Gaya Hidup Sehat
Saya cukup rajin mengikuti ruang konsultasi ini. Beberapa kali Dokter mengemukakan pentingnya mengamalkan gaya hidup sehat. Saya laki-laki, sekarang berumur 75 tahun. Saya mengalami masa-masa sulit di masa kecil. Pada era perjuangan kemerdekaan kami sekeluarga kesulitan mencari makan. Beras terbatas dan pertanian sering terganggu. Akibatnya pertumbuhan fisik saya tidak optimal.
Tinggi saya hanya 160 cm dengan berat badan 53 kg. Untunglah saya dapat mengikuti sekolah sampai tamat sarjana dan bekerja sampai saya pensiun di umur 60 tahun. Pada masa pensiun ini saya aktif membina petani di desa dan rutin bermain tenis dua kali seminggu. Saya banyak berjalan kaki, mendaki perbukitan dan gunung. Saya juga hobi berenang dan tiap kesempatan saya berusaha menikmati hobi ini.
Saya menjalani pemeriksaan kesehatan berkala setiap tahun. Saat ini saya minum obat darah tinggi dan obat aspirin. Gula darah saya normal, begitu juga dengan kadar lemak saya.
Sebagai orang yang mengalami kehidupan di zaman perjuangan kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, sampai sekarang era Reformasi, saya menyaksikan gaya hidup di kota besar berubah dengan cepat.
Sekitar tahun 1960 saya berjalan kaki ke sekolah, pulang-pergi sekitar 6 km. Saya juga rajin membelah kayu dan mengangkat kayu ke rumah untuk kayu bakar. Makanan utama kami sekeluarga nasi dan sayur-sayuran. Sesekali ada tempe, tahu, dan telur, tapi potongannya kecil karena harus dibagi dengan kakak dan adik saya.
Kami hanya makan daging boleh dikatakan setahun tiga kali, yaitu pada waktu hari raya Maulud, Lebaran Idul Fitri, dan Lebaran Haji atau Idul Adha. Anggota keluarga saya—ibu, ayah, dan paman—umumnya ramping. Mereka ke mana-mana berjalan kaki kadang-kadang sampai 10 km. Kendaraan umum jarang dan juga mahal bagi kami.
Masa Orde Baru kehidupan di desa membaik. Beras cukup, kami menikmati telur, ikan, dan daging lebih sering. Kendaraan umum juga lebih banyak dan murah. Bahkan, ada orang desa yang punya sepeda motor dan mobil meski jarang. Jalan kaki masih merupakan kegiatan utama. Air bersih lebih mudah didapat dan pendapatan petani serta peternak meningkat. Rumah jadi lebih bagus dan bersih. Pada masa inilah di desa saya hampir semua rumah mempunyai sumur, kamar mandi, dan kakus.
Anak-anak desa mulai banyak yang ke kota untuk bekerja atau sekolah. Di kota, kemakmuran lebih terlihat. Makanan apa saja mudah didapat dan harganya masih terjangkau. Saya sendiri kemudian pindah ke kota bekerja sebagai pegawai negeri. Istri saya bekerja sebagai pegawai swasta. Anak-anak mendapat layanan kesehatan dengan baik. Pendidikan juga mudah karena banyak pembangunan sekolah. Pemerintah dan berbagai yayasan juga menyediakan beasiswa.
Anak saya juga menikmati beasiswa ketika berhasil masuk fakultas teknik. Kehidupan keluarga kami juga cenderung berubah terutama anak-anak. Makanan mulai banyak protein dan lemak. Anak-anak kuliah pakai motor. Kesempatan untuk olahraga berkurang.
Dua anak saya, yang pertama laki-laki dan yang kedua perempuan, mulai kelebihan berat badan. Mereka sering makan siang di kampus. Kesempatan untuk makan bersama juga mulai jarang. Untunglah sewaktu kecil kami cukup waktu untuk bersama anak-anak, baik selama libur maupun makan malam.
Sekarang rata-rata di RW saya separuh penduduk gemuk. Jika kami berkumpul senam pagi, tampak lebih separuh laki-laki dan perempuan mengalami obesitas. Kami melakukan senam pagi setiap Sabtu, jadi hanya seminggu sekali.
Jika gaya hidup sehat akan diterapkan atau dimasyarakatkan, saya merasa cara yang terbaik setiap kelurahan punya data dan pemantauan mengenai gaya hidup sehat di lingkungannya. Sebaiknya juga setiap kelurahan melakukan secara bersama upaya untuk menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Pencanangan gerakan masyarakat hidup sehat harus diikuti program kelurahan yang nyata. Mungkin puskesmas dapat menjadi motor gerakan ini. Namun, komitmen lurah dan kepala desa amat diperlukan.
Mohon penjelasan Dokter benarkah di masa depan taraf kesehatan kita akan banyak dipengaruhi oleh kepatuhan kita menjalankan gaya hidup sehat.
S di J
Wah, Anda punya pengalaman menarik dan panjang yang dapat diambil hikmahnya oleh masyarakat luas. Anda beruntung pada usia 75 tahun masih mampu bermain tenis karena banyak saudara kita yang lain pada usia tersebut terbaring lemah sakit atau cacat, bahkan tak mampu melakukan kegiatan mandiri, dalam kehidupan sehari-hari memerlukan bantuan orang lain. Mereka harus dibantu untuk makan, mandi, juga untuk berjalan keluar rumah. Tak sedikit yang memerlukan kursi roda dan bantuan keluarga atau pendamping orang sakit.
Kesehatan memang karunia yang patut kita syukuri. Untuk dapat hidup sehat, kita harus berupaya menerapkan gaya hidup sehat. Anda telah menggambarkan bagaimana masyarakat kita di zaman perjuangan kemerdekaan hidup serba kekurangan serta di zaman kemerdekaan menjadi lebih makmur, termasuk masyarakat desa. Kemakmuran menjadi modal memberantas kurang gizi. Namun, di sisi lain kemakmuran menimbulkan masalah kelebihan gizi.
Populasi orang dewasa yang kelebihan berat badan di negeri kita sudah mencapai 50 persen. Bahkan, di kota-kota besar populasi kelebihan berat badan ini jauh lebih tinggi. Semua masyarakat beranggapan gemuk merupakan simbol kemakmuran, tetapi sekarang kita sadari gemuk juga membawa risiko kesehatan. Kelebihan berat badan terutama pada tahap obesitas berisiko menyebabkan diabetes melitus dan penyakit jantung.
Mereka yang obesitas juga dapat mengalami gangguan sendi terutama lutut. Itulah sebabnya sekarang pemerintah mengampanyekan gaya hidup sehat yang kita kenal dengan germas (gerakan masyarakat hidup sehat). Setiap warga negara diharapkan mengikuti gerakan ini sehingga berbagai risiko penyakit yang berkaitan dengan gaya hidup dapat dikurangi.
Gaya hidup sehat selain mencakup makanan juga mencakup kebiasaan berolahraga. Kita harus berolahraga setiap hari sekurangnya lima kali dalam seminggu dalam waktu cukup sekitar 30 menit. Paling mudah dengan berjalan kaki, dapat juga dengan bersepeda ataupun senam.
Olahraga seminggu sekali tidak mencukupi. Apalagi setelah berolahraga diikuti dengan makan yang banyak, maka kalori yang dikeluarkan jauh lebih sedikit daripada yang masuk. Berat badan bertambah. Jadi, kita harus menjaga makanan serta berolahraga secara teratur.
Dua hal yang perlu dihindari adalah rokok dan alkohol. Kebiasaan merokok di kalangan laki-laki Indonesia amat tinggi. Sekitar 70 persen laki-laki di Indonesia merokok. Mereka merokok sejak remaja, bahkan sebagian sejak anak-anak.
Dulu rokok dianggap sebagai lambang persahabatan. Jika kita baru berkenalan dengan seseorang, kita menawarkan rokok. Sekarang disadari bahwa rokok menimbulkan banyak penyakit mulai dari penyakit paru, jantung, impotensi, sampai kanker.
Alkohol dulu jarang digunakan remaja. Sekarang alkohol tak hanya dikonsumsi di kafe ataupun kelab di perkotaan, tapi juga di desa-desa. Mereka yang tak mampu membeli alkohol mengonsumsi alkohol oplosan yang bercampur berbagai bahan kimia yang berbahaya. Tak sedikit remaja yang meninggal akibat keracunan alkohol oplosan. Usulan Anda agar gerakan masyarakat hidup sehat dijalankan bersama dengan bimbingan kelurahan patut dilaksanakan.