Kebakaran hutan di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan, kian meluas, Selasa (22/10/2019). Angin yang bertiup sangat kencang dan mencapai 40 kilometer per jam membuat api dengan mudah melahap apa saja di sekitarnya.
Oleh
reni sri ayu
·2 menit baca
GOWA, KOMPAS — Kebakaran hutan di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan, kian membesar, Selasa (22/10/2019). Angin yang bertiup sangat kencang dan mencapai 40 kilometer per jam membuat api dengan mudah melahap apa saja di sekitarnya.
Gunung Bawakareng adalah salah satu destinasi wisata minat khusus di Sulsel. Gunung ini bukan hanya ramai dikunjungi pendaki lokal, melainkan juga pendaki dari daerah lain. Kondisi gunung Bawakareng sebagian masih berupa hutan lebat walau di sisi lain mulai ditambah untuk kawasan perkebunan. Di gunung ini juga terdapat hulu Sungai Jeneberang, sumber air terbesar untuk Bendungan Bili-Bili.
Pantauan di Kecamatan Tinggimoncong, Gowa, dan kaki Gunung Bawakareng menunjukkan api menyebar dengan sangat cepat. Kondisi ini diperparah cuaca yang panas dengan pepohonan dan alang-alang kering.
Jika semula api hanya membakar area sekitar pos satu dan dua yang juga merupakan jalur pendakian, kini sudah merambat ke sisi lain gunung. Dari kejauhan terlihat titik api dan asap bermunculan. Di Dusun Lembanna, area sekitar perkampungan warga dipenuhi asap. Sebagian warga bersiap-siap mengungsi.
”Saat api masih kecil, warga masih bisa saling bantu memadamkan dengan memukul-mukul ranting kayu, tetapi sekarang situasinya sudah parah. Bahkan, kami sulit mendekat karena hawa panas dari api,” kata Hasrul (42), petani sayur di Dusun Bulu Ballea, Kelurahan Pattapang, Tinggimoncong, Gowa, Selasa (22/10).
Bulu Ballea berada di sisi sebelah Utara Gunung Bawakareng. Api yang membakar area ini berasal dari bagian atas gunung yang terus menjalar ke bawah hingga dekat permukiman dan lahan kebun milik warga.
”Saya lahir di sini dan sekarang usia saya 42. Belum pernah saya lihat api sebesar ini membakar gunung. Pernah lebih dari lima tahun lalu terbakar agak besar, tetapi yang sekarang jauh lebih besar,” kata Kartini, seorang warga.
Berdasarkan data BMKG Sulsel, kecepatan angin rata-rata mencapai hingga 40 kilometer per jam dan bertiup dari Timur ke Tenggara. Adapun suhu udara berkisar 19-35 derajat celsius. Terdapat sekitar 29 titik api yang 16 di antaranya dengan tingkat kepercayaan 81-100 persen.
”Data persen tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan bahwa hotspot yang dipantau dari data satelit merupakan kebakaran yang terjadi di lapangan. Semakin tinggi tingkat kepercayaan atau persen, semakin tinggi pula potensi hotspot tersebut adalah benar benar kebakaran lahan atau hutan yang terjadi,” kata Dwi Lestari Sanur, prakirawan BMKG Sulsel.