Minimnya pembinaan usia dini pada cabang olahraga golf menjadi salah satu penyebab prestasi golf Indonesia masih kalah dengan negara Asia lainnya. Indonesia juga masih belum memiliki program pembinaan jangka panjang
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Minimnya pembinaan usia dini pada cabang olahraga golf menjadi salah satu penyebab prestasi golf Indonesia masih kalah dengan negara Asia lainnya. Indonesia juga masih belum memiliki program pembinaan jangka panjang yang terstruktur dan pendanaan masih bersumber dari dana pribadi perorangan.
Sekretaris Jenderal PGA Tour of Indonesia Agus Triyono mengatakan, pembinaan usia dini atlet golf Indonesia masih kalah dibandingkan negara Asia lainnya. Bahkan, di tingkat Asia Tenggara, Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan Thailand.
"Dana pembinaan untuk olahraga golf masih sangat minim dan masih mengandalkan dana pribadi perorangan. Seharusnya, pemerintah dan organisasi mencari sponsor yang bisa membantu program pembinaan jangka panjang," kata Agus saat ditemui usai konferensi pers turnamen golf BNI Indonesia Masters 2019 di Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Menurut Agus, pendanaan yang keluar dari dana pribadi dan tidak terprogram akan mempersulit proses regenerasi. Hal itu terjadi karena ketika seseorang tidak lagi memegang jabatan, maka proses pembinaan terhenti sebab tidak ada dana lagi yang menopang. Proses pembinaan yang baik juga harus disertai dengan diadakannya turnamen yang bergengsi. Dari turnamen tersebut, prestasi atlet akan dapat dilihat.
BNI Indonesia Masters yang akan diadakan pada 12-15 Desember 2019 di Royale Jakarta Golf Club adalah salah satu turnamen bergengsi yang akan diikuti oleh sejumlah pegolf terbaik dunia. Turnamen ini telah diselenggarakan sebanyak delapan kali secara rutin tiap tahun.
Melihat kualitas pegolf Indonesia saat ini, menurut Agus, masuk di lima besar adalah prestasi yang sudah cukup bagus. Ada 20 pegolf Indonesia yang akan ikut dalam turnamen ini. Rory Hie dan Danny Masrin merupakan dua pegolf unggulan Indonesia yang diharapkan dapat memperoleh prestasi tinggi di turnamen ini. Rory dipandang Agus akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi setelah juara Asian Tour pada bulan lalu di India.
Pegolf amatir seperti Naraajie Emerald Ramadhan Putra dan Almay Rayhan Yaquta serta pegolf amatir yang setingkat juga diharapkan dapat mengikuti turnamen ini. "Jika tidak ada halangan, mereka akan ikut bermain. Turnamen ini bagus bagi pegolf amatir untuk mendapatkan pengalaman bertanding melawan pemain terbaik dunia," ujar Agus.
Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan, turnamen seperti Indonesia Masters sangat bagus untuk pembibitan usia muda. Dengan diadakan turnamen profesional secara rutin, maka minat anak muda Indonesia pada olahraga golf akan semakin tinggi.
Dari pengalamannya menyelenggarakan turnamen usia muda, menurut Hilmi, minat anak muda Indonesia pada olahraga golf sangat kurang. Alhasil, jumlah pegolf Indonesia kalah jauh dengan Thailand.
"Sebagai perbandingan, mereka (Thailand) memiliki 2.000 atlet junior. Jika sepuluh persennya saja menjadi atlet profesional, maka mereka punya 200 atlet. Sementara kita mencari 200 atlet junior saja masih kesulitan," ujar Hilmi.
Minat anak muda Indonesia pada olahraga golf sangat kurang. Alhasil, jumlah pegolf Indonesia kalah jauh dengan Thailand.
Menurut Hilmi, pembinaan atlet usia muda adalah kunci dalam membangun prestasi setiap olahraga, termasuk golf. Karena itu, perlu dibangun citra yang baik pada olahraga golf di Indonesia agar dapat menarik minat banyak anak muda untuk menekuni olahraga ini.
Kualifikasi Olimpiade
Pemenang BNI Indonesian Masters akan mendapatkan 20 poin OWGR (Official World Golf Ranking). Poin OWGR tersebut akan digunakan untuk menentukan kualifikasi Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang. Adapun kuota yang tersedia pada babak kualifikasi Olimpiade 2020 yakni sebanyak 60 pemain.
CEO Asian Tour Cho Minn Thant mengatakan BNI Indonesian Masters juga menjadi bagian dari seri Panasonic Swing. Pemenang turnamen ini akan melaju ke World Golf Championships Fedex St Jude Invitational yang akan diselenggarakan pada tahun 2020.
Tahun lalu, pegolf Thailand Poom Saksansin menjadi juara BNI Indonesian Masters dan menjadi gelar ketiganya di Asian Tour. Poom menundukkan pegolf ternama seperti Justin Rose dan Henrik Stenson yang saat itu merupakan pegolf nomor 1 dan 27 dalam Official World Golf Ranking (OWGR) pada saat turnamen bergulir. Pada 2016, Poom berhasil menjadi juara turnamen ini untuk pertama kali.
Poom merupakan pemain kedua setelah pegolf Inggris Lee Westwood yang berhasil menjuarai Indonesian Masters lebih dari satu kali. Westwood telah memenangi Indonesian Masters tiga kali yakni tahun 2011, 2012 dan 2015.
Pegolf asal Austria Bernd Wiesberger menyabet gelar juara Indonesian Masters di tahun 2013, sementara Anirban Lahiri dari India muncul sebagai pemenang pada 2014. Pegolf Inggris Justin Rose berhasil menjadi juara pada 2017.