberapa bek, seperti Diego Llorente, Inigo Martinez, Raul Albiol, Mario Hermoso, dan Unai Nunez, sudah dijajal dan Moreno belum puas.
Bahkan, penentuan kiper utama masih menjadi dilema. Moreno masih bingung memilih David De Gea atau Kepa Arrizabalaga. Pada laga kontra Swedia, Moreno memilih De Gea dan justru cemas. Kiper Manchester United itu mengalami cedera di tengah laga dan kemudian diganti Kepa. Tidak hanya Moreno yang cemas, MU lebih cemas lagi karena akhir pekan nanti mereka akan menghadapi Liverpool di Liga Inggris.
Rekor Mancini
Pada laga lainnya, Italia terus terbang tinggi dengan mengalahkan Liechtenstein, 5-0. Ini merupakan kemenangan beruntun kedelapan bagi tim ”Azzurri” di Grup J sekaligus sejarah baru bagi Pelatih Italia Roberto Mancini. Sejak mengalahkan Amerika Serikat, 1-0, dalam laga persahabatan pada November 2018, Italia di tangan Mancini meraih 9 kemenangan beruntun.
Mancini kini menyamai rekor pelatih Italia era Vittorio Pozzo pada 1938-1939. Italia di era Pozzo waktu itu berturut-turut menang atas Belgia, Yugoslavia, Norwegia, Perancis (dua kali), Brasil, Hongaria, Swiss, dan Jerman. Pozzo merupakan pelatih Italia tersukses yang mampu mempersembahkan dua gelar juara Piala Dunia pada 1934 dan 1938.
”Menyamai rekor (kemenangan) Pozzo sangat menyenangkan. Namun, saya sebenarnya lebih senang bisa menyamai rekornya di piala dunia,” kata Mancini dikutip Football-Italia. Piala Dunia Qatar 2022 setidaknya menjadi pembuktian Mancini selanjutnya. (AP/AFP/REUTERS)