Sebanyak empat pendaki diduga terjebak kebakaran di Gunung Ranti, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Kebakaran lahan melanda Gunung Ranti dan Gunung Widodaren yang berada dalam satu gugus pegunungan dengan Gunung Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Sebanyak empat pendaki diduga terjebak kebakaran di Gunung Ranti.
Kebakaran melanda dua lokasi yang berdekatan tersebut sejak Sabtu (19/10/2019) sore. Hingga Minggu pagi, kobaran api dan kepulan asap masih terlihat di kedua lokasi tersebut.
Kabar terkait terjebaknya empat pendaki di Gunung Ranti dibenarkan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi Eka Muharram. ”Ada empat orang yang kabarnya naik ke Gunung Ranti sebelum kebakaran terjadi. Laporan terakhir, dua pendaki sudah ditemukan, sedangkan dua pendaki lainnya masih dicari,” ujarnya.
Kedua pendaki yang sudah ditemukan ialah Lisa (19) asal Jember dan Haidar (19) asal Malang. Sementara pendaki yang belum ditemukan hingga kini belum diketahui identitasnya.
Eka mengatakan, kedua pendaki yang sudah ditemukan itu sedang dalam proses evakuasi. Keduanya ditemukan di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut.
Dari pantauan Kompas, pendakian di Gunung Ranti belum memiliki sistem pendataan yang memadai. Pendaki tidak didata secara rinci dan tidak dimintai surat keterangan kesehatan seperti halnya pendakian di sejumlah gunung lain.
Informasi mengenai adanya empat pendaki yang terjebak diketahui awalnya dari karcis parkir kendaraan. Petugas melihat ada dua karcis parkir yang dikeluarkan sesaat sebelum kebakaran terjadi.
Gunung Ranti sebenarnya bukan tujuan utama pendaki. Wisatawan yang datang ke lokasi tersebut umumnya ingin mendaki Gunung Ijen. Gunung Ranti berada di sebelah selatan Gunung Ijen, sedangkan Gunung Widodaren berada di sebelah barat Gunung Ijen. Jika Gunung Widodaren berbatasan langsung dengan Gunung Ijen, Gunung Ranti dipisahkan jalan beraspal selebar 5 meter.
Kebakaran di Gunung Ranti dan Gunung Widodaren cepat meluas karena diperparah tiupan angin kencang yang melanda kedua lokasi tersebut. Kompas yang mencoba naik hingga Paltuding, titik start pendakian, menemukan ranting hingga pohon-pohon yang tumbang di sepanjang perjalanan.
Kerasnya angin membuat penumpang yang berada di dalam mobil yang terparkir bergoyang. Deru suara angin yang sangat keras itu menyerupai deburan ombak.
Jalur ditutup
Akibat kebakaran hutan tersebut, jalur pendakian ke Gunung Ijen ditutup sementara. Pendaki yang ingin mendaki ke Gunung Ijen umumnya wisatawan yang ingin menyaksikan fenomena alam api biru atau Blue Fire di kawah Gunung Ijen. Selain itu, banyak pula wisatawan yang ingin menyaksikan matahari terbit di puncak Gunung Ijen.
Kendati tidak ada imbauan resmi terkait penutupan jalur pendakian dari Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Jawa Timur selaku pengelola Taman Wisata Alam Gunung Ijen, sejumlah warga dan aparat dari TNI dan Polri melarang warga yang hendak naik gunung itu.
Rencananya memang mau naik ke Ijen, tetapi kondisinya memang tidak memungkinkan.
Imbauan untuk tidak melakukan pendakian dilakukan sejak di Pos Peristirahatan Tamansari yang berjarak 15 kilometer dari Paltuding. Warga dan aparat keamanan melarang kendaraan melintas. Alhasil, sebagian wisatawan tertahan di lokasi tersebut.
”Kami rombongan berdelapan, naik empat sepeda motor dari Genteng (Banyuwangi). Rencananya memang mau naik ke Ijen, tetapi kondisinya memang tidak memungkinkan. Kami memilih minum kopi dan bermalam di sini (Tamansari) saja. Nanti kalau sudah pagi, kami pulang,” ujar Setiawan, wisatawan.
Hal serupa dialami wisatawan mancanegara. Mereka sempat memaksa untuk naik ke Gunung Ijen. Namun, setelah sejumlah petugas menunjukkan gambar kondisi lahan yang terbakar, mereka memahaminya.
”Setelah melihat api yang begitu mengerikan, kami rasa memang harus membatalkan mendaki Gunung Ijen hari ini. Semoga besok kami bisa kembali untuk melihat Api Biru,” ujar George, wisatawan asal Australia.
Pemandu wisata pendakian Gunung Ijen, Mulyono, mengatakan, tidak ada satu pun pendaki maupun penambang belerang yang mendaki malam itu. Petugas dan wisatawan memahami potensi sebaran api.
“Anginnya sangat kencang dan mengarah ke timur. Semuanya khawatir kalau api dari Gunung Widodaren yang ada di sebalah barat Gunung Ijen bisa merembet hingga jalur pendakian Ijen,” ujarnya.