Film Memudahkan Anak Mencintai Sains dan Lingkungan
Festival Film Sains 2019 yang diselenggarakan Goethe-Institut menayangkan film terkait sains dan lingkungan. Festival dilaksanakan mulai 22 Oktober 2019 sampai 24 November 2019 dan digelar bergantian di 51 kota.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepedulian terhadap alam dan lingkungan lebih baik ditanamkan sejak usia dini. Untuk itu, dibutuhkan cara yang menyenangkan, sederhana, dan menarik. Film menjadi salah satu media yang bisa digunakan.
Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Stefan Dreyer mengatakan, tayangan film terkait sains dan lingkungan bisa membantu anak-anak mendapatkan gambaran mengenai lingkungan dengan basis ilmu pengetahuan yang baik. Dengan begitu, rasa cinta dan bentuk kepedulian anak-anak pada lingkungan bisa lebih mudah diaplikasikan.
”Sains itu bisa menyenangkan jika diberikan dengan cara yang menyenangkan juga. Film bisa jadi salah satu caranya,” ujarnya dalam acara pembukaan ajang Festival Film Sains 2019 di GoetheHaus di Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Festival Film Sains 2019 yang diselenggarakan oleh Goethe-Institut ini menayangkan sejumlah film terkait sains dan lingkungan. Film yang ditampilkan diadopsi dari film edukasi di Jerman yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia.
Festival dilaksanakan mulai 22 Oktober 2019 sampai 24 November 2019. Festival digelar bergantian di 51 kota di Indonesia, mulai dari Banda Aceh, Jakarta, Bandung, Brebes, Indramayu, Bali, Ambon, Tapanuli, dan Papua Barat.
Tahun ini tema yang diusung adalah ”Humboldt dan Jaring Kehidupan”. Tema tersebut terinspirasi dari ilmuwan asal Jerman, Alexander von Humboldt, yang mengenalkan konsep bahwa alam merupakan jaringan kehidupan yang saling terhubung.
”Aku jadi tahu kenapa tidak boleh pakai plastik lagi karena plastik tidak mudah terurai. Kalau sampai terbuang ke laut bisa membuat ikan-ikan dan binatang di laut mati. Mikroplastik juga bisa berbahaya kalau sampai ditelan ikan dan kita makan ikan itu,” ujar Nada (9), siswi kelas IV SDN Gondangdia 01, Jakarta, seusai menyaksikan film yang ditampilkan dalam ajang Festival Film Sains 2019.
Kenny (11), siswa kelas V SD Ricci, Jakarta, juga menyerap pengetahuan baru tentang alam dari film yang ditontonnya dalam festival. Bahkan, nama binatang terkecil di laut yang baru ia dengar di film itu bisa diingat dengan baik.
”Aku tahu, binatang terkecil namanya zooplankton, kalau binatang laut terbesar itu paus biru. Aku suka belajar lewat film karena lebih mudah diingat daripada hanya lewat gambar di buku,” katanya.
Retno Jumilah, wali kelas IV SDN Gondangdia 01, Jakarta, mengatakan, film menjadi alternatif media pembelajaran yang interaktif di kelas. Sayangnya, film-film edukatif untuk anak-anak yang berkorelasi dengan materi pembelajaran di kelas saat ini masih terbatas.
”Kalaupun ada di Youtube biasanya berbahasa Inggris, jadi guru pun lebih susah menyampaikannya. Istilah-istilah dan lokasi yang ditunjukkan di film yang ada di internet juga jauh dari Indonesia. Saya berharap pemerintah bisa mendorong peneliti di Indonesia ikut mendidik anak-anak Indonesia melalui film sains seperti yang ditayangkan dalam festival film sains ini,” tuturnya.