Saat audisi di Surabaya, Djarum Foundation menghilangkan logo, merek, dan brand image Djarum di seragam yang dikenakan peserta audisi. Satu-satunya kata ”Djarum” hanya terpasang di nomor peserta yang terbuat dari kertas.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
Isak tangis Nur Hafidzah Afifah (9) tak terbendung setelah berhasil mengamankan satu super tiket U-11 Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 di GOR Bulu Tangkis Soedirman, Surabaya, Selasa (22/10/2019). Latihannya selama enam tahun terakhir akhirnya terbayar setelah berhak mengikuti babak grand final di Kudus, Jawa Tengah, November mendatang.
”Kalau menang, biasanya menangis bahagia,” ujar Samaratul Khatimah (36), ibu dari Afifah, yang setia menemani anaknya mengikuti audisi di Surabaya.
Afifah merupakan satu dari 26 pemain yang berhak mengikuti Grand Final Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 di Kudus. Mereka menyisihkan lebih dari 800 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia.
Keberhasilan meraih satu tiket menuju grand final di Kudus merupakan salah satu impiannya sejak kecil. Ketika masih bersekolah di taman kanak-kanak, pelajar asal Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, itu memimpikan bisa menggantikan pebulu tangkis idolanya, Liliyana Natsir, mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.
Setiap hari, pelajar kelas IV sekolah dasar itu berlatih bulu tangkis agar bisa lolos menjadi salah satu atlet PB Djarum seperti idolanya. ”Saya ingin masuk PD Djarum seperti Liliyana, pasti di sana bagus bisa berkembang,” ujar Afifah.
Meskipun beberapa kali menyebut PB Djarum saat diwawancara, tak satu pun kata tersebut terpasang di seragamnya. Saat audisi di Surabaya, Djarum Foundation menghilangkan logo, merek, dan brand image Djarum di seragam yang dikenakan peserta audisi. Satu-satunya kata ”Djarum” hanya terpasang di nomor peserta yang terbuat dari kertas, itu pun tidak dipasang permanen.
Sejak tudingan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan Yayasan Lentera Anak tentang eksploitasi anak dalam audisi bulu tangkis Djarum mencuat, akhirnya logo, merek, dan brand image dihilangkan. Adapun perangkat pertandingan dan wasit masih mengenakan seragam dengan merek dagang tersebut. Nama yang sebelumnya Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 kini pun menjadi Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019.
Meskipun demikian, kata Ketua Tim Pencari Bakat PB Djarum Christian Hadinata, tidak ada yang berubah dalam sistem seleksi tahun ini. Rencana yang sudah disusun sejak awal tetap berjalan, seperti jadwal dan kelompok umur. Pada audisi tahun ini, seleksi diadakan di lima kota pada kelompok umur U-11 dan U-13.
Semangat yang dibawa anak-anak tersebut tak ikut menghilang seperti logo di seragam mereka. Afifah mengaku tidak mempermasalahkan apa pun yang ada di seragamnya. ”Saya yang penting bisa bermain bagus, menang, dan menjadi juara,” ujarnya.
Orangtua peserta lainnya, Ema Sijimaningsih (44), berharap audisi ini terus berjalan. Menurut dia, banyak sekali anak-anak seperti putrinya, Vivi Silvia Mufarokhah (13), yang ingin menjadi pebulu tangkis andal dengan bergabung di PB Djarum. Mereka berlatih sangat keras untuk menggapai impian.
Liliyana yang bergabung dengan tim pencari bakat mengatakan, audisi sejak usia dini sangat penting untuk regenerasi pebulu tangkis di Indonesia. Melalui ajang ini, Indonesia bisa terus mencetak pahlawan-pahlawan yang akan mengharumkan nama Indonesia di dunia melalui olahraga.
”Semangat anak-anak di Surabaya sangat tinggi. Kemampuan mereka pun sangat bagus sehingga super tiket pilihan mencapai 14 anak, melebihi super tiket hasil pertandingan sebanyak 12 anak,” ujar mantan pemain ganda campuran andalan Indonesia ini.