Macron dan Merkel Satukan Pandangan Jelang Pertemuan Puncak Uni Eropa
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengadakan pembicaraan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel untuk kedua kalinya dalam seminggu untuk memetakan isu-isu krusial yang berkembang, seperti Brexit dan dinamika di Suriah.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
PARIS, KAMIS — Presiden Perancis Emmanuel Macron mengadakan pembicaraan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel untuk kedua kalinya dalam seminggu untuk memetakan isu-isu krusial yang berkembang, seperti Brexit dan dinamika di Suriah, sebelum pertemuan puncak Uni Eropa, Rabu (16/10/2019), atau sehari sebelum pertemuan puncak Uni Eropa digelar.
Macron, yang masih kesal karena jagoannya dalam pemilihan ketua Komisi Eropa, Sylvie Goulard, gagal dalam pemilihan, hadir dalam pertemuan puncak dua hari di Brussels mulai Kamis (17/10/2019) ini. Suara penolakan oleh anggota parlemen Eropa terhadap Goulard, yang diselidiki dalam dugaan penipuan lowongan kerja asisten parlemen, menjadi pukul bagi Macron yang memperluas pengaruhnya di Brussels.
Macron dan Merkel bersama para menterinya bertemu di Kota Toulouse untuk membahas proyek-proyek di Eropa yang diperjuangkan Macron. Sebelum memulai pembicaraan, kedua pemimpin akan mengunjungi kantor pusat perusahaan pembuat pesawat, Airbus, salah satu simbol kerja sama Eropa.
Sejak menandatangani perjanjian pada Januari 2019, Perancis dan Jerman negara telah berkomitmen untuk memperluas kerja sama di bidang kebijakan luar negeri, pertahanan, dan energi. Macron yang sangat pro-Uni Eropa diperkirakan akan memanfaatkan pertemuan tingkat menteri di Toulouse untuk menekan Jerman agar menjalin kerja sama yang lebih erat dalam pertahanan dan industri.
Merkel mengatakan, kedua negara akan membahas rencana bersama untuk mengembangkan tank tempur Eropa dan jet tempur. Dalam video podcast, Merkel mengatakan bahwa dirinya dan Macron ingin tiba di Brussels dengan ”sejauh mungkin dalam posisi yang sama”.
Setelah makan malam dengan Merkel di Paris Minggu (13/10/2019), Macron memperingatkan bahwa Eropa tidak ”bisa menyelesaikan perselisihan kecil” yang terjadi di saat yang menurut dia ”mengkhawatirkan” untuk ketertiban dunia.
Sumber di kantor kepresidenan Perancis menyatakan, Paris dan Berlin juga akan berupaya mengembangkan aturan bersama dalam ekspor senjata yang selama ini menjadi biang pertikaian kedua negara.
Seorang penasihat Presiden Perancis yang mendukung kerja sama Franco-German mengatakan bahwa meski selama ini hubungan kedua negara selalu ”diuji”, pada akhirnya ”selalu bisa bergerak maju pada topik-topik penting”.
Macron dan Merkel juga diperkirakan akan membahas susunan Komisi Eropa yang akan datang setelah Goulard dan kandidat lain dari Hongaria dan Romania tidak terpilih. Namun, penasihat presiden Perancis menyatakan bahwa Macron tidak akan akan mengumumkan kandidat baru hingga ia yakin mendapat dukungan mayoritas di Parlemen Eropa.
Momentum Brexit
Serangan Turki ke utara Suriah dan perkembangan terbaru Uni Eropa dan Inggris yang membahas kesepakatan Brexit juga kemungkinan akan masuk agenda pembicaraan Macron dan Merkel di Toulouse, selain isu-isu terkait Pertemuan Puncak Uni Eropa di Brussels.
Para pemimpin Eropa mengecam keras operasi militer Turki terhadap pasukan Kurdi yang telah berkontribusi menyingkirkan kelompok militan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) pada awal tahun 2019.
Inggris, Perancis, dan Jerman telah menunda penjualan senjata ke Ankara. Akan tetapi, menteri-menteri luar negeri Uni Eropa berhenti memaksakan pemberlakuan embargo senjata kepada Turki yang juga sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Drian mengatakan kepada parlemen, Selasa (15/10/2019), bahwa keputusan Amerika Serikat menarik pasukannya di Suriah utara dilihat sebagai lampu hijau bagi Turki untuk menyerang. Drian juga menggarisbawahi perlnya ”kedaulatan Eropa” dan ”otonomi strategis Eropa”.
Sebaliknya, dalam isu Brexit, muncul optimisme yang hati-hati di Paris. Seorang penasihat presiden Perancis menyambut ”momentum positif” dalam pembahasan kesepakatan antara Uni Eropa dengan Inggris. (AFP/AP)