JAKARTA, KOMPAS -- Perimbangan aneka kekuatan global diperlukan untuk menciptakan kawasan Indo-Pasifik yang damai dan makmur. Multilateralisme yang diusung dan dihidupi organisasi seperti ASEAN dapat menjadi contoh upaya menjaga dinamika kawasan, termasuk di kawasan yang lebih besar seperti Indo-Pasifik.
Hal itu disampaikan Nobukatsu Kanehara, mantan Sekretaris Jenderal Sekretariat Keamanan Nasional Jepang, dalam Diskusi Publik Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Kamis (17/10/2019). Kanehara juga pernah mengisi jabatan sebagai Asisten Kepala Sekretaris Kabinet pada kantor Perdana Menteri Jepang. Diskusi itu dimoderatori pengamat politik dan peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dewi Fortuna Anwar.
Menurut Kanehara, dinamika global, termasuk di Indo-Pasifik, tidak dapat dilepaskan dari faktor sejarah dan perkembangan dari semua sisi, seperti ekonomi, politik, dan keamanan. Dia memproyeksikan, pengaruh global yang saat ini terpusat pada dua kekuatan dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan China, dalam perkembangannya akan diikuti oleh India.
Aneka tarikan kekuatan-kekuatan itu harus dikelola dengan baik, tidak hanya oleh negara-negara adidaya itu, tetapi juga oleh negara-negara yang berada di kawasan Indo- Pasifik. Organisasi-organisasi multilateral diharapkan berfungsi optimal dalam menjaga dinamika di kawasan.
"Perimbangan kekuatan itu diperlukan karena Indo-Pasifik dapat tumbuh dan makmur jika damai kondisinya. Persamaan kemanusiaan yang dijunjung tinggi, adil, dan juga saling menghormati pendapat satu sama lain," kata dia.
Perubahan dalam arti menuju ke hal-hal yang positif, menurut Kanehara, adalah sebuah keniscayaan. Perubahaan itu harus diikuti dengan penciptaan aturan yang disusun dan dihormati dalam rasa kebersamaan. Konsensus bersama itu selanjutnya menjadi dasar keberlangsungan.
ASEAN jadi contoh
Pada tahun 2016 PM Jepang Shinzo Abe mengumumkan visinya tentang Indo-Pasifik melalui dokumen Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka. Hal itu menjadi patokan bagi Jepang. Kanehara menyebut ASEAN dengan sentralitasnya mampu menjadi contoh bagi negara-negara di Indo Pasifik.
Dalam zaman yang semakin terkoneksi saat ini, menurut Kanehara, tidak tepat jika ada negara yang berupaya mendominasi atas negara-negara lain secara langsung. Yang diperlukan, yakni negara yang bersedia berkomunikasi dengan posisi yang sama, tidak peduli negara besar maupun kecil. Maka, multilateralisme pun menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan.
"Maka saya tegaskan, ASEAN adalah contoh bagus dalam hal itu. Nilai dan cara-cara yang dihidup ASEAN patut dicontoh dan dipraktikkan di kawasan Indo-Pasifik," kata Kanehara.
Perimbangan di tengah aneka kekuatan dan dinamika perubahannya, menurut dia, patut diperhatikan dan diikuti dengan saksama. Penyediaan faktor-faktor penunjang dari sisi ekonomi, misalnya, juga dinilai perlu sebagai bagian dari perimbangan kekuatan. Dia menyebut India, yang dinilainya saat ini masih tertinggal infrastrukturnya dibandingkan China dan AS.
"Infrastruktur India saat ini adalah layaknya infrastruktur China pada tahun 1980-an. Nyatanya ketersediaan infrastruktur yang baik bisa mengembangkan China secara akseleratif. Itu dapat dibangun dengan kebersamaan karena tidak ada negara di zaman saat ini yang menginginkan perang," kata dia.
Selain infrastruktur, Kanehara juga melihat perlunya penyediaan komunikasi dan transportasi yang memadai di kawasan Asia Pasifik. Hal-hal itu akan menghubungkan dan memajukan kawasan secara menyeluruh. Dalam proses itu, kebersamaan dan kerja sama menjadi jalan yang harus dihidupi bersama. Eksklusivitas satu atau sedikit negara dinilainya tidak akan berguna dan justru memperlambat proses memajukan kawasan Indo-Pasifik.