Rendahnya Salinitas dan Paparan Matahari Jadi Pemicu
Faktor rendahnya salinitas dan paparan langsung sinar matahari berkemungkinan besar menjadi pemicu pemutihan terumbu karang di perairan Nagari Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PESISIR SELATAN, KOMPAS -- Faktor rendahnya salinitas dan paparan langsung sinar matahari berkemungkinan besar menjadi pemicu pemutihan terumbu karang di perairan Nagari Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Dua kondisi tersebut dinilai tidak ideal bagi kelangsungan hidup terumbu karang.
Demikian simpulan dari tim yang memeriksa kualitas air di sekitar lokasi, Senin (21/10/2019). Tim berasal dari Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Padang, Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL), dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar. Pemutihan diketuai pada Jumat, (18/10/2019).
Peneliti Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir KKP Padang Ulung Jantama Wisha mengatakan, suhu dan tingkat keasaman (pH) laut di sekitar lokasi relatif normal, yaitu 27-28 derajat celsius dan pH 7-8. Sementara tingkat salinitas atau kandungan garamnya rendah.
“Salinitas di bawah standar. Normalnya, tingkat salinitas laut 33-34 per mil. Saat ini, hanya 19-28 per mil. Kondisi ini disinyalir karena ada pengaruh asupan muara sungai. Kemungkinan besar pemutihan karang ini pengaruh salinitas rendah,” kata Ulung.
Ulung melanjutkan, selain salinitas rendah, pemutihan karang seluas setengah hektar di objek wisata Pantai Manjuto itu dipicu pula oleh paparan langsung matahari. Akhir-akhir ini, karang tersebut sering terekspos ke permukaan dalam hitungan jam akibat pasang surut. Terekspos dalam waktu lama dapat membuat terumbu karang stres dan mati.
Sebagian terumbu karang di lokasi juga ada yang mati karena patah diduga akibat terinjak. Pengamatan Kompas, terlihat sejumlah warga sedang membangun dermaga kecil tempat wisata dari material kayu. Sabtu (19/10) lalu, wisatawan juga tampak bermain-main di sekitar terumbu karang.
Terkait dugaan pemutihan karang akibat berkurangnya paparan sinar matahari karena terhalang kabut asap, Ulung mengatakan, pengaruhnya tidak terlalu signifikan. Sebab, jika karena kabut asap, wilayah yang mengalami pemutihan sangat luas, tidak hanya di Pantai Manjuto. Kabut asap juga akan berpengaruh terhadap pengasaman laut.
“Kalau areanya cuma segini (setengah hektar), sudah pasti faktor dari darat yang lebih memengaruhi, bukan dari iklim atau kabut asap. Faktor dari darat bisa karena polusi perairan dari limbah rumah tangga lewat muara, bisa juga karena besarnya asupan air dari sungai karena hujan badai beberapa waktu sehingga salinitasnya turun,” ujar Ulung.
Senin (21/10) sore, terumbu karang jenis Acropora itu mulai menguning, padahal Sabtu (19/10) lalu, terumbu karang itu pucat kecoklatan. Adapun Ketua Kelompok Sadar Wisata Andespin David Hidayat, yang pertama kali mengetahui fenomena ini, mengatakan, warna terumbu karang putih pucat, Jumat (18/10) siang.
Faktor dari darat bisa karena polusi perairan dari limbah rumah tangga lewat muara, bisa juga karena besarnya asupan air dari sungai karena hujan badai beberapa waktu sehingga salinitasnya turun. (Ulung Jantama Wisha)
Peneliti terumbu karang Universitas Bung Hatta, Indrawadi Mantari, mengatakan pemutihan dan matinya terumbu karang di perairan Sumbar merupakan momok bagi ekosistem laut. Terumbu karang merupakan sarang bagi ikan dan biota laut lainnya. Hilangnya terumbu karang juga meningkatkan risiko abrasi pantai. Dalam tahun ini, abrasi pantai telah merusak pemukiman warga di sekitar pesisir Sumbar.
Menurut Indrawadi, fenomena pemutihan karang berulang kali terjadi di perairan Sumbar. Pada 1998, pemutihan terjadi di Taman Wisata Perairan Pieh. Pada 2000, pemutihan terjadi di Kepulauan Mentawai dan sebagian Pesisir Selatan.
Terakhir kali pemutihan terjadi pula tahun 2016 yang disebabkan kenaikan suhu laut seperti di Perairan Sironjong Ketek. Pada tahun ini, kawasan yang sebelumnya tidak terdampak, seperti Mandeh di Pesisir Selatan, juga mengalami pemutihan.
Namun demikian, gejala pemutihan karang belum terlihat di perairan Pulau Sironjong Ketek, sekitar 8 kilometer dari Pantai Manjuto. Indrawadi mengatakan, secara visual, belum terlihat adanya gejala pemutihan karang di perairan Pulau Sironjong Ketek yang pernah mengalami pemutihan karang parah tahun 2016.
“Laporan sementara dari penyelam Diving Proklamator Universitas Bung Hatta pada, Minggu, (20/10), terumbu karang di kedalaman 3-7 meter terlihat masih biasa. Namun, suhu sangat dingin, sekitar 21-22 celsius,” kata Indrawadi. Para penyelam itu sedang mengadakan sertifikasi selam di perairan Pulau Sironjong Ketek dan menyempatkan untuk mengamati kondisi terumbu karang.