Potensi angin kencang di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, diperkirakan masih terus berlangsung selama beberapa hari ke depan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS - Potensi angin kencang di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, diperkirakan masih terus berlangsung selama beberapa hari ke depan. Warga yang mengungsi pun bertambah akibat angin yang bercampur debu itu mengganggu kesehatan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, hingga Senin pukul 13.00, terdapat 1.182 orang pengungsi yang tersebar di tujuh titik pengungsian, antara lain di Balai Desa Punten, Posko BPBD Batu, dan Rumah Dinas Wali Kota Batu. Sementara itu, belum ada jumlah pasti bangunan yang rusak akibat angin. BPBD Batu masih fokus menangani pengungsi.
Bencana ini mengakibatkan satu korban meninggal akibat tertimpa pohon. Korban bernama Sadiq (70), warga Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. Adapun ratusan orang lainnya sempat mendapatkan pelayanan kesehatan di pengungsian, mayoritas mengalami infeksi saluran pernapasan dan iritasi mata.
Kondisi angin kencang merata, tetapi di beberapa spot (titik) tekanannya lebih ekstrem akibat pengaruh lokal.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Karangploso Malang Anung Suprayitno mengatakan, angin kencang biasa muncul saat pancaroba. Potensi angin kencang di Batu masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan.
"Sekarang sudah pancaroba dan didahului angin sejak awal Oktober kemarin. Kondisi angin kencang merata, tetapi di beberapa spot (titik) tekanannya lebih ekstrem akibat pengaruh lokal," katanya, Senin (21/10/2019).
Anung mengatakan, di satu sisi, angin kencang juga memperparah kebakaran lahan yang saat ini masih melanda lereng Gunung Arjuna. Namun, di sisi lain, kebakaran lahan itu juga memicu embusan angin menjadi lebih kencang karena pengaruh perbedaan suhu dan tekanan. Angin bertiup dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Angin kencang membuat upaya pemadaman kebakaran lahan di lereng Arjuna kembali terkendala. Upaya pembasahan dari udara menggunakan helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana kembali gagal dilakukan sepanjang Senin.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Jawa Timur Satrio Nurseno mengatakan, helikopter sempat terbang dan mengambil air di Waduk Selorejo untuk melakukan pembasahan. Namun, karena cuaca tidak memungkinkan, akhirnya air yang sudah berada di dalam baket dibuang lagi.
"Kecepatan normal angin 20 kilometer (km) per jam, tapi hari ini kecepatan anginnya 50 km per jam. Jadi, sudah tidak aman lagi untuk terbang," kata Satrio, yang mengaku belum tahu sampai kapan helikopter akan siaga untuk memadamkan kebakaran lahan di Arjuna.
Penanganan pengungsi
Sementara itu, terkait pengungsian warga, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko menjelaskan, angin kencang yang bercampur debu itu membuat kesehatan warga terganggu. "Jadi, bukan hanya angin kencang. Yang jadi masalah, meski rumah warga bagus, tetapi ada debu. Angin membawa debu sehingga akhirnya orang sulit bernapas dan mata iritasi," katanya.
Menurut Dewanti, sebagian besar atap rumah yang rusak terbuat dari seng. Karena itu, ke depan, pihaknya berharap atap dibuat dari bahan yang lebih kokoh. Demikian pula lahan pertanian yang selama ini terbuka, harus diberi pohon keras.
Pemerintah Kota Batu sendiri tidak akan membatasi jumlah dana yang akan digunakan untuk membantu perbaikan rumah warga yang rusak. Menurut Dewanti, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga akan membantu dana untuk perbaikan.
Kondisi angin sepanjang Hari Senin sedikit berkurang dibanding sehari sebelumnya. Namun, pengungsi baru juga masih terus berdatangan, meski sebagian ada yang pulang menengok rumah. Lokasi pengungsian berjarak 10-16 kilometer dari Sumberbrantas.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, saat mengunjungi pengungsi, Senin, mengatakan, pihaknya sudah memastikan agar tiga infrastruktur dasar masyarakat bisa berjalan, yakni pendidikan, kesehatan, dan layanan ibadah. Untuk fasilitas ibadah dan layanan kesehatan, kondisinya baik.
"Namun, untuk gedung sekolah SMP, ada yang butuh rekonstruksi segera (rusak). Mudah-mudahan satu minggu saja para siswa belajar di luar kelas. Setelah itu, ada tempat sekolah darurat agar anak-anak tidak terlalu lama diliburkan. Nanti kita akan mencocokkan dengan (data) Pemerintah Kota Batu, bagaimana mengidentifikasi rumah-rumah yang terdampak," katanya.