Mengenang August Parengkuan, Dubes ”Dandy” dan Wartawan Pekerja Keras
Berpulangnya August Parengkuan, mantan Dubes RI untuk Italia yang juga mantan wartawan harian Kompas, meninggalkan dukacita mendalam bagi keluarga, teman, dan rekan kerjanya.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berpulangnya August Parengkuan, mantan Dubes RI untuk Italia yang juga mantan wartawan harian Kompas, meninggalkan dukacita mendalam bagi keluarga, teman, dan rekan kerjanya. Tidak hanya memiliki karier yang unggul di bidang politik luar negeri, August juga dikenal sebagai sosok yang memperjuangkan kebebasan pers di masa Orde Baru.
August meninggal di usia 76 tahun pada Kamis (17/10/2019) pukul 05.50 di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan. Kabar itu cukup mengagetkan karena keluarga tidak melihat August sebelumnya mengalami gangguan penyakit yang parah. Ia disemayamkan di Rumah Duka Sentosa, Jakarta Pusat, selama empat hari dan akan dimakamkan di San Diego Hills Memorial Park pada Senin (21/10/2019).
Pada hari pertama August disemayamkan, berbagai kalangan datang ke rumah duka, termasuk Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono, Ketua Partai Nasdem Surya Paloh, serta jajaran pimpinan dan wartawan senior harian Kompas.
Retno mengenang August sebagai sosok pekerja keras yang melakukan tugasnya dengan sepenuh hati. Hal tersebut ia rasakan ketika mengunjungi KBRI Roma pada saat August masih menjabat Dubes RI untuk Italia periode 2012-2017.
”Suasana di KBRI Roma sangat bagus. Ketika jadi dubes, beliau bisa menjalankan tugasnya dengan baik karena dilakukan dengan hati dan kerja keras,” kata Retno.
Bagi Fachir, August memiliki bakat yang baik dalam berdiplomasi. Selain memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas berkat pengalamannya sebagai wartawan, August juga pandai bergaul dan berpenampilan menarik.
”Orangnya sangat friendly dan dandy. Saya selalu terkesan dengan penampilan beliau. Kadang, kita tidak perlu orang yang hebat dan pintar, tetapi correct dan gaul,” ujar Fachir.
Kebebasan pers
Tidak hanya di bidang diplomasi, August juga dikenal sebagai sosok yang giat memperjuangkan kebebasan pers di saat kebebasan berekspresi itu masih dibatasi. Hendropriyono menceritakan, pada 1990-an, ada grup wartawan dan editor di bawah Badan Intelijen Strategis yang bertugas menangani informasi hoaks. Keberadaan tim untuk menyaring informasi sambil membangun dan menjaga kebebasan pers.
”Kita bikin satu tim. Editor\'s Club namanya. Tugasnya kalau dalam bahasa sekarang adalah meng-counter hoaks. Beliau (August) pelopor sistem penyaringan berita ini. Dulu kebebasan pers diperjuangkan dengan adanya sistem penyaringan info sehingga tidak sembarangan. Ini jasa terbesarnya (August) bagi Indonesia,” tutur Hendropriyono.
Pak August minta ke Jokowi untuk sebisa mungkin mengenakan baju Nusantara. Kalau suka pakai baju biasa, biarkanlah seperti itu. Santai seperti Bung Karno. Jika sekarang Jokowi senang mengenakan baju tradisional, itu atas usulan dari Pak August.
Wartawan harian Kompas, Sonya Helen Sinombor, juga mengenang August sebagai sosok yang sangat peduli kepada negaranya. Ia menceritakan, menjelang Presiden Joko Widodo dilantik pada 2014, August beserta wartawan senior harian Kompas, Rikard Bagun, mengunjungi Jokowi di Istana Negara. August salah satunya mengusulkan agar Jokowi terus menjaga sifatnya yang santun dan merakyat.
”Pak August minta ke Jokowi sebisa mungkin mengenakan baju Nusantara. Kalau suka pakai baju biasa, biarkanlah seperti itu. Santai seperti Bung Karno. Jika sekarang Jokowi senang mengenakan baju tradisional, itu atas usulan dari Pak August,” kata Sonya.
Papa idola
Legasi August tidak hanya dirasakan rekan kerjanya, tetapi juga keluarganya. Mereka mengenangnya sebagai kepala keluarga yang hangat dan selalu menyediakan waktu pada akhir pekan untuk keluarga.
”Papa orangnya baik sekali. Saya enggak pernah kepikiran dicuekin. Saat Sabtu-Minggu, setelah pulang kerja, papa selalu ajak kami makan dan main ke luar. Jadi, benar-benar papa yang luar biasa,” kata Atika Gadis Parengkuan, salah satu anak perempuan August.
Kerja keras August saat bekerja sebagai wartawan pun mendorong Gadis turut bekerja di bidang jurnalisme. Ia bekerja sebagai reporter di TVRI dan Liputan 6 SCTV selama total lima tahun.
”Saya benar-benar sungguh berterima kasih kepada beliau karena selalu mendukung saya dalam apa pun yang saya buat. Saya lihat papa saya seumur hidup saya selalu kerja keras, tanpa lupa meluangkan waktu untuk keluarga pada akhir pekan. Papa saya benar-benar idola saya,” kata Gadis.