Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan bahwa meski sudah ada perbaikan dalam penanggulangan, tuberkulosis tetap jadi salah satu dari 10 penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Di tengah dominasi penyakit tidak menular, seperti stroke, jantung, hipertensi, dan obesitas, ternyata masih ada penyakit infeksi yang tetap jadi masalah kesehatan dunia sejak jutaan tahun lalu, yaitu tuberkulosis. Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, meski sudah ada perbaikan dalam penanggulangan, tuberkulosis tetap jadi salah satu dari 10 penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia.
Dokumen Global Tuberculosis Report 2019 yang dirilis pada Kamis (17/10/2019) memperlihatkan secara global jumlah orang yang didiagnosis dan mendapat pengobatan tuberkulosis (TB) naik dari 6,4 juta pada 2017 menjadi 7 juta tahun 2018. Adapun kasus kematian akibat TB menurun dari 1,6 juta jiwa tahun 2017 menjadi 1,5 juta jiwa pada 2018.
Dalam pernyataannya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengutarakan, ”Laporan ini menjadi bukti, kita bisa mencapai target global jika bekerja sama seperti saat menjalankan inisiatif WHO Temukan, Obati, dan Akhiri TB bersama Stop TB Partnership dan Global Funds.”
Setiap tahun masih ada 10 juta orang yang terinfeksi TB.
Namun, bagi penyakit yang bisa dicegah dan diobati, statistik dalam laporan global terbaru itu sesungguhnya tidak dapat diterima. Lihat saja, setiap tahun masih ada 10 juta orang yang terinfeksi TB. Dari jumlah itu, ada 3 juta orang yang kasusnya belum dilaporkan atau didiagnosis dan mendapat pengobatan dengan benar. Lebih dari setengah dari 3 juta itu berasal dari empat negara ini, yakni India, Nigeria, Indonesia, dan Filipina.
Jumlah tersebut belum termasuk kasus TB yang bakterinya sudah kebal terhadap obat lini pertama. Ada sekitar 500.000 kasus seperti ini di dunia setiap tahun yang hanya sepertiganya mengakses pengobatan.
Belum lagi soal pendanaan program penanggulangan TB yang kurang. Selama ini, dari 0,9 miliar dollar AS pendanaan internasional untuk program TB dunia, 70 persen masih berasal dari Global Fund. Komitmen dan kemampuan setiap negara untuk mengakhiri epidemi TB tak sama. WHO mencatat, diperlukan pendanaan global sekitar 3,3 miliar dollar AS untuk program pencegahan TB saja.
Pertempuran umat manusia melawan kuman TB memang tidak pernah mudah. Sesungguhnya, secara teori bakteri Mycobacterium tuberculosis—penyebab penyakit TB—bisa mati jika terpapar matahari. Secara logika, negara yang berlimpah sinar matahari, seperti Indonesia, seharusnya bisa terbebas dari TB.
Namun, kenyataannya tidak. Kuman TB tidak melulu bersirkulasi di permukiman kumuh warga di berbagai pelosok dunia, tetapi juga menyebar cepat di angkutan umum massal di kota-kota besar.
Kondisi sosial ekonomi negara dan masyarakat, komitmen pemerintah, serta ketangguhan dan keandalan sistem kesehatan negara-negara di dunia turut memengaruhi capaian eliminasi TB tahun 2030 sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) target 3.3.
Dalam penggalangan dana di Lyon, Perancis, Kamis (10/10), seperti dilansir Associated Press, Global Fund berhasil mengumpulkan dana 13,92 miliar dollar AS untuk mendanai program penanggulangan AIDS, TB, dan malaria untuk tiga tahun ke depan. Acara ini dihadiri puluhan kepala pemerintahan yang mayoritas dari Afrika.
Di antara para donatur terdapat Presiden Perancis Emmanuel Macron, Co-founder Microsoft Bill Gates, dan bintang rok dari grup band U2, Bono, yang “berkomitmen setidaknya 100 juta dolar AS selama penggalangan dana untuk mencapai total lebih dari 14 miliar dolar AS”.
“Kami luar biasa senang,” kata Direktur Eksekutif Global Fund Peter Sands dalam jumpa pers. “Dengan sumber daya ini, kami bisa meningkatkan perjuangan melawan AIDS, tuberkulosis, dan malaria”.
Selain Macron, Gates, dan Bono, ada banyak negara dan lembaga negara yang juga menyumbang, antara lain Kongres AS, pemerintah Inggris, Jerman, Kanada, dan Uni Eropa.
Dana yang terkumpul akan dipakai membiayai program penanggulangan AIDS, TB, dan malaria di lebih dari 100 negara. Negara-negara yang mendapat kucuran bantuan besar, yaitu Nigeria, Tanzania, Republik Demokratik Kongo, Mozambik, dan Zimbabwe. Bantuan ini diharapkan bisa menyelamatkan 16 juta nyawa.