Badan Pusat Statistik merilis Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) 2019. Diukur dari tujuh jenis pelayanan, pelaksanaan ibadah haji pada 2019 masuk dalam kategori sangat memuaskan.
Oleh
Fajar Ramadhan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Diukur dari tujuh jenis pelayanan, pelaksanaan ibadah haji pada 2019 masuk dalam kategori sangat memuaskan. Ke depan, pemerintah akan fokus untuk meningkatkan kualitas manasik agar substansi dari ibadah haji tersebut juga bisa terpenuhi bagi jemaah.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) 2019 di Jakarta pada Kamis (17/10/2019). Adapun pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara membagikan kuesioner, wawancara, dan observasi. Sampel yang digunakan 14.400 jemaah haji 2019 atau sekitar 6,2 persen dari total jemaah yang berjumlah 231.000 orang.
Secara umum, tingkat kepuasan jemaah haji pada 2019 mencapai 85,91 atau masuk dalam kategori sangat memuaskan. Angka tersebut meningkat 0,68 poin dibandingkan dengan indeks kepuasan pada 2018. Torehan tahun ini juga menjadi yang tertinggi sejak 2010.
Peluncuran indeks tersebut dihadiri secara langsung oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Menurut dia, dengan pencapaian tersebut, pelaksanaan haji tahun depan akan fokus untuk peningkatan kualitas pembinaan manasik haji. Sebab, hal-hal teknis yang menyangkut dengan konsumsi, akomodasi, transportasi, atau kesehatan sudah sangat memuaskan.
”Kami ingin para jemaah tidak hanya puas secara fisik, tapi pemahaman tentang keagamaannya juga semakin luas dan mendalam,” katanya.
Lukman menambahkan, manasik haji seyogianya bukan sekadar melatih tentang tata cara ibadah haji secara fisik, melainkan juga diajarkan mengenai substansi, filosofi, dan hikmah haji tersebut. Dengan begitu, diharapkan para jemaah bisa mencapai kemabruran dalam ibadah haji.
IKJHI dinilai berdasarkan tujuh jenis pelayanan, mulai dari pelayanan ibadah, petugas, akomodasi, hingga makanan. Untuk indeks pelayanan ibadah terjadi peningkatan dari 87,12 menjadi 87,77 dibandingkan dengan tahun lalu. Perubahan paling kentara yakni terkait kecepatan menanggapi permasalahan jemaah haji selama ibadah berlangsung.
Kendati demikian, terjadi penurunan pada pelayanan petugas haji dari 87,69 menjadi 87,66. Penurunan yang paling dirasakan adalah terkait kemampuan ketua regu dan ketua rombongan dalam memberikan pelayanan. Selain itu, untuk pelayanan akomodasi, para jemaah mengeluhkan tentang fasilitas seperti air dan MCK pada tenda di Arafah atau Mina.
”Pelayanan yang ada di Arafah dan Mina menjadi kewenangan Pemerintah Arab Saudi. Kita sedang mengupayakan agar tahun depan kloter-kloter yang hotelnya berdekatan dengan Mina tidak perlu menggunakan tenda,” ujar Lukman.
Empat daerah
Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia juga dibagi ke dalam empat daerah kerja, yakni Bandara, Mekkah, Madinah, serta Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Kepuasan di Madinah meningkat paling signifikan dari 85,73 menjadi 86,44. Hal yang sama terjadi di Mekkah.
”Tahun lalu, para jemaah banyak yang mengeluhkan antrean lama untuk masuk hotel di Madinah. Pada tahun ini, hal itu tidak terjadi. Kepuasan di Mekkah tidak lain karena kebijakan zonasi,” kata Kepala BPS Suhariyanto.
Penurunan kepuasan jemaah justru dirasakan di bandara, yakni dari 89,01 menjadi 87,94. Suhariyanto mencermati dua alasan. Pertama, para jemaah mengeluhkan kesopanan sopir bus saat berhadapan dengan mereka. Kedua, mereka juga mengeluhkan terkait waktu yang singkat saat berada di bandara.
Kemenag memang menerapkan program fast track untuk pelaksanaan haji 2019 guna mempercepat proses keimigrasian. Ternyata, program tersebut justru dikeluhkan oleh jemaah lantaran waktu istirahat mereka yang singkat seusai melakukan penerbangan jauh.
Kendati demikian, indeks kepuasan jemaah secara umum masih menempatkan bandara sebagai lokasi yang pelayanannya paling memuaskan dibandingkan dengan tiga daerah kerja lainnya dengan torehan 87,94. Indeks kepuasan di Armuzna menjadi yang terendah dengan 82,57.
Pelayanan ketua regu
Berdasarkan hasil IKJHI, Suharyanto merumuskan sejumlah saran yang dihimpun dari para jemaah, antara lain meningkatkan kemampuan pelayanan ketua regu dan rombongan, optimalisasi manasik, informasi mengenai iklim jauh-jauh hari, serta perbaikan fasilitas umum di Armuzna.
”Ada masukan juga untuk menyosialisasikan hak pelayanan jemaah lebih intensif. Masih banyak jemaah yang tidak tahu adanya call center,” katanya.
Sementara dalam lima tahun terakhir, Suharyanto menyatakan bahwa pelaksanaan ibadah haji selalu menunjukkan tren yang positif. Pada 2015, indeks kepuasan haji berada pada angka 82,67 dan terus meningkat menjadi 83,83 (2016), 84,85 (2017), 84,85 (2018), dan 85,23 pada tahun ini.