Oposisi Kamboja Dilarang Memasuki Thailand
BANGKOK, RABU — Thailand telah melarang pimpinan partai oposisi Kamboja memasuki wilayah Thailand. Rencana para oposisi Kamboja dari berbagai negara untuk kembali ke negaranya pun terancam gagal.
Mantan anggota parlemen dari Partai Penyelamatan Nasional Kamboja yang dibubarkan pengadilan, Mo Sochua, mengatakan, dirinya dideportasi dari Thailand, Minggu (20/10/2019), ketika tiba di bandar udara internasional di Bangkok.
Salah seorang pendiri partai tersebut, Sam Rainsy mengatakan bahwa dirinya dan rekannya yang mengasingkan diri berencana kembali ke Kamboja pada 9 November mendatang bersama dengan warga kamboja lainnya yang juga tinggal di luar negara mereka.
Selama ini Thailand menjadi tuan rumah bagi ribuan pekerja migran dari Kamboja seperti halnya negara lain yang bertetangga dengan Kamboja.
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, menegaskan bahwa pasukan keamanan akan menghentikan atau menangkap mereka yang kembali dari pengasingan. Mereka disebutnya sebagai pengkhianat. Pada Selasa (22/10/2019), Hun Sen mengatakan, dirinya telah memberikan perintah kepada angkatan bersenjata bagaimana menangani Sam Rainsy dan para pendukungnya.
Mo Sochua yang merupakan wakil ketua partai oposisi, dari Amerika Serikat, Rabu (22/10/2019), mengatakan, mereka yang akan kembali ke Kamboja berkomunikasi dengan anggota parlemen Thailand dan menjelaskan situasi yang ada. Mereka juga ingin menyampaikan hal serupa kepada pemerintah Thailand.
“Kami tetap percaya diri dan berharap Thailand akan memahami,” ujarnya. "Ada cara lain untuk pergi ke Kamboja,” Sochua menambahkan.
Ia mengatakan, ada 300-400 orang Kamboja di luar negeri yang berencana untuk ikut pulang ke negaranya akan berkumpul di AS akhir pekan depan.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Thaiand Busadee Santipitaks, mengutarakan, pihaknya tidak mengetahui soal deportasi Sochua dan menolak berkomentar bagaimana hubungan Thailand dan Kamboja dalam persoalan ini.
Pemerintahan Hun Sen bereaksi keras terhadap rencana oposisi ini. Hampir setiap hari Hun Sen menyampaikan keinginannya untuk menangkap dan memenjarakan mereka.
Lawan utama
Sam Rainsy aktif di media sosial untuk mengumpulkan dukungan terhadap partainya. “Seruan saya kepada masyarakat dan angkatan bersenjata #Kamboja adalah agar bangkit melawan rezim akan terus berlanjut sampai rezim itu mengembalikan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik termasuk pemilihan umum,” kata Sam Rainsy di Twitter akhir September 2019.
Sementara itu, dalam pendekatan yang lebih lembut pada Kamis (3/10/2019), partai menyatakan:”kami akan kembali karena kami percaya pada kekuatan dialog. Satu-satunya cara kami mencapai perubahan adalah kekuatan kata dan keyakinan. Kami tidak memiliki senjata. Misi politik Kami adalah perdamaian dan rekonsiliasi, kemakmuran dan harga diri, persatuan dan kekuatan.”
Sam Rainsy telah menjadi musuh Hun Sen yang paling menonjol dan populer selama beberapa dekade. Dia pergi ke pengasingan pada akhir 2015 untuk menghindari hukuman penjara dua tahun dengan tuduhan pencemaran nama baik. Kasus-kasus hukum lainnya telah diajukan terhadapnya oleh pemerintah.
Anggota-anggota partai senior lainnya melarikan diri ke pengasingan di akhir 2017 selama penumpasan oposisi, termasuk saat pembubaran partai, penutupan hampir semua media kritis, dan penangkapan salah satu pendiri partai lainnya, Kem Sokha.
Sokha didakwa melakukan pengkhianatan berdasarkan hubungannya dengan organisasi pro-demokrasi AS, kini ia berada di bawah tahanan rumah yang ketat.
Pemimpin partai oposisi, Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRT), Kem Sokha, berdoa dalam upacara Buddha untuk memperingati tahun ke-20 serangan terhadap unjuk rasa anti pemerintah tahun 1997, di Phnom Penh, Kamboja, sebagaimana terlihat dalam foto bertanggal 30 Maret 2017.Bulan lalu, Kamboja menangkap enam aktivis politik dengan tuduhan merencanakan unjuk rasa mendukung kembalinya Rainsy. Dengan demikian, setidaknya ada 30 orang anggota partai oposisi yang ditangkap tahun ini.
Pengadilan Kamboja dinilai berada di bawah pengaruh pemerintah. Keputusan mereka yang menyatakan partai oposisi terlibat dalam kegiatan pengkhianatan ditolak oleh para kritikus.
Tindakan keras itu menyebabkan negara-negara Barat menerapkan sanksi ekonomi terhadap Kamboja. Uni Eropa secara aktif mempertimbangkan penarikan hak istimewa tarif preferensial dari Kamboja yang akan menjadi pukulan bagi ekonomi yang didominasi oleh ekspor garmen. Pengikut garis keras Hun Sen yang menentang kembalinya para anggota oposisi ke Kamboja tampaknya akan mengikis kedudukan Kamboja di hadapan Uni Eropa.
Di sisi lain, rencana kembalinya tokoh-tokoh oposisi itu juga dapat menempatkan Sam Rainsy dalam posisi yang sulit. Ia telah kehilangan kredibilitas karena gagal melaksanakan janji-janji sebelumnya kembali ke Kamboja. Hun Sen berpeluang menjadi lebih popular jika rencana oposisi November nanti gagal.(AP/REUTERS)