Meksiko Lakukan Konsolidasi Pascabentrokan Melawan Kartel
Sebagian besar warga Meksiko percaya pengedar narkoba lebih berkuasa dibandingkan pemerintah. Karena itu, pemerintah setempat melakukan konsolidasi setelah pekan lalu terjadi bentrokan saat menghadapi kartel di Sinaloa.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
CULIACAN, SELASA — Meksiko berusaha membenahi kekacauan dalam negeri akibat bentrok dengan kartel narkoba di Sinaloa, Culiacan, pekan lalu. Selain mengirim pasukan khusus, pemerintah juga melobi Amerika Serikat untuk memperketat penyelundupan senjata api di perbatasan. Namun, warga setempat masih diliputi ketakutan.
Pemerintah Meksiko mengerahkan lebih dari 400 anggota pasukan khusus berpatroli di Culiacan, Senin (21/10/2019). Patroli itu dilakukan setelah Culiacan kacau akibat serangan kartel Sinaloa melawan otoritas Meksiko yang mencoba menahan Ovidio Guzmán López, putra pemimpin kartel, Joaquín ”El Chapo” Guzmán.
Pihak otoritas akhirnya melepaskan Ovidio karena kalah kekuatan. Pejabat lokal melaporkan, sebanyak 13 orang tewas akibat insiden tersebut. ”Kami akan melindungi warga, itu misi kami. Kami melawan ketidakamanan,” kata Jenderal Carlos Ramon Carrillo de Villar.
Meksiko pun meningkatkan upaya pencegahan agar insiden serupa tidak lagi terjadi. Setelah Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador menelepon Presiden AS Donald Trump, para pejabat kementerian terkait lanjut bertemu dengan Duta Besar AS untuk Meksiko Christopher Landau.
”Amerika Serikat telah berjanji akan berupaya untuk menekan perdagangan ilegal senjata yang diyakini menjadi sumber dari sebagian besar senjata api para penjahat Meksiko,” bunyi pernyataan Pemerintah Meksiko.
Kedutaan Besar AS di Meksiko juga mengeluarkan pernyataan, kerja sama kedua negara ini bernama Operasi Beku. Kedua pihak juga setuju untuk bergerak cepat dalam berbagi informasi dan memberikan hasil yang spesifik.
Pro dan kontra
Konvoi militer Meksiko di sepanjang jalan-jalan Culiacan dan upaya pencegahan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya dan aman kepada warga. Namun, jajak pendapat nasional pada Senin menunjukkan, publik terbagi mengenai insiden yang terjadi di Sinaloa.
Survei yang dilakukan oleh surat kabar Reforma menyatakan, 49 persen warga tidak setuju atas pembebasan Ovidio dan 45 persen lainnya mendukung. Sementara survei dari GCE menemukan, 34 persen warga tidak setuju dan 54 persen setuju.
Di Culiacan, warga mulai bernapas lega karena pemerintah tidak memaksa untuk menangkap Ovidio. Selama kekacauan terjadi, warga turut dihujani tembakan di beberapa lokasi.
”Sekarang, tiga atau empat hari sesudahnya, orang-orang mengatakan baguslah pemerintah tidak menangkapnya karena ada kemungkinan pembantaian massal. Pengiriman lebih banyak pasukan elite ke Culiacan membuat beberapa orang khawatir pemerintah mencoba menangkap Guzman lagi,” tutur Juan Carlos Ayala, warga Culiacan dan profesor sosiologi Universitas Sinaloa.
Sebaliknya, beberapa pihak lainnya mengecam Pemerintah Meksiko. Mereka menilai, pembatalan penahanan merupakan kapitulasi pemerintah terhadap kartel narkoba.
”Aturan hukum telah memberi jalan kepada aturan kekuatan. Pihak berwenang yang menyerah melaksanakan tugas karena perlawanan beberapa individu adalah resep terbaik untuk melanjutkan impunitas dan melanggengkan kekerasan,” ujar Luis Gonzalez Perez, Kepala Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Meksiko.
Survei GCE menyebutkan, 63,5 persen percaya pengedar narkoba lebih berkuasa dibandingkan pemerintah. Lebih dari tiga perempat percaya pembebasan Ovidio akan memberanikan organisasi kriminal berbisnis.
Presiden Meksiko mengklaim, keputusan untuk melepaskan Ovidio merupakan satu-satunya cara menyelamatkan nyawa warga. Selain itu, para anggota kartel sempat melumpuhkan kota dan menyandera sejumlah orang. (REUTERS/AP)