Hingga pukul 12.00, sudah ada enam orang yang dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Merdeka, Jakarta, Senin (21/10/2010). Keenamnya kemungkinan akan mengisi posisi jabatan menteri di Kabinet Kerja Jilid 2.
Oleh
Khaerudin
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada Senin (21/10/2019) hingga pukul 12.00, sudah ada enam orang yang dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Merdeka, Jakarta. Keenam orang ini adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, CEO dan pendiri Gojek Indonesia Nadiem Makarim, Bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia Paruntu, pengusaha dan Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Erick Thohir; pemilik dan CEO NET TV Wishnutama Kusbandiono dan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian.
Mahfud yang hadir pertama pada Senin ini sempat berbicara panjang lebar dengan media seusai bertemu Presiden. Dari keterangan Mahfud, Presiden memang tengah memanggil sejumlah orang yang kemungkinan bakal mengisi kabinet di periode kedua pemerintahannya.
Menurut Mahfud, Presiden akan mengumumkan susunan Kabinet Kerja Jilid 2 pada Rabu (23/10/2019). Mahfud bahkan mengaku memang diminta Presiden Jokowi menjadi salah satu menteri di kabinetnya nanti.
”Saya diminta membantu beliau menjadi salah seorang menteri dengan lebih dulu beliau bercerita tentang problem kita yang sifatnya makro lalu problem kita yang sifatnya spesifik. Yang makro menyangkut masalah ideologi, politik kemudian korupsi, sumber daya alam. Sangat detail. Kemudian ada beberapa yang sangat spesifik, seperti pelanggaran HAM, penegakan hukum, korupsi, yang betul-betul menjadi perhatian Presiden. Beliau mengatakan, lembaga eksekutif ini harus jadi penjuru penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Secara sungguh-sungguh sehingga rakyat tahu kalau kita bekerja untuk itu,” papar Mahfud.
Namun, Mahfud tak secara spesifik mengaku posisi menteri apa yang ditawarkan Presiden kepadanya. Menurut dia, Presiden juga sempat berdiskusi tentang persoalan deradikalisasi.
”Deradikalisasi itu munculnya apa karena benturan-benturan primordial yang itu harus ditangani juga agar kebersatuan kita dalam keberagaman atau keberagaman dalam kebersatuan itu terbina dengan baik sehingga kita maju dan di tahun 2045 itu kita benar-benar menjadi Indonesia emas,” tutur mantan Menteri Pertahanan di era Presiden Abdurrahman Wahid ini.
Saya diminta membantu beliau menjadi salah seorang menteri dengan lebih dulu beliau bercerita tentang problem kita yang sifatnya makro lalu problem kita yang sifatnya spesifik.
Menurut Mahfud, Presiden memang tidak secara rinci menunjuk orang-orang yang dipanggil ke Istana Merdeka hari ini untuk jabatan tertentu. Saat ditanya wartawan apakah dengan bahasan tentang penegakan hukum dirinya bakal menjadi Jaksa Agung, Mahfud mengatakan bisa saja malah dia diminta menjadi menteri agama.
”Kan, bisa jadi menteri agama juga. Tadi, kan, bicara deradikalisasi juga, hukum, pemberantasan korupsi, penyelesaian masalah HAM. Tadi disinggung di bagian speisifik.
Mahfud mengatakan, Presiden sudah tahu secara rinci riwayat hidupnya. Hanya saja, menurut Mahfud, dirinya siap di posisi apa pun yang ditunjuk Presiden. ”Saya juga enggak tanya (posisi apa) ke Presiden karena ternyata Presiden juga hapal riwayat hidup saya. Pak Mahfud ini ahlinya ini, ijazahnya ini, pengalaman politiknya ini. pengalaman birokrasinya ini. Hapal beliau sehingga itu memberi kesimpulan, saya tidak perlu meminta apa. Saya siap,” katanya.
Dari keterangan Mahfud pula, diketahui kemungkinan pelantikan Kabinet Kerja Jilid 2 bakal digelar pada Rabu lusa. ”Hari Rabu pukul 07.00 (yang ditunjuk jadi menteri) diundang, diperkenalkan semua kepada Anda. Sesudah itu, pukul 09.00 penyerahan SK, keputusan Presiden untuk masing-masing orang. Sesudah itu pelantikan,” kata Mahfud.
Selain Mahfud, Nadiem juga mengatakan mendapat tawaran menjadi menteri. ”Dapat kehormatan luar biasa untuk bergabung ke kabinetnya Pak Presiden. Ini kehormatan luar biasa. Saya sangat senang menjadi orang Indonesia hari ini. Dari dulu misi saya di Gojek itu menampilkan Indonesia di panggung dunia. Ini adalah kelanjutan dari misi itu, tetapi sekarang untuk negara dan dalam skala lebih besar,” katanya.
Seperti Mahfud, Nadiem juga tak secara spesifik bicara soal menteri apa yang ditawarkan kepadanya. ”Mengenai posisi spesifiknya itu nanti akan diumumkan Pak Presiden sendiri,” katanya.
Hanya saja, menurut Nadiem, dalam pembicaraan dengan Presiden, dirinya diajak berdiskusi mengenai visi dan misi Indonesia di masa depan. ”Kami bicara mengenai visi dan misi ke depan. Terutama menyangkut tema-tema yang disebut dalam pidato dan arahan Presiden untuk mengembangkan masa depan Indonesia. Orientasinya pada masa depan. Semua arahan Presiden, seperti peningkatan kualitas SDM, reformasi birokrasi, dan investasi,” katanya.
Nadiem pun mengaku bersedia membantu Presiden di posisi apa pun yang ditawarkan kepadanya. ”Saya bersedia dan saya menerima. Nanti tunggu kabarnya dari Presiden sendiri,” katanya.
Sementara Wishnutama mengatakan, Presiden mengajaknya bicara tentang hal-hal yang bisa meningkatkan devisa. Termasuk sejumlah event internasional yang digelar di Indonesia hingga ekonomi kreatif.
”Kira-kira di bidang yang kemampuan saya. Kira-kira untuk meningkatkan devisa. Walaupun saya tidak bercita-cita jadi menteri, untuk kebaikan bangsa kita, saya bersedia. Misalnya, peningkatan bangsa kita sehingga mampu bersaing di dunia internasional. Bicara event juga tadi kalau enggak salah,” kata Wishnutama.