Atlet-atlet bulu tangkis Indonesia akan menghadapi jadwal sangat padat pada 2020. Ini menuntut pemain lebih jeli dan gigih dalam menjaga penampilan karena taruhannya adalah tiket ke Olimpiade Tokyo.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
ODENSE, MINGGU — Lima final antara sesama pemain Indonesia menjadi hasil fenomenal ganda putra pada turnamen bulu tangkis BWF World Tour 2019. Namun, lebih penting dari statistik itu adalah mempertahankan performa pemain di tengah padatnya ajang besar pada 2020 dengan emas Olimpiade Tokyo sebagai target puncak.
Pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Indonesia Herry Iman Pierngadi bahkan tak menduga bisa terjadi lima final antara sesama pemain yang dilatihnya, termasuk di Denmark Terbuka. Pada final di Odense Park, Odense, Minggu (20/10/2019), Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon mengalahkan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, 21-14, 21-13. ”Minions” pun mempertahankan gelar juara.
Empat final lain, yang juga melibatkan kedua pasangan, terjadi pada Indonesia Masters, Indonesia Terbuka, Jepang Terbuka, dan China Terbuka. Keempatnya juga dimenangi Kevin/Marcus.
Momen final sesama ganda putra Indonesia itu masih bisa terulang dengan musim 2019 yang akan berlangsung hingga Desember. Untuk turnamen BWF Super 300, 500, 750, dan 1000, yang menjadi pilihan atlet top dunia meraih poin, masih tersisa enam turnamen hingga November. Setelah itu, ada turnamen Final BWF World Tour di Guangzhou, China, 11-15 Desember, yang diikuti delapan wakil terbaik dari setiap nomor.
Lima final sesama ganda putra Indonesia, ditambah tiga pasangan pada posisi lima besar daftar peringkat dunia, memperlihatkan mulusnya perjalanan ganda putra Indonesia dalam semester pertama kualifikasi Olimpiade. Masa pengumpulan poin untuk Tokyo 2020 berlangsung pada 29 April 2019 hingga 26 April 2020.
Ketiga pasangan itu adalah Kevin/Marcus (1), Hendra/Ahsan (2), dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (5). Mereka juga menempati enam besar daftar menuju Olimpiade Tokyo 2020.
Jika minimal dua pasangan bertahan pada delapan besar daftar peringkat Olimpiade, 30 April 2020, Indonesia berhak atas kuota maksimal, dua wakil. Kondisi tersebut juga melahirkan keuntungan lain, yaitu memperkecil peluang negara pesaing untuk meraih kuota yang sama. Mengambil contoh dari daftar peringkat Olimpiade pada 15 Oktober, hanya Indonesia dan Jepang yang bisa diwakili dua ganda putra.
Meski skenario menuju Tokyo berjalan mulus, Herry berpendapat, tugas lebih berat menanti pada 2020. Pemain harus menjaga penampilan pada tahun yang diwarnai dengan beberapa ajang besar. Selain Olimpiade, 24 Juli-9 Agustus, ada pula kejuaraan beregu Piala Thomas di Denmark, Mei.
Mereka juga dihadapkan pada turnamen rutin BWF yang wajib diikuti. Khusus tiga ganda putra Indonesia, beban lain adalah mempertahankan gelar juara yang diperoleh pada tahun ini.
Sebelum Denmark Terbuka, Kevin/Marcus menjuarai Malaysia Masters, Indonesia Masters, Indonesia Terbuka, Jepang Terbuka, dan China Terbuka. Fajar/Rian juara di Swiss dan Korea Terbuka. Adapun dalam masa kebangkitan mereka, Hendra/Ahsan menjuarai Selandia Baru Terbuka, All England, dan Kejuaraan Dunia.
”Tahun depan, bebannya lebih berat. Pemain harus bisa mengatur penampilan mereka agar puncak penampilan bisa didapat di Olimpiade,” kata Herry yang pekan ini akan mendampingi Kevin dan kawan-kawan ke Perancis Terbuka Super 750.
Sementara mengenai kekalahan berulang dari rekan muda mereka, Hendra mengatakan, gaya permainan Kevin/Marcus lebih rapi dan cepat dibandingkan pemain-pemain negara lain. ”Level permainan Kevin/Marcus satu tingkat di atas pasangan-pasangan lain. Itu yang membuat mereka lebih sulit dikalahkan,” komentar Hendra.
Gelar pertama Praveen/Melati
Tampil pada final keenam sejak berpasangan pada 2018, ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, akhirnya meraih gelar juara. Dalam final di Odense Park, mereka mengalahkan Wang Yilyu/Huang Dongping (China) yang selalu menang dalam enam pertemuan sebelumnya. Ganda Indonesia peringkat ketujuh itu menang 21-18, 18-21, 21-19.
Gelar itu didapat Praveen/Melati setelah mengalahkan dua pasangan peringkat teratas dunia secara beruntun. Sehari sebelum mengalahkan Wang/Huang, peringkat kedua, mereka menang atas ganda campuran nomor satu dunia yang juga asal China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong.
”Gelar ini meningkatkan kepercayaan diri kami. Strateginya adalah berjuang sampai akhir. Komunikasi dan kerja sama kami bagus,” kata Praveen dalam laman BWF.
Sebelum menjuarai Denmark Terbuka, Praveen/Melati kalah pada satu final 2018 dan empat final 2019. Tiga kekalahan pada tahun ini dialami dari Wang/Huang pada final India, Australia, dan Jepang Terbuka.
Meski juara, Praveen/Melati memiliki catatan yang harus mereka perbaiki, mulai di Perancis Terbuka, pekan ini. Saat berhadapan dengan Wang/Huang, mereka kehilangan fokus saat unggul, 14-7, pada gim ketiga. Lawan memanfaatkan ini dengan merebut 11 angka beruntun hingga Praveen/Melati berbalik tertinggal, 14-18.
Gelar juara ini didapat setelah pelatih ganda campuran memberi peringatan kepada pemain-pemain ganda campuran untuk meningkatkan disiplin. Ini karena di antara mereka ada yang melakukan pelanggaran, yaitu meninggalkan pelatnas hingga larut malam.
Atlet yang melakukan pelanggaran diberi surat peringatan dan harus lebih disiplin jika tak ingin mendapat sanksi lebih keras. Apalagi, ganda campuran termasuk nomor yang berpeluang mengirimkan dua wakil ke Tokyo 2020.