Sebagian Besar Taman Bermain di Jakarta Menjadi Sumber Risiko Pajanan Timbal
Gangguan kesehatan bisa terjadi lingkungan dekat rumah warga Jakarta. Sebagian besar alat bermain di taman-taman Ibu Kota mengandung bahan timbal yang melebihi batas.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO / ADITYA DIVERANTA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsentrasi timbal yang melebihi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terdeteksi di hampir 70 persen dari 115 alat bermain yang tersebar di 32 taman bermain DKI Jakarta. Kadar timbal yang tinggi itu berasal dari penggunaan cat yang tak ramah lingkungan. Akibat paparan timbal itu, mereka yang bermain di taman itu terancam mengalami gangguan fungsi saraf.
Kesimpulan itu terangkum dalam ”Laporan Nasional Timbal dalam Peralatan Bermain di Jakarta” yang disusun oleh Yayasan Nexus3, organisasi nonprofit yang fokus di bidang kesehatan dan pembangunan lingkungan, serta tergabung dalam International Pollutant Elimination Network (IPEN).
Penelitian dilakukan selama dua bulan, September-Oktober 2019, di 32 taman bermain yang tersebar di lima wilayah Jakarta. Sebanyak 32 taman itu terdiri dari 20 ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah Provinsi DKI serta 12 taman bermain lain yang dikelola oleh manajemen apartemen ataupun mal.
Peneliti senior Nexus3, Yuyun Ismawati, saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (22/10/2019), mengatakan, laporan itu ingin menunjukkan bahwa racun timbal nyatanya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari anak-anak. Mereka yang kerap menghabiskan waktunya di taman bermain tak akan terlepas dari wahana bermain yang tanpa disadari mengandung cat bertimbal.
”Tingginya kadar timbal yang terdeteksi pada cat alat bermain anak sangat mengkhawatirkan dan tidak dapat diterima dari aspek kesehatan. Cat yang terkelupas dan bercampur dengan debu dan tanah dapat masuk ke dalam tubuh anak-anak melalui perilaku tangan ke mulut,” ujar Yuyun.
Dari penelitian Nexus3 di 32 taman bermain, ditemukan ada 81 dari 115 atau 70 persen dari permukaan permainan yang dicat warna cerah mengandung konsentrasi timbal di atas 90 ppm yang menjadi standar WHO. Bahkan, ada alat permainan yang memiliki kadar timbal sangat tinggi, di atas 4.000 ppm.
Alat bermain itu, misalnya tiang panjatan, kuda-kudaan, jungkat-jungkit, seluncuran, dan ayunan. Pemeriksaan kadar timbal menggunakan spektrometer sinar-X portabel (XRF) yang ditempelkan pada permukaan alat bermain.
Temuan lapangan
Di Jakarta Pusat, hasil kandungan timbal yang paling tinggi ada pada jungkat-jungkit berwarna cat kuning di taman bermain di sebuah apartemen di kawasan Menteng. Besaran timbal di jungkat-jungkit itu mencapai 4.100 ppm.
Di Jakarta Barat, kadar timbal yang paling tinggi ada di kombinasi permainan luncuran dan ayunan di RPTRA Jeruk Manis, Kebon Jeruk. Kandungan timbal di alat permainan berbahan logam dan bercat kuning itu 4.170 ppm.
Sementara itu, di Jakarta Selatan, kadar timbal tertinggi ditemukan di jembatan yang berbahan dasar logam dan bercat kuning dengan besaran timbal 4.070 ppm. Alat permainan itu berada di taman bermain di kawasan Jalan Cinere, Lebak Bulus.
Di Jakarta Timur, kadar timbal tinggi ditemukan di perosotan yang terbuat dari logam dan bercat kuning dengan besaran timbal 4.100 ppm. Letaknya di taman kanak-kanak di sekitar Jalan Pulau Kelapa, Pulo Gebang.
Di Jakarta Utara, kadar timbal tertinggi ada di ayunan berbahan logam dan bercat merah dengan besaran timbal 4.090 ppm. Alat permainan itu ada di sekitaran Jalan Mawar Jingga, Kelapa Gading.
Yuyun menambahkan, kandungan timbal yang tinggi ada pada cat berwarna terang karena menggunakan timbal sebagai bahan campuran. Warna terang itu, seperti biru, kuning, jingga, oranye, merah, dan hijau.
Menurut Yuyun, seharusnya cat bertimbal itu tak boleh lagi digunakan di alat bermain di Indonesia. Apalagi, Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 8124-3:2010 bagian ketentuan keamanan mainan membatasi kandungan timbal pada mainan anak harus berada di bawah 90 ppm. Standar ini berlaku sejak 12 Oktober 2013, baik pada mainan produksi Indonesia maupun impor.
Pemerintah daerah bersama pemerintah pusat, lanjut Yuyun, seharusnya bekerja sama untuk mengatasi persoalan ini. Sebab, ini menyangkut hak ekologis anak. ”Jadi, anak punya hak untuk bermain dan lingkungan sehat. Taman bermain bukan jadi sumber ancaman kesehatan dia. Jadi, kalau anak-anak mau bermain, ya, berilah tempat bermain sehat, bukan malah racun,” tutur Yuyun.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia berjanji akan menelusuri lebih lanjut hasil penelitian tersebut. ”Kami telusuri ke lapangan dan telaah lebih lanjut, sekaligus kami menyusun langkah berikutnya,” kata Dwi.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, kandungan timbal memang ada di pewarna. Namun, dia enggan berkomentar lebih jauh terkait persoalan tersebut. Sebab, menurut dia, itu masuk dalam permasalahan standar produksi cat. ”Misal, produksi-produksi (cat bertimbal) seperti ini dibatasi keberadaannya. Itu, kan, ranah standar produksi ,ya, produk. Saya lebih kepada lingkungannya,” kata Andono.
Merasa khawatir
Salah satu taman bermain yang bahan catnya bertimbal ditemukan di Apartemen Menteng Square, Jakarta Pusat. Jika mengacu pada laporan Nexus3, wahana tiang panjatan, jungkat-jungkit, dan seluncuran, bahan catnya memiliki kandungan timbal lebih dari 4.000 ppm.
Kandungan timbal sebesar itu juga ditemukan di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Jeruk Manis Jakarta Barat. Di sana, wahana kombinasi seluncuran dan ayunan memiliki kandungan bahan cat bertimbal hingga 4.170 ppm.
Saat dikunjungi Kompas, Selasa sore, kedua taman bermain tersebut cukup ramai dikunjungi ibu dan anak saat pagi hingga sore hari. Saat bermain, sebagian besar anak pasti bersentuhan dengan permukaan cat wahana yang terdeteksi berkadar timbal.
Di tengah asyiknya permainan, anak-anak juga biasa menggenggam makanan kecil saat bersentuhan dengan bahan cat bertimbal. Setelah bermain, anak-anak biasanya langsung ke luar areal bermain dan pulang tanpa mencuci tangan meski tempatnya telah disediakan.
Muti (26), penghuni Apartemen Menteng Square, terkadang mendudukkan anaknya yang berusia 10 bulan di sekitar wahana bermain jungkat-jungkit. Setelah mengetahui deteksi bahan cat bertimbal, ia berusaha menghindarkan anaknya bersentuhan dengan wahana bermain.
Tati (31), warga Kebon Jeruk, juga mengaku khawatir jika anak-anak terserang penyakit karena berada di taman bermain. Meski begitu, Tati tak bisa banyak membatasi tingkah anaknya saat bermain di RPTRA. ”Sehat ini, kan, mahal. Saya khawatir mereka jadi sakit, tetapi yang namanya tingkah anak saat bermain juga sulit diatur. Harapan saya, sih, kalau memang bahan cat bermasalah, ya segera diganti,” ujar Tati.