Kebakaran yang melanda hutan di sejumlah gunung di Tanah Air terus meluas. Selain upaya pemadaman yang mendesak dilakukan, potensi bencana longsor saat musim hujan tiba juga perlu diantisipasi.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA/ANGGER PUTRANTO/MELATI MEWANGI/RENY SRI AYU /DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
Gunung-gunung yang terbakar saat ini menyisakan kerusakan ekosistem dan menyimpan potensi bencana tanah longsor pada musim hujan mendatang.
JAKARTA, KOMPAS - Kebakaran yang melanda hutan di sejumlah gunung di Tanah Air terus meluas. Selain upaya pemadaman yang mendesak dilakukan, potensi bencana longsor saat musim hujan tiba juga perlu diantisipasi.
Di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, kebakaran sejak Sabtu (19/10/2019) mengakibatkan 6.055 hektar hutan terbakar. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Dedy Asriady mengatakan, upaya pemadaman terkendala topografi yang terjal sehingga lokasi kebakaran sulit dijangkau petugas.
Kebakaran juga terjadi di Gunung Ijen, Gunung Ranti, Gunung Merapi Ungup-ungup, dan Gunung Raung yang berada di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Total lahan yang terbakar belum diketahui. Namun, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi Eka Muharram memperkirakan, di wilayah Gunung Ijen saja ada sekitar 500 hektar hutan yang terbakar.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengirimkan helikopter untuk pemadaman lewat udara. Sementara itu, cuaca terik dan angin kencang memicu meluasnya kebakaran hutan dan lahan di Gunung Sirnalanggeng dan Gunung Cengkik, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Kebakaran sejak Senin (21/10) menghanguskan sekitar 50 hektar areal di kedua gunung itu. ”Saat ini titik api belum berhasil dipadamkan. Kami kesulitan mencapai lokasi karena berada di atas gunung,” kata Kepala BPBD Karawang Asep Wahyu. Lokasi hutan yang terbakar di kawasan itu merupakan ekosistem bagi sejumlah satwa dilindungi, seperti macan tutul, elang, dan beberapa jenis ular. Kebakaran juga merembet mendekati pemukiman warga.
Angin kencang dengan kecepatan hingga 40 kilometer per jam juga memicu meluasnya kebakaran hutan di Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sebagian warga dusun di Kecamatan Parigi mulai mengungsi karena api kian dekat ke permukiman dan asap sudah mengganggu.
”Baru saya lihat (kebakaran) seperti ini. Api sangat cepat menyebar dan sudah dekat ke rumah dan kebun. Memang sudah empat hari angin sangat kencang seperti badai,” kata Kartini (42), satu warga Dusun Bulu Ballea.
Pemadaman udara gagal
Kebakaran di kawasan Taman Hutan Raya R Soerjo di Gunung Arjuna, Jawa Timur, yang berlangsung sejak 10 Oktober, hingga kini belum bisa dipadamkan. Upaya pemadaman menggunakan helikopter kemarin gagal dilakukan karena angin kencang.
BPBD Jatim mencatat, sepanjang musim kemarau tahun ini terjadi lebih dari 50 kali kebakaran di Gunung Arjuna. Dalam dua kejadian kebakaran di antaranya, api baru bisa padam setelah diguyur dari udara menggunakan helikopter.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Jatim Satrio Nurseno, yang dihubungi dari Malang, menyatakan, dampak susulan dari kebakaran di gunung patut diwaspadai. Kebakaran yang skalanya cukup besar membuat areal di lereng gunung menjadi gundul. Saat musim hujan tiba, curah hujan yang tinggi dengan durasi yang lama bisa menimbulkan bencana tanah longsor.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, topografi area yang terbakar di Arjuna cukup terjal, dengan kemiringan mencapai 70 derajat. Untuk itu, pihaknya meminta bantuan BNPB untuk pemadaman lewat udara.