Terduga Baru Tertangkap, Peran JAD Cirebon Masih Ditelusuri
Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri masih mendalami peran sejumlah terduga anggota kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditangkap di Cirebon, Jawa Barat, sepekan terakhir.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri masih mendalami peran sejumlah terduga anggota kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditangkap di Cirebon, Jawa Barat, sepekan terakhir. Penelusuran sementara, tim menemukan cairan kimia, buku terkait pengorbanan diri, hingga senjata tajam di rumah para terduga teroris.
Jumat (18/10/2019), tim Densus 88 Antiteror menggeledah empat lokasi di Cirebon. Daerah itu adalah Desa Kali Tengah, Kecamatan Tengah Tani; Desa Sutawinangun, Kecamatan Kedawung; Desa Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang, dan Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Kejaksan di Kota Cirebon.
Penggeledahan dikawal ketat polisi bersenjata laras panjang dan rompi anti peluru. Aparat desa turut menyaksikan penggeledahan yang melibatkan Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) Polres Cirebon Kota itu. Garis polisi mengelilingi tempat tinggal para terduga teroris agar warga tidak mendekati lokasi tersebut sementara.
Kondisi itu menunjukkan Cirebon termasuk daerah darurat radikalisme.
Di rumah keluarga terduga teroris berinisial W di Desa Kali Tengah, Jumat sore, polisi menyita sejumlah barang bukti, seperti aki, buku-buku, telepon pintar, komputer jinjing, dan pedang. W ditangkap kemarin di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Cirebon. “Dia berbelanja untuk rencana pernikahan kakaknya,” ucap Uup Paslah (43), ketua RT 03 RW 02 Desa Kali Tengah.
Uup kaget dengan penangkapan W, pria lajang berusia sekitar 20 tahun. Lulus sekolah menengah kejuruan di Cirebon, W bekerja di Tasikmalaya di perusahaan listrik sekitar dua tahun terakhir. "Kalau pulang ke rumah orangtuanya di sini, dia enggak pernah keluar. Pribadinya pendiam,” kata dia.
Sekretaris Desa Kali Tengah Zaenal Lukman mengatakan, baru kali ini warganya diduga terlibat jaringan teroris. Ada dua rombongan mengaku dari Bekasi dan Tangerang, Banten, datang dan menginap di desanya. “Tujuannya baik, untuk beribadah. Makanya, kami izinkan. Kami tidak tahu apakah mereka punya hubungan dengan W,” ujarnya.
Selain W, tim Densus 88 Antiteror juga meringkus A, terduga teroris lainnya, di Jalan Suratno, Kelurahan Kebon Baru. Sehari-hari, A yang merupakan warga setempat adalah penjual gorengan. Dari penggeledahan, tim menemukan sejumlah senjata tajam, seperti golok, buku-buku, cairan diduga racun tikus, dan topeng putih dengan warna merah di bagian bibir serta bermata hitam.
Penggeledahan juga dilakukan di kampung Pecilon dan Desa Cikalahang, yang pernah menjadi tempat tinggal terduga teroris berinisial O. Ia ditangkap di Bandung beberapa waktu lalu. Di Pecilon, tim belum menemukan benda mencurigakan. Namun, di Cikalahang, tim menyita antara lain tiga pisau, sebotol cairan bening dan febreze, tiga kartu operator telekomunikasi, plastik hitam berisi arang, panci, dan solder.
Kepala Polres Cirebon Kota Ajun Komisaris Besar Roland Ronaldy mengatakan, penggeledahan untuk mengetahui peran para terduga teroris yang tergabung dalam JAD Cirebon. Sejak Minggu (13/10/2019), tim Densus 88 Antiteror telah menangkap enam terduga teroris di Cirebon, yakni YF yang merupakan pimpinan sel JAD Cirebon, BA, S, LT, W dan A. RF, terduga lainnya yang sempat tinggal di Cirebon, ditangkap di Kabupaten Indramayu, Jabar.
“Mereka juga terkai dengan terduga O di Bandung yang berencana melukai polisi,” ucap Roland. Sel JAD Cirebon itu, lanjutnya, juga diduga masuk dalam grup Whatsapp terkait penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto pada 10 Oktober lalu di Pandeglang, Banten. Pihaknya belum menemukan rencana para terduga teroris mengganggu pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober mendatang.
Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo mengungkapkan, anggota JAD Cirebon mengembangkan bahan peledak dengan unsur utama Triaseton triperoksida (TATP) yang berdaya ledak tinggi. Bom itu juga diisi urea, metanol, gotri, paku, serta racun abrin dari tanaman saga rambat (Abrus precatorius). Ini merupakan temuan baru Densus 88. (Kompas, 16/10/2019).
Penangkapan terduga teroris di Cirebon dan sekitarnya bukan kali ini saja terjadi. Marzuki Wahid dalam bukunya "Menggagas Fiqh Ikhtilaf Potret dan Prakarsa Cirebon" (2017) mencatat, sebanyak 28 warga Cirebon dan sekitarnya menjadi terduga teroris sejak 2011 hingga 2018. Kondisi itu, menurut dia, menunjukkan Cirebon termasuk daerah darurat radikalisme.