Sempat Bermasalah dan Terbakar, Mengapa Bus Zhong Tong Dioperasikan Kembali?
PT Transportasi Jakarta kembali mengoperasikan bus merek Zhong Tong asal China yang pernah bermasalah. Pengoperasian bus merek tersebut semata-mata untuk menjalankan keputusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO / ADITYA DIVERANTA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Transportasi Jakarta kembali mengoperasikan bus merek Zhong Tong asal China yang pernah bermasalah. Pengoperasian bus merek tersebut semata-mata untuk menjalankan keputusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia. Meski memiliki sejumlah catatan kelam, sebanyak 59 bus Zhong Tong yang dioperasikan kali ini dijanjikan lebih aman.
Bahkan, karena beberapa kali bermasalah, bus buatan China ini sempat ditolak beroperasi oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama. Basuki menilai bus Zhong Tong tak laik pakai. Mantan gubernur ini pun ketika itu enggan membeli lagi bus buatan China untuk armada Transjakarta. Basuki memilih bus-bus buatan perusahaan asal Eropa, seperti Mercedez (Jerman) maupun Scania (Swedia).
Menurut Kepala Divisi Sekretaris Korporasi dan Humas PT Transjakarta Nadia Diposanjoyo di Jakarta, Rabu (16/10/2019), pengoperasian bus Zhong Tong merupakan pelaksanaan kontrak tahun 2013 dengan Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). Hal itu menjadi salah satu putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
”Kami menghormati putusan BANI. Apa isi putusan inkrah BANI? Transjakarta mengoperasikan armadanya PPD dengan merek itu sesuai dengan kontrak tahun 2013,” ujar Nadia.
Nadia menjelaskan, saat itu, PPD tidak bisa menyerahkan 59 unit bus yang sudah menjadi kesepakatan kontrak kepada Transjakarta pada waktu yang ditentukan. Kedua pihak pun berselisih dan membawa masalah tersebut ke BANI.
Pada Juli 2018, BANI mengeluarkan putusan agar Transjakarta mengoperasikan 59 unit bus gandeng merek Zhong Tong berdasarkan kontrak tahun 2013 dan PPD tetap membayarkan penalti dari wanprestasinya.
Mulai Jumat lalu (11/10/2019), dari 59 unit bus, baru 21 unit yang diperbolehkan beroperasi dan dipastikan tidak bermasalah. Bus-bus tersebut melayani rute Koridor 1 (Blok M-Jakarta Kota), Koridor 3 (Kalideres-Pasar Baru), Koridor 10 (PGC-Tanjung Priok), dan Koridor 7C (Cibubur-Universitas Kristen Indonesia).
Nadia mengatakan, pihaknya harus lebih cermat dalam memastikan kelaikan bus merek Zhong Tong. Bus-bus yang turun ke jalan harus dinyatakan siap guna operasi (SGO) dan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditentukan Transjakarta.
”Kami mengerti, pasti ada trauma masa lalu dan pasti semua juga waswas, kan. Kami pun juga begitu. Oleh karena itu, kami harus memastikan semua (bus) yang turun ke jalan itu laik guna operasi dan spesifikasinya harus sudah sesuai dan layak beroperasi,” kata Nadia.
Berdasarkan catatan Kompas, ada sejumlah masalah yang pernah terjadi terhadap bus Zhong Tong. Pada 8 Maret 2015, misalnya, bus gandeng merek Zhong Tong jurusan Pinang Ranti-Pluit terbakar di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Meski tidak ada korban, kejadian ini menggerus kepercayaan pengguna pada moda transportasi massal itu (Kompas, 9/3/2015).
Transjakarta, bahkan, sampai menarik 30 unit bus gandeng merek Zhong Tong pasca-kebakaran satu bus tersebut. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui kondisi mesin dan semua komponennya.
Catatan lain, pada 17 Maret 2015, bus Transjakarta merek Zhong Tong mogok di dekat Halte Terminal Blok M, Jakarta Selatan. Saat itu, bus berisi sekitar 60 penumpang. Mereka akhirnya dipindahkan ke bus lain.
Dijamin aman
Direktur Utama PPD Pande Putu Yasa menjelaskan, pihaknya baru membayar Rp 15 miliar dari penalti sebesar Rp 26,8 miliar. Sisanya, lanjut Pande, akan dibayarkan dalam kurun waktu enam bulan ke depan.
Pande menjamin, 59 unit bus merek Zhong Tong yang diturunkan ke jalan telah memenuhi standar aspek keselamatan dan kenyamanan. Komponen mesin pun mayoritas disebutnya berasal dari Eropa.
Selain itu, di dalam ruang mesin juga dilengkapi lima tabung alat pemadam api ringan (APAR) yang secara otomatis bekerja saat ada percikan api atau suhu ekstrem di dalam ruang mesin. Di dalam ruang mesin juga dilengkapi kamera pengawas (CCTV) yang berguna untuk mengontrol keadaan dan kinerja mesin.
Untuk standar keselamatan penumpang, di dalam bus juga dilengkapi delapan kamera pengawas, enam tabung APAR, serta tangga darurat di pintu tengah bus.
”Kami juga lakukan pengecekan rutin pada saat operasi pagi, malamnya juga tim dari Transjakarta mengecek lagi. Cocok ga? Kalau sudah sepakat, tanda tangani, supaya tak ada saling salah-salahan besok (kalau bermasalah),” ucap Pande.
Pande pun menambahkan, pihaknya juga telah memberikan pendidikan dan pelatihan kepada pramudi yang akan mengoperasikan bus itu. Diklat diberikan langsung oleh pihak Zhong Tong.
”Jadi mereka (pramudi) telah dibimbing menyangkut masalah komponen di dalam bus, metode menjalankan bus, apa-apa yang menjadi kendala,” katanya.
Waswas
Penelusuran Kompas pada Rabu siang, bus Zhong Tong tampak beroperasi di dua koridor, yakni seputaran rute Koridor 1 dan Koridor 3. Sejumlah fasilitas yang ada di dalam bus tampak serupa dengan bus Transjakarta lainnya.
Dragono Halim (32), pegawai swasta, terhitung telah menggunakan bus ini tiga kali sejak Selasa (15/10/2019). Dari beberapa kali pemakaian tersebut, moda yang dia naiki tidak mengalami kendala teknis hingga membuat bus terhenti.
”Saya pengguna harian rute Koridor 1 Blok M-Kota dan tadi tidak mengalami kendala. Hanya menurut pengamatan saya, fasilitas seperti pintu hidraulik serta pergerakan mekanik bus terasa begitu pelan,” ujarnya.
Mengenai keamanan, Kepala Divisi Teknik dan Manajemen Operator PT Transjakarta menyebutkan, bus Zhong Tong dari PPD telah melalui pemeriksaan keamanan. Salah satu aspek yang diantisipasi terkait kebakaran unit bus merek itu pada 2015.
”Divisi teknis telah men-screening bus merek Zhong Tong itu dan saya anggap aman. Sebanyak 21 bus yang beroperasi saat ini memiliki mekanisme pemadaman api bila terjadi kebakaran di bagian dalam mesin. Selain itu, juga terdapat tombol darurat di ruang sopir untuk evakuasi penumpang,” ucap Ery.
Waryali (50), sopir bus Transjakarta sejak 2008, berharap agar perawatan bus merek Zhong Tong nantinya dilakukan dengan intensif. Sebab, seingat dia, bus merek tersebut kerap bermasalah saat dulu dikendarai rekan mengemudinya.
”Saya memang nggak pernah mengemudikan bus merek itu, tapi rekan saya dulu sering bilang bahwa kendaraan tersebut suka rewel. Mudah-mudahan bus yang baru ini tidak lagi bermasalah,” ujar Waryali.