Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, akan membangun fasilitas kedokteran nuklir di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, akan membangun fasilitas kedokteran nuklir di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya. Anggaran senilai Rp 99 miliar disiapkan untuk pembangunan yang akan dimulai awal 2020.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, Rabu (23/10/2019) di Surabaya mengatakan, kebutuhan penggunaan kedokteran nuklir di Surabaya cukup tinggi. Namun fasilitas tersebut tidak tersedia di rumah sakit di Surabaya, bahkan di Jatim.
“Pasien yang membutuhkan tindakan kedokteran nuklir harus ke Jakarta, Semarang, dan Bandung yang sudah memiliki fasilitas kedokteran nuklir. Ini membuat pengeluaran mereka bertambah, padahal biaya tindakannya cukup murah,” katanya.
Oleh sebab itu, Pemkot Surabaya akan membangun fasilitas kedokteran nuklir di salah satu rumah sakit, yakni di RSUD Bhakti Dharma Husada.
Pembangunan akan mulai dilakukan awal 2020 dan selesai pada akhir tahun. Anggaran senilai Rp 99 miliar, terdiri dari Rp 30 miliar untuk bangunan dan Rp 69 miliar untuk pengadaan alat kesehatan.
“Pembangunan fasilitas kedokteran nuklir melibatkan akademisi, ahli di bidang nuklir, dan Badan Tenaga Nuklir Nasional,” kata Febria.
Dokter spesialis kedokteran nuklir Stepanus Massora mengatakan, tindakan medis menggunakan kedokteran nuklir biayanya cukup terjangkau.
Rata-rata untuk satu kali tindakan mememerlukan biaya sekitar Rp 2 juta. Tindakan medis tersebut juga sudah dicover oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Menurut dia, tindakan menggunakan metode kedokteran nuklir amat diperlukan, terutama bagi pasien kanker.
Ada beberapa jenis kanker yang pengobatannya lebih efektif menggunakan kedokteran nuklir dibanding metode lain, seperti kanker nasofaring dan kanker tiroid.
Stepanus memastikan, fasilitas kedokteran nuklir aman untuk pasien. Sebab dosis yang diberikan kepada pasien sudah dihitung dengan saksama. “Penggunaanya bisa dengan diminum, disuntikkan, atau dihirup,” katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, rencana pembangunan fasilitas kedokteran nuklir sudah dibahas secara matang. Rencana itu sudah didiskusikan bersama pakar-pakar nuklir sehingga bisa aman dan efektif.
Keberadaan fasilitas kedokteran nuklir diharapkan bisa membantu pasien-pasien kanker di Surabaya. Setiap tahun, ada lebih dari 5.000 pasien kanker yang menjalani terapi radiologi di Surabaya.
Mereka pun harus mengantre karena fasilitas yang tersedia masih terbatas. Bagi penderita kanker-kanker tertentu, keberadaan fasilitas kedokteran nuklir akan lebih efektif mengobati penyakitnya.