logo Kompas.id
UtamaParadigma Baru Memandang...
Iklan

Paradigma Baru Memandang Keanekaragaman Hayati

Status megabiodiversitas membuat Indonesia terjebak dengan kekayaan tersebut tanpa melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang berarti.

Oleh
Deonisia Arlinta
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/kECcawRz4PQ3zQRuze3P5OIh6mA=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2FDSCF0839_1563968142.jpg
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Ilustrasi - Masyarakat dari berbagai unsur mengikuti pelepasliaran tukik atau anak penyu dalam acara yang diselenggarakan Nusa Biodiversitas Indonesia dan Project Why Not di kawasan Pantai Klui, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (20/7/2019).

JAKARTA, KOMPAS – Paradigma masyarakat memandang keanekaragaman hayati di Indonesia perlu diubah. Indonesia jangan lagi dilihat sebagai negara dengan megabiodiversitas, melainkan negara dengan ancaman kerusakan ekosistem yang tinggi. Dengan begitu, desakan perlindungan terhadap lingkungan semakin kuat dan pembangunan nasional lebih sejalan dengan upaya konservasi.

Profesor riset bidang taksonomi tumbuhan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2010-2017, Dedy Darnaedi, menuturkan, status megabiodiversitas membuat Indonesia terjebak dengan kekayaan tersebut tanpa melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang berarti. Kondisi terkini justru sebaliknya, keanekaragaman hayati di Indonesia semakin terancam.

Editor:
hamzirwan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000