Dua Pekan, Kebakaran di Arjuna Belum Bisa Dipadamkan
Kebakaran hutan dan lahan di kawasan Taman Hutan Raya R Soerjo di Gunung Arjuna, Jawa Timur, yang sudah terjadi dua pekan, hingga kini belum berhasil dipadamkan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan di kawasan Taman Hutan Raya R Soerjo di Gunung Arjuna, Jawa Timur, yang berlangsung sejak dua pekan lalu hingga kini belum berhasil dipadamkan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur mengatakan, tahun ini Arjuno sudah terbakar 50 kali.
Hari Selasa (22/10/2019), pemadaman melalui udara menggunakan helikopter kembali dilakukan setelah sehari sebelumnya, Senin, helikopter MI8-MTV RDPL-34260 milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana gagal beroperasi akibat angin kencang.
”Pemadaman di Arjuna berat sekali. Satu titik sudah disiram tiga kali (12 ton air), tetapi belum padam juga,” kata Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur Satrio Nurseno di Surabaya. Sepanjang Selasa, cuaca kondusif, angin bertiup tidak terlalu kencang.
Menurut Satrio, kemungkinan api membakar kayu sampai ke dalam tanah sehingga baranya sulit dipadamkan. Selain itu, luasan kebakaran juga cukup besar dan berada di medan yang sulit dijangkau oleh guyuran air.
Pemadaman di Arjuna berat sekali. Satu titik sudah disiram tiga kali (12 ton air), tetapi belum padam juga.
Berdasarkan catatan BPBD Jawa Timur, sepanjang musim kemarau tahun ini terjadi lebih dari 50 kali kebakaran di Arjuna. Dua di antaranya harus melibatkan pengguyuran (water bombing) dari udara menggunakan helikopter. Water bombing pertama dilakukan akhir Juli lalu. ”Sebelum water bombing pertama, sudah ada 45 kali kebakaran,” katanya Satrio.
Disinggung soal dampak susulan akibat kebakaran yang skalanya cukup besar di gunung saat musim hujan tiba, Satrio mengatakan ada ancaman bencana lain, seperti tanah longsor. Tanah longsor berpotensi terjadi apabila ada lahan yang gundul (habis terbakar) tersiram oleh curah hujan tinggi dengan durasi lama.
Untungnya, lokasi hutan dan lahan yang terbakar di Arjuna berada jauh dari permukiman dan seberang jurang. ”Untuk mengantisipasi, tentunya kami akan berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota di sekitarnya,” katanya.
Sebelumnya, saat meninjau pengungsi bencana angin kencang di Batu, Senin (21/10/2019) sore, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, topografi area yang terbakar di Arjuna cukup terjal, mencapai 70 derajat. Pemerintah Provinsi Jawa Timur sudah berkoordinasi dengan BNPB dan mendapatkan dukungan satu helikopter.
”Kemarin saya dapat info lagi bahwa di kawasan Gunung Ijen juga terjadi kebakaran sehingga akses ke Blue Fire (kawah) sementara ditutup. Kami sesungguhnya butuh dukungan tambahan helikopter untuk water bombing. Kalau masih bisa dipindah (helikopter), kami berharap ada pergerakan dari titik lain ke Jawa Timur,” ujarnya.
Terlepas dari pemadaman secara teknis, menurut Khofifah, dirinya berharap warga dan pesantren bisa membantu dengan menyelenggarakan shalat minta hujan (istisqo).
”Saat kami melakukan shalat istisqo dua minggu lalu, pagi kita lakukan, sore lima kabupaten sudah mulai mendung dan besoknya hujan. Karena kemarau ini panjang dan luas, kami berharap ada bantuan dengan bermunajat di banyak titik,” ucapnya.