Sejumlah tim gagal mempertahankan performa mereka dan memetik hasil kurang bagus di pekan kelima Liga Kompas Kacang Garuda U-14. Ini menjadi tantangan bagi pelatih untuk menguatkan mental dan motivasi para pemain muda.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — SSB Metro Kukusan kian terbenam di dasar klasemen sementara Liga Kompas Kacang Garuda U-14. Pada laga pekan kelima di lapangan GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (20/10/2019), mereka takluk 0-2 dari SSB Pelita Jaya.
Dalam laga itu, dua gol Pelita Jaya dicetak oleh Muhammad Sahid Adam di menit ke-11 dan ke-23. Karena kekalahan itu, Metro Kukusan terbenam di peringkat ke-16 atau juru kunci dengan 0 poin. Mereka hanya memasukkan 2 gol dan kebobolan 12 gol.
Pelatih Metro Kukusan Budiono Martin mengatakan, kekalahan ini karena kekompakan tim sangat buruk. Akibatnya, taktik permainan tidak jalan. ”Sebagus apa pun kemampuan individu pemain, kalau tim tidak padu, sulit untuk meraih hasil positif. Sebab, taktik untuk memenangi laga tidak bisa jalan,” ujarnya.
Semua itu, lanjut Budiono, akibat tim jarang berlatih bersama secara utuh. Dari awal musim, pemain yang datang berlatih hanya sembilan hingga sepuluh pemain per sesi latihan. Kondisi itu karena padatnya jam sekolah para pemain. Rata-rata pemain sudah kelas III SMP sehingga dapat jam tambahan pelajaran hingga pukul 17.00. Sementara jadwal latihan selalu dimulai pukul 16.00 hingga 18.00. Adapun jadwal latihan mereka tiga kali dalam seminggu, yakni Selasa, Kamis, dan Jumat.
Tim pelatih sudah berupaya menyurati wali murid hingga sekolah. Namun, sekolah tetap yang utama karena para pemain yang sudah kelas III harus mempersiapkan diri ikut ujian kelulusan sekolah.
”Sekarang, saya berusaha agar anak-anak minimal bisa berlatih utuh sekali saja dalam seminggu, yakni pada hari Jumat, saat mereka bisa pulang pukul 16.00. Latihan bersama sangat penting untuk membangun kekompakan dan insting dari satu pemain ke pemain lain. Tanpa itu, kami bisa-bisa terus terpuruk dan bisa degradasi,” kata Budiono.
Adapun kemenangan itu mendongkrak peringkat Pelita Jaya. Saat ini, mereka bertengger di peringkat ke-12 dengan 4 poin. Mereka total membuat empat gol dan kemasukan delapan gol.
Salfas Soccer terpuruk
Sementara itu, runner-up Liga Kompas musim lalu, SSB Salfas Soccer, justru terpuruk di papan bawah klasemen sementara. Pada pekan kelima, Salfas Soccer hanya imbang 0-0 dengan SSB Bina Taruna Cibubur. Dengan hasil itu, Salfas Soccer bertengger di peringkat ke-12 dengan 3 poin. Mereka baru memasukkan 4 gol dan kebobolan 7 gol.
Pelatih Salfas Soccer Irwan Salam menuturkan, sejatinya, materi pemain yang ada sekarang cenderung lebih baik daripada musim lalu. Hanya saja, musim ini, mereka tidak ada jenderal lini tengah sebaik musim lalu, yakni Rendy Apriansyah.
Rendy yang juga tergabung dalam tim LKG-SKF Indonesia di Piala Gothia 2019 adalah sosok yang bisa mengatur ritme permainan. Ia tahu kapan harus main cepat dan kapan harus mengatur tempo. Bahkan, dia juga bisa memotong arus serangan lawan.
”Sekarang, tim ini tidak ada jenderal lapangan seperti itu. Akibatnya, tim ini cenderung main tanpa koordinasi yang justru membuat tenaga mereka terkuras sendiri. Di sisi lain, para penyerang juga tidak ada keberanian untuk membuat peluang ataupun menusuk jantung pertahanan lawan,” tuturnya.
Dengan hasil seri itu, Bina Taruna Cibubur bertengger di peringkat ke-13. Mereka baru membuat 4 gol dan kemasukan 6 gol.
Gagal jaga performa
SSB Intan Soccer Cipta Cendikia justru tidak bisa mempertahankan performa apik mereka di awal musim. Pada pekan kelima, mereka takluk 0-1 dari juara bertahan SSB Bina Taruna. Gol semata wayang Bina Taruna dicetak oleh Olfat Ahmad Pedram di menit ke-44.
Hasil itu membuat Intan Soccer berada di peringkat ketujuh dengan 7 poin. Mereka telah membuat 13 gol dan kemasukan 5 gol. Sedangkan Bina Taruna di peringkat kedua dengan 13 poin. Mereka membukukan 10 gol dan kemasukan 1 gol.
Pelatih Intan Soccer Yance Putra menyampaikan, hasil yang didapat sejauh ini menjadi bukti nyata bahwa kemenangan besar 7-0 atas SSB Benteng Muda IFA di awal musim tidak bisa jadi gambaran bahwa tim ini layak juara. Sebab, itu hanya satu dari 30 laga yang ada.
Dalam pembinaan usia muda, semuanya tidak bisa ditebak. Sebab, skill anak-anak relatif merata. Di sisi lain, mental mereka juga belum teruji. ”Mental yang belum teruji membuat apa yang ada di kepala berbeda dengan apa yang ada di lapangan. Inilah yang terjadi pada tim saya. Secara skill individu mereka bagus. Tapi, mental belum. Akibatnya, ketika mental jatuh, seperti saat menghadapi tim kuat seperti Bina Taruna, mereka tertekan dan tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya,” ujar Yance.
Pada laga terakhir, pekan ini, SSB Kabomania bermain imbang 1-1 dengan SSB Bintang Ragunan. Gol Kabomania dilesatkan oleh Muhammad Taufiqul Hakim di menit ke-12, sedangkan gol Bintang Ragunan dibuat oleh Nadhif Rizqullah di menit ke-34.
Dengan hasil itu, Kabomania berada di peringkat kelima dengan 9 poin. Mereka memasukkan 9 gol dan kemasukan 6 gol. Sedangkan Bintang Ragunan di peringkat ke-11 dengan 4 poin. Mereka memasukkan 5 gol dan kemasukan 8 gol.