Pasca-aksi Pendukung Bulgaria, UEFA Suarakan Perang Total terhadap Kaum Rasis
Pasca-insiden hinaan rasisme oleh pendukung Bulgaria saat Bulgaria melawan Inggris, Selasa (15/10/2019), Ketua UEFA Aleksander Ceferin mendorong segenap pihak untuk mengobarkan perang terhadap kaum rasis.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
ROMA, JUMAT — Upaya memberantas rasisme dalam sepak bola terus dilakukan setelah pemain Inggris dihina pendukung Bulgaria pada laga kualifikasi Piala Eropa Grup A, di Stadion Vasil Levski, Sofia, Bulgaria, Selasa (15/10/2019). Ketua UEFA Aleksander Ceferin pun mendorong segenap pihak untuk mengobarkan perang terhadap kaum rasis.
Pada Kamis (17/10/2019), Ketua UEFA Aleksander Ceferin telah menegaskan akan memeriksa kasus penghinaan bernada rasisme yang dilakukan pendukung Bulgaria terhadap pemain Inggris. Dalam pertandingan itu, sebanyak 15 pendukung Bulgaria terpantau kamera CCTV stadion melakukan gerakan yang bertujuan menghina pemain Inggris berkulit hitam.
Seorang remaja berusia 18 tahun juga didakwa melakukan gerakan penghormatan ala Nazi Jerman. Empat rekannya telah didenda dan dilarang menonton acara olahraga selama dua tahun.
Kasus penghinaan rasisme yang terjadi pada pertandingan ini membuat Ketua Persatuan Sepak Bola Bulgaria Borislav Mihaylov mengundurkan diri dari jabatannya.
Sebelum pertandingan melawan Inggris, sebagian Stadion Vasil Levski sebenarnya telah ditutup sebagai bentuk hukuman karena adanya penghinaan rasisme saat Bulgaria bertanding melawan Kosovo dan Ceko pada Juni 2019.
Ceferin ingin sepak bola menjadi alat perang melawan segala bentuk kekerasan rasisme. ”Semua orang, mulai dari administrator, pemain, pelatih, hingga penggemar bekerja sama dengan pemerintah serta lembaga swadaya masyarakat untuk mengobarkan perang terhadap kaum rasis agar pandangan menjijikkan mereka dapat disingkirkan dari masyarakat,” tuturnya.
Presiden FIFA Gianni Infantino pun telah mendesak agar seluruh penonton sepak bola di dunia tidak lagi menghina pemain berkulit hitam.
Seruan Infantino ini ditanggapi serius operator Liga Inggris dan Italia.
Liga Inggris akan mengampanyekan perlawanan terhadap rasisme selama dua pekan ini dengan mengusung tema ”Tidak Ada Ruang untuk Rasisme”. Pemain depan Inggris dan Manchester City, Raheem Sterling, akan menjadi salah satu pemain yang tampil pada video antirasisme yang akan ditampilkan di seluruh stadion Liga Premier Inggris.
Kepala Eksekutif Sementara Liga Premier Richard Masters mengatakan, slogan ”Tidak Ada Ruang untuk Rasisme” akan menjadi konsep kosong jika tidak ada pengelolaan yang lebih baik. ”Kolaborasi dengan polisi akan memberi dampak yang lebih besar,” ujar Masters.
Ketua Federasi Sepak Bola Italia atau FIGC Gabriele Gravina menegaskan, pemberantasan terhadap pelaku rasisme dapat menggunakan sistem seperti VAR atau video yang digunakan wasit untuk menonton tayangan ulang melalui monitor. Hal itu diusulkan Gravina karena beberapa klub telah lolos dari sanksi karena tidak ada bukti yang menunjukkan tindakan rasisme tersebut.
”Klub saat ini mau bertanggung jawab dengan menggunakan teknologi. Kami sedang bereksperimen dengan sebuah sistem,” katanya.
Dia juga menyatakan telah bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri Italia dan menetapkan sejumlah regulasi yang bakal memberikan sanksi berat terhadap pelaku tindakan rasisme. Gravina juga telah meminta bantuan polisi untuk menangani kasus rasisme.
Kasus terbaru rasisme di Liga Italia terjadi saat laga Cagliari melawan Inter Milan pada September 2019 di Sardegna Arena, Cagliari. Penyerang Inter Milan asal Belgia, Romelu Lukaku, menjadi sasaran hinaan berbau rasisme oleh pendukung Cagliari. Namun, tidak ada sanksi terhadap klub asal Sardinia tersebut.
”Itu mengejutkan saya bahwa beberapa nyanyian dapat didengar dengan jelas dan sebagian tidak. Jadi, perlu kita cari tahu mengapa itu terjadi,” ujar Gravina. (AFP/REUTERS/AP)