”Growing Pain” Tahun Kedua
Gubernur Anies Baswedan menganalogikan tahun keduanya memimpin Jakarta sebagai "growing pain". Pembangunan yang tengah berjalan kini mungkin menyusahkan warga.
Gubernur Anies Baswedan menganalogikan tahun keduanya memimpin Jakarta sebagai growing pain. Pembangunan yang tengah berjalan kini mungkin menyusahkan warga.
Berikut petikan wawancara dengan Gubernur Anies Baswedan, Kamis (17/10/2019), di Balai Kota DKI.
Bagaimana mengenai kolaborasi di Jakarta?
Kami menyadari bahwa perkembangan masyarakat dan teknologi informasi yang kita miliki seperti sekarang membuat kota, seperti Jakarta, padat dengan sumber daya. Sumber daya ini seperti knowledge, jaringan, institusi, dan manusia. Tak ada kota yang punya lembaga, think tank, dan NGO sebanyak Jakarta. Kenapa kami (pemda) harus melakukan semuanya sendiri?
Pemda sering kali kalah cepat dari sisi inovasi dan kreativitas. Pemda atau negara punya otoritas dan fiscal capacity. Tetapi, dari sisi kreativitas dan inovasi ini sering kalah. Kami ingin menggabungkannya. Kalau kekuatan-kekuatan ini bergabung, akan terjadi terobosan yang bisa dinikmati masyarakat.
Contohnya?
Seperti di halte-halte di Jakarta. Sekarang kami mulai dari (halte di Jalan) Sudirman- Thamrin, tetapi nanti di semua halte di Jakarta ada peta transportasi yang menunjukkan peta dan jaringan transportasi umum. Mau ke mana, naik apa, sudah ada informasinya.
Apakah peta ini dibuat Pemprov Jakarta? Tidak. Peta ini dibuat oleh Forum Diskusi Transportasi Jakarta. Anak-anak muda yang kreatif, inovatif, tetapi mereka, kan, tidak punya kewenangan. Mereka tidak punya fiscal capacity, jadi kami kerja sama.
Kami membuka kepada semua pihak untuk kolaborasi di semua aspek.
Selama ini, kita, pemerintah, bergerak di City 1.0, 2.0 dan 3.0. Dari pemerintah sebagai administrator, warga sebagai penghuni. Lalu, pemerintah menjadi penyedia jasa, mereka (warga) konsumen, yang biasa disebut pemerintah sebagai pelayan masyarakat.
Lalu, pemerintah sebagai fasilitator, warga sebagai partisipan. Dari fasilitator, pemerintah menjadi kolaborator dan warga ko-kreator.
Contoh perkembangan itu di Transjakarta. Dulu ada Transjakarta, tetapi ada angkutan-angkutan yang dikelola perusahaan-perusahaan operator. Mereka partisipan, kami fasilitasi, tetapi tak ada kerja sama. Apa yang terjadi? Kemampuan melayani itu kecil.
Lalu, sekarang menjadi JakLingko yang terintegrasi. Ini sebuah kolaborasi, bekerja sama.
Tantangannya?
Tantangannya ada di pemerintah sendiri. Siapa paling tidak siap dengan kolaborasi? Pemerintah sendiri. Karena kami terbiasa jadi regulator, terbiasa menjadi administrator, terbiasa sebagai pelayan. Kami tak biasa kerja sama, kami terbiasa selesaikan masalah sendiri.
Saat warga kota sudah empower, sering kali solusi yang lebih tepat datang dari mereka.
Hal yang paling tak bisa dikolaborasikan hanya penegakan aturan.
Sejauh mana dua tahun memimpin Jakarta?
Untuk berhasil tidaknya, itu diukur dari rencananya dan bagaimana eksekusinya. Di situ kita baru tahu berhasil atau tidak. Maka itu, kami mengandalkan perencanaan dan eksekusi di lapangan. Dan, perencanaan itu bisa selesai satu, dua, atau lima tahun.
Contoh stadion (Jakarta International Stadium), ya, tidak mungkin selesai sekarang. Atau ITF (intermediate treatment facility/fasilitas pengolahan sampah), ya, perlu waktu.
Bahkan, ada yang butuh lebih dari lima tahun, seperti Jakarta Sewerage System yang malah pada 2030 baru selesai 85 persen. Jadi, tidak bisa semua urusan selesai dua-lima tahun.
Saya ingin memastikan yang direncanakan selesai lima tahun, harus benar selesai. Dan, yang direncanakan 15 tahun, target lima tahunnya tercapai.
Sebagian dari fase tahun kedua itu adalah fase pembangunan yang menghasilkan pain. Itu yang saya istilahkan growing pain. Misalnya, kalau lewat Cikini sekarang, macet. Sebel betul. Itulah growing pain.
Fase tahun kedua dan ketiga ini adalah growing pain karena banyak pembangunan. Kalau mau painless, ya, enggak jadi apa-apa.
Saat ini saya dalam governance mode, bukan campaigning mode. Jadi, saya fokus memastikan program berjalan sesuai rencana. (HLN/BOW/ART)