Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengevaluasi terjadi sejumlah perbaikan di DKI Jakarta setelah satu bulan pelaksanaan pembatasan kendaraan lewat aturan ganjil-genap yang diperluas.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengevaluasi terjadi sejumlah perbaikan di DKI Jakarta setelah satu bulan pelaksanaan pembatasan kendaraan lewat aturan ganjil-genap yang diperluas. Meskipun ada sejumlah perbaikan pelayanan dan peningkatan jumlah pengguna, tetapi porsi pelayanan angkutan umum di Jakarta masih teramat kecil.
Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta dalam acara media update, Jumat (18/10/2019), di Balai Kota Pemprov DKI Jakarta, menerangkan, aturan ganjil-genap yang diperluas mulai diterapkan pada 9 September 2019. Sejak saat itu hingga hari ini sejumlah perbaikan terjadi.
Untuk angkutan umum khususnya angkutan penumpang bus Transjakarta, lanjut Syafrin, meningkat 13,80 persen. Dari rata-rata jumlah penumpang per hari 806.510 orang sebelum ganjil-genap, menjadi rata-rata 917.517 orang penumpang per hari dalam pelaksanaan ganjil-genap.
Untuk kecepatan kendaraan rata-rata naik 12 persen. Sebelum ganjil-genap, kecepatan rata-rata adalah 25,65 km per jam. Setelah perluasan ganjil-genap, kecepatan bertambah menjadi 28,50 km per jam.
Waktu tempuh juga turun 10,87 persen, dari 16,92 menit sebelum ganjil-genap menjadi 15,41 menit.
Volume kendaraan pun berkurang hingga 29,63 persen, dari 25.491 satuan mobil penumpang (smp) per jam sebelum pelaksanaan ganjil-genap menjadi 17.938 smp/jam.
”Kualitas udara pun dijelaskan membaik,” kata Syafrin.
Melihat perbaikan-perbaikan selama pelakasanaan ganjil genap tersebut, aturan itu akan tetap diterapkan sebagai kebijakan antara sebelum DKI Jakarta menerapkan kebijakan jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP).
Saat ini, layanan Transjakarta diperpanjang hingga ke sekitar Jakarta. Selain itu, ada pula pelaksanaan sistem angkutan umum yang terintegrasi di Jakarta yang dikenal sebagai JakLingko.
Saat ini, lanjut Syafrin, dengan JakLingko yang sudah dijalankan dalam dua tahun, rata-rata penumpang harian Transjakarta naik, penumpang MRT Jakarta rata-rata pada September 2019 sebanyak 91.083 orang, lalu LRT Jakarta sebanyak 6.400 penumpang per hari.
Angkutan orang itu masih ditambah dengan adanya KRL dan angkutan umum lainnya.
Namun, melihat jumlah perjalanan harian yang mencapai 47,6 juta perjalanan per hari, seluruh angkutan umum itu baru melayani 2,3 juta perjalanan per hari atau sekitar 4,8 persen saja.
Untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum yang lebih banyak sesuai dengan Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) 2030, lanjut Syafrin, integrasi angkutan umum menjadi penting. Begitu juga penyediaan sarana angkutan yang harus diperbanyak.
Djoko Setijawarno, pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang yang juga Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia, menjelaskan, sejumlah kebijakan yang sudah diambil dan dilaksanakan penting untuk mendukung integrasi angkutan itu. Secara fisik atau infrastruktur, jelasnya, integrasi angkutan umum sudah dilakukan.
”Integrasi dengan operator lain di luar DKI seperti KCI tetap perlu dilakukan,” ujarnya.
Selain itu, ke depan perlu tetap dipikirkan juga integrasi sistem pembayaran tiket, integrasi jadwal, dan integrasi aplikasi atau teknologi informasi (TI).