Menteri Berjiwa Petarung Diharapkan Pimpin Pembangunan Pariwisata
Transformasi ekonomi menuju peningkatan daya saing manufaktur dan jasa modern menjadi salah satu target kerja pemerintahan RI 2019-2024. Dalam hal pariwisata, transformasi ini diharapkan dipimpin menteri yang kompeten
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transformasi ekonomi menuju peningkatan daya saing manufaktur dan jasa modern menjadi salah satu target kerja Pemerintahan RI 2019-2024. Dalam hal pariwisata, transformasi ini diharapkan dipimpin oleh menteri yang memiliki jiwa petarung.
Harapan ini menguak di tengah proses pembentukan kabinet Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Hari ini, Senin (21/10/2019), Presiden Joko Widodo mulai memanggil satu per satu calon menteri di Istana Kepresidenan di Jakarta.
Ketua Pokja Bidang Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Hiramsyah S Thaib, kepada Kompas, berpendapat, sosok Menteri Pariwisata yang berjiwa petarung dibutuhkan untuk memimpin transformasi ekonomi di bidang pariwisata.
”Pemimpin berjiwa petarung diperlukan karena pekerjaan ini sarat koordinasi dengan lintas kementerian dan lembaga. Menteri Pariwisata harus profesional dan punya rekam jejak yang baik sehingga bisa merealisasikan pariwisata sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukmadani. Menurut dia, Menteri Pariwisata selanjutnya harus merupakan orang yang kompeten di bidangnya, terlepas muda atau tua.
”Harus orang yang kompeten di bidangnya, punya jiwa kepemimpinan, keterampilan manajerial yang bagus, serta paham regulasi,” ujar Hariyadi saat dihubungi terpisah.
Karakter tersebut dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi pariwisata Indonesia. Menurut Hariyadi, Indonesia mampu menarik hingga 30 juta wisman atau mendekati kunjungan wisman ke Thailand yang pada 2018 mencapai 38,3 juta orang.
Dengan wilayah yang lebih luas daripada Thailand dan jumlah akomodasi yang mencapai sekitar 700.000 kamar, potensi itu dinilai mungkin tercapai jika Pemerintah Indonesia giat membuat strategi pemasaran yang tepat.
Sampai tahun 2018, Indonesia baru kedatangan 15,8 juta wisman yang menyumbang devisa sampai 19,29 miliar dollar AS. Adapun berdasarkan data terakhir Bank Indonesia, surplus jasa perjalanan wisman pada triwulan II-2019 mencapai 3 miliar dollar AS.
Indonesia baru kedatangan 15,8 juta wisman yang menyumbang devisa sampai 19,29 miliar dollar AS.
Surplus jasa perjalanan sendiri belum mampu mendongkrak neraca perdagangan jasa yang pada periode sama defisit 2 miliar dollar AS. Namun, sejauh ini, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2019 masih surplus 85,1 juta dollar AS.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, devisa pariwisata meningkat lebih dari 50 persen dari total 11,1 miliar dollar AS. Daya saing pariwisata dari tahun ke tahun, berdasarkan survei Travel & Tourism Competitiveness Index, juga meningkat dari skor 3,8 di 2009 ke skor 4,3 di 2019.