Indonesia menjadi rujukan negara-negara di Asia Tenggara yang ingin menjadi tamu kehormatan dalam Frankfurt Book Fair, pameran buku terbesar dunia.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·5 menit baca
FRANKFURT, KOMPAS — Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang pernah terpilih sebagai tamu kehormatan dalam Frankfurt Book Fair. Karena itulah, banyak negara di Asia Tenggara belajar dari Indonesia untuk bisa menjadi tamu kehormatan dalam pameran buku terbesar di dunia tersebut.
Dalam 10 tahun terakhir, tidak pernah ada negara di Asia yang tampil sebagai tamu kehormatan Frankfurt Book Fair (FBF) selain Indonesia. Sebelumnya, beberapa negara Asia pernah terpilih sebagai tamu kehormatan, yaitu China (2009), India (2006), dan Korea (2005). Namun, khusus kawasan Asia Tengara, baru Indonesia yang pernah berkesempatan menjadi tamu kehormatan di ajang pameran buku tahunan tersebut.
Indonesia dipercaya sebagai tamu kehormatan pada FBF 2015. Kesempatan emas ini tidak datang tiba-tiba, tetapi sudah dirintis lama sejak 2010 oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).
”Syarat menjadi guest of honour (tamu kehormatan) FBF berat, antara lain mesti memiliki anggaran penerjemahan dan punya minimal 200 judul buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman,” kata Ketua Komite Buku Nasional (KBN) Laura Bangun Prinsloo, Minggu (20/10/2019), di sela kegiatan FBF 2019 di Frankfurt, Jerman.
Syarat jadi guest of honour (tamu kehormatan) FBF berat, antara lain mesti memiliki anggaran penerjemahan dan minimal punya 200 judul buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman.
Ketentuan-ketentuan tersebut berat karena biaya penerjemahan buku sangat tinggi. Selain itu, proses penerjemahan 200 judul buku membutuhkan waktu yang panjang.
Oleh karena itu, setiap negara yang hendak mengajukan diri sebagai tamu kehormatan FBF membutuhkan waktu lama untuk mempersiapkan diri. Kanada yang dipastikan menjadi tamu kehormatan FBF 2020 pada 14-18 Oktober 2020 saja butuh waktu empat tahun untuk memantapkan diri. Penandatanganan kontrak komitmen Kanada sebagai tamu kehormatan FBF 2020 sudah berlangsung sejak 6 Oktober 2016.
”Presiden Kanada FBF 2020 Caroline Fortin berkali-kali datang ke kita (KBN) untuk bertanya dan belajar menjadi tamu kehormatan FBF, mulai dari bagaimana menyiapkan branding (slogan) hingga melakukan penerjemahan 200 judul buku,” kata Laura.
Pada FBF 2020 tahun depan, Kanada akan mengusung slogan ”Singular Plurality” (Pluralitas Tunggal). Pemilihan slogan yang kuat dan menohok sangat penting untuk menancapkan ingatan dunia terhadap negara-negara yang dipercaya sebagai tamu kehormatan. Pada 2015, Indonesia mengambil tema ”17.000 Islands of Imagination” yang menggambarkan bagaimana kekayaan Indonesia dengan lebih dari 17.000 pulaunya.
Selain negara tamu kehormatan, negara-negara lain yang meminta banyak masukan ke Indonesia terkait bagaimana menjadi tamu kehormatan FBF adalah negara-negara Asia Tenggara, mulai dari Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand, hingga Taiwan. Jajaran KBN berkali-kali diundang negara-negara itu untuk mempresentasikan cara pengajuan dan persiapan menjadi tamu kehormatan FBF.
Tahun ini, tamu kehormatan FBF 2019 jatuh kepada Norwegia dengan slogannya ”The Dream We Carry” (Mimpi yang Kami Bawa). Putra Mahkota Kerajaan Norwegia Pangeran Haakon datang langsung bersama Putri Mette Marit dalam acara pembukaan FBF 2019 di Frankfurt.
Berlomba-lomba menyiapkan
Belajar dari kesuksesan Indonesia sebagai tamu kehormatan FBF 2015, Filipina menargetkan diri untuk bisa menjadi tamu kehormatan FBF pada 2024. ”Kami sangat berharap bisa menjadi tamu kehormatan dan kami telah menghubungi pihak FBF untuk menyampaikan keinginan kami tersebut,” kata mantan Presiden Asia Pasific Publishers Association sekaligus Pimpinan Rex Group of Companies asal Filipina Atty Dominador D Buhain.
”Tantangan terbesar kami untuk menjadi tamu kehormatan FBF adalah menyiapkan begitu banyak judul buku untuk diterjemahkan, menyediakan banyak penerjemah, dan tentu saja anggaran yang cukup. Sekarang pemerintah dan swasta mulai menggalang anggaran untuk perbukuan di Filipina,” ujarnya.
Sementara Malaysia berharap antara 2027-2030 bisa menjadi tamu kehormatan FBF. Menurut Direktur Publikasi Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia Abang Patdeli Bin Abang Muhi, mereka kini sudah mulai bersiap-siap.
”UNESCO menetapkan Malaysia sebagai World Book Capital 2020. Dari sini kami akan bergerak ke situ (tamu kehormatan FBF). Untuk bisa menjadi tamu kehormatan FBF, pemerintah dan swasta harus bersama-sama turun menjadi sponsor karena dibutuhkan dana cukup besar, sekitar 60 juta ringgit. Persiapan juga dilakukan dengan penerjemahan karya-karya buku berbahasa Melayu ke bahasa Jerman dan Inggris yang dilakukan Institut Penerjemahan,” paparnya.
Taiwan yang mendirikan stan tepat di depan stan Indonesia pada FBF 2019 juga berharap ke depan bisa menjadi tamu kehormatan FBF. Sebagian besar negara yang belum pernah menjadi tamu kehormatan FBF berupaya keras agar bisa menjadi tamu kehormatan karena pengaruhnya yang luar biasa.
”Ini jalan yang tepat untuk menyebarkan pesan-pesan dan nilai-nilai sebuah negara. Di Taiwan, kini pemerintah membebaskan penerbitan meluncurkan buku-buku apa pun. Tidak ada sensor di Taiwan. Meski demikian, kami butuh waktu persiapan lama, terutama untuk menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Jerman ataupun Inggris,” ucap Michelle Tu, Senior Manajer Taipei Book Fair Foundation.
Mau dibawa ke mana?
Selain dipercaya sebagai tamu kehormatan FBF 2015, pada ajang pameran buku London Book Fair 2019 tanggal 12-14 Maret 2019 Indonesia juga terpilih sebagai negara ”Market Focus” atau negara fokus pemasaran. Meski berkali-kali menjadi rujukan sejumlah negara dalam perhelatan pameran buku dunia, nasib ke depan KBN sebagai organisasi penyelenggara belum jelas. Dua bulan lagi, Surat Keputusan Mendikbud terkait KBN habis dan tidak jelas siapa yang akan melanjutkan rintisan diplomasi literasi Indonesia ke depan
Dalam kampanye pencalonan presiden RI 2019-2024, pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin menjanjikan bahwa KBN akan jadi lembaga independen sebagai sektor terdepan membangun budaya membaca. ”Penulis Sejahtera, Pembaca Bahagia, Penerbit Berjaya. Weekend Bisa Nongkrong di Perpustakaan Nasional nan Keren. Dana Desa Buat Bangun Perpustakaan,” demikian bunyi kampanye pasangan presiden dan wakil presiden yang baru saja dilantik itu.
Kehadiran Indonesia dalam ajang FBF 2019 diharapkan makin memperkenalkan karya-karya literasi Indonesia ke panggung dunia. Frankfurt Book Fair merupakan ajang pameran dan penjualan buku terbesar yang dihadiri lebih dari 7.500 peserta pameran dari 109 negara. Pameran ini dihadiri sekitar 285.000 pengunjung yang menyaksikan lebih dari 4.000 even yang diliput 10.000-an jurnalis dan blogger dari berbagai penjuru dunia.