Indonesia memastikan gelar juara ganda putra Denmark Terbuka dengan pertemuan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di final. Gelar bisa bertambah dari ganda campuran.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
ODENSE, SABTU — Laga final ganda putra Denmark Terbuka akan menjadi ajang mengadu konsistensi permainan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Pertandingan yang akan berlangsung di Odense Sports Park, Minggu (20/10/2019), ini sekaligus mempertemukan permainan kecepatan ”Minions” dengan kecerdikan mendikte tempo ”The Daddies”.
Ini merupakan final kelima yang mempertemukan Minions, julukan Kevin/Marcus, dan The Daddies, julukan Hendra/Ahsan, di ajang BWF World Tour 2019. Mereka terakhir kali bertemu pada September lalu di China Terbuka. Tiga pertemuan sebelumnya terjadi di Jepang Terbuka, Indonesia Terbuka, dan Indonesia Masters. Keempat final itu semuanya dimenangi oleh Kevin/Marcus yang unggul dalam kecepatan.
Di Denmark Terbuka, Hendra/Ahsan bermain cerdik dengan mengatur tempo hingga pelan dan membuat lawan bingung. Namun, mereka juga bisa dengan cepat menaikkan tempo permainan untuk mematikan lawan. Smes keras, juga pukulan tipuan Ahsan, sama mematikannya dengan kejelian Hendra memanfaatkan ruang.
”Malam ini kami akan pelajari lagi permainan mereka (Kevin/Marcus). Mungkin akan mencoba strategi baru,” ucap Ahsan di laman PP PBSI.
Pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi, mengapresiasi penampilan anak didiknya. ”Pola main yang konsisten dengan yang biasa dilatih di Jakarta menjadi kunci kesuksesan atlet,” katanya dari Odense.
Pada semifinal, Sabtu, 19 Oktober, Kevin/Marcus menunjukan kecepatan mereka masih ”di atas angin” dengan mengalahkan Lu Ching Yao/Yang Po Han (Taiwan), 21-16, 21-11. Kevin/Marcus berhasil menguasai pertandingan dengan baik. Dalam 14 menit laga gim pertama, mereka menang 21-16. Di gim kedua, sempat tertinggal tipis, 6-8, Kevin/Marcus kemudian membalasnya dengan 12-8, 16-9, lalu menang 21-11.
”Shuttlecock di sini sangat cepat, jadi kami harus bisa menjaga ritme permainan kami,” ujar Marcus.
Ini merupakan kemenangan kedua Kevin/Marcus atas pasangan Taiwan itu. Sebelumnya, mereka berhadapan di Malaysia Terbuka 2018, ketika itu Kevin/Marcus menang 21-16, 21-17.
Tiket final diraih Hendra/Ahsan setelah menundukkan ganda Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, 21-19, 19-21, 21-15. Setelah memenangi gim pertama, Hendra/Ahsan sempat kesulitan menjalani gim kedua. Mereka kerap melakukan kesalahan sendiri. Bahkan, perolehan poin di awal gim kedua terpaut cukup jauh, yaitu 3-8, lalu 10-16. Herry menjelaskan, otot kaki Ahsan bermasalah sehingga mengganggu penampilan.
Memasuki gim ketiga, Hendra/Ahsan bangkit. Saat unggul 11-7, Herry meminta Hendra/Ahsan menjaga pertahanan, terutama di belakang. Hendra juga diminta untuk menjaga serangan.
”Jangan terlalu pinggir, nanti keluar. Kalau bisa serang tengah, ke tengah saja,” kata Herry. Strategi itu diambil untuk mengatasi kondisi lapangan yang banyak angin.
”Mereka lawan yang tangguh. Kami sering berhadapan dan selalu ketat. Kunci kemenangan kami karena kami mencoba fokus pada permainan kami,” tutur Hendra di laman PP PBSI.
Bagi Hendra Setiawan, final Denmark Terbuka bukan pertama kalinya dijalani. Hendra, berpasangan dengan Markis Kido, pernah menjadi juara lebih dari satu dekade lalu, yaitu pada Denmark Terbuka 2008. Sementara Kevin/Marcus berusaha mempertahankan gelar 2018.
Ganda campuran
Ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti juga sukses menembus babak final setelah mengalahkan Wang Chi Lin/Cheng Chi Ya (Taiwan), 21-12, 21-12. Ini akan menjadi penampilan final kedua ganda campuran Indonesia pada turnamen BWF World Tour Super 750. Sebelumnya, Praveen/Melati menjadi runner-up di Jepang Terbuka, Juli 2019. Di final, Praveen/Melati akan melawan wakil China, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping.
Langkah Praveen/Melati ke final cukup mengejutkan, terutama saat mengalahkan pemain nomor satu dunia Zheng Siwei/Huang Ya Qiong (China), 18-21, 21-16, 22-20, di perempat final. Kemenangan perdana atas Zheng/Huang itu menjadi berkesan karena diraih setelah enam kali berhadapan dalam laga sengit.
Kemenangan Praveen/Melati atas unggulan pertama menambah rasa percaya diri dan membuka peluang ganda Indonesia meraih gelar. Praveen/Melati bertekad tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Itulah yang membuat mereka bisa menjalani laga semifinal dengan lebih mudah.
Perebutan poin di semifinal hanya terjadi di awal gim pertama dan kedua. Namun, situasi itu tidak berlangsung lama. Praveen/Melati mampu mengatasi tekanan dan merebut kemenangan.
”Perasaan kami tentu senang sekali bisa ke final. Keberhasilan ini memotivasi kami untuk bisa mengambil gelar karena tahun ini kami belum punya gelar,” kata Praveen, dikutip laman PBSI.
Pada tunggal putra, langkah Tommy Sugiarto dihentikan oleh Kento Momota (Jepang) di semifinal dengan skor 21-12, 21-19. Momota mengendalikan permainan pada gim pertama. Tommy mulai menunjukkan perlawanannya saat memasuki gim kedua. Ia bahkan sempat unggul 10-7. Setelah balik tertinggal, Tommy lagi-lagi bisa menyamai poin Momota, 18-18. Namun, Tommy akhirnya harus mengakui keunggulan Momota.
”Selama beberapa minggu ini, saya merasa ada perubahan dari ketahanan saya di lapangan. Dibanding pertemuan sebelumnya lawan Momota, saya bisa lebih memberi perlawanan. Tadi saya agak buru-buru pas ada kesempatan posisi skor imbang dengan lawan,” tutur Tommy.
”Dia lebih tenang dan mampu mengontrol ritme permainan. Saya hanya dapat serangan dari kesalahan kecil lawan. Selebihnya saya memang lebih banyak dikontrol. Kalau mau menang memang saya harus lebih sabar lagi,” tutur Tommy.