SURABAYA, KOMPAS Surabaya membangun ruang terbuka hijau sesuai selera masyarakat. Taman dan hutan kota memiliki tema beragam sehingga menjadi destinasi wisata warga.
Kepala Seksi Ruang Terbuka Hijau Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Surabaya Rochim Yuliadi pada Selasa (22/10/2019) mengatakan, Taman Mozaik yang selesai dibangun pada awal bulan ini bertema mosaik. Aksen utamanya adalah rumah berdinding mosaik warna-warni.
”Tampilannya sangat instagramable dan memanjakan warga kota yang gemar hunting pemandangan untuk dipajang di media sosial,”
Pengunjung dapat memanfaatkan rumah warna-warni itu sebagai latar belakang swafoto. ”Tampilannya sangat instagramable dan memanjakan warga kota yang gemar hunting pemandangan untuk dipajang di media sosial,” kata Rochim.
Luas total lahan Taman Mozaik 5.100 meter persegi. Tahap pertama dibangun 1.850 meter persegi. Semula kawasan di Jalan Wiyung Pratama itu berupa rawa-rawa yang dihuni berbagai satwa reptil liar. Pemkot Surabaya berinisiatif mengubah lahan telantar itu menjadi taman. ”Tanah uruk diambil dari hasil pengerukan tanah di Underpass Mayjen Sungkono dan Bozem Yono Suwoyo,” kata Rochim.
Tahap selanjutnya, taman akan dilengkapi fasilitas penunjang, seperti kamar kecil, pos jaga, mushala, taman baca masyarakat, serta sentra wisata kuliner. Selain itu, akan ditambah air mancur dan lampu taman. Anggaran pembangunan taman Rp 1 miliar.
Pusat keramaian baru di Surabaya barat itu diharapkan menumbuhkan perekonomian di kawasan tersebut. ”Bagus.... Warna-warni seperti di luar negeri,” kata Silvia (19), mahasiswa, yang ditemui sedang bersantai bersama dua temannya di taman anyar itu.
Suhu udara 36 derajat celsius tak menyurutkan keseruan sejumlah anak muda memotret semua sudut taman. Mereka datang untuk berfoto lalu mengunggah ke media sosial. Catatan Kompas, penambahan taman merupakan upaya meningkatkan persentase ruang terbuka hijau di Surabaya. Hingga akhir 2018, ruang terbuka hijau di Surabaya 21,79 persen dan ditargetkan menjadi 30 persen.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menargetkan ada 613 taman terbangun hingga akhir 2019. ”Bertambahnya taman di Surabaya mendorong warga bertanam di sekitarnya, termasuk di rumah dan kampung, meski dalam pot,” kata Risma.
Di Surabaya kini semakin banyak kampung tematik, seperti Kampung Simorejo, Kelurahan Simomulyo, Kecamatan Sukomanunggal, yang menanam sayuran hidroponik. Keterbatasan lahan tidak menghalangi semangat warga menanam di sisi jalan kampung. Sementara itu, warga di Kedung Asem, Kecamatan Rungkut, menanam buah naga di sepanjang jalan kampung.
Hutan kota
Upaya memperluas ruang terbuka hijau juga diwujudkan lewat hutan kota Balas Klumprik yang dilengkapi bumi perkemahan. Hutan kota yang dikenal dengan sebutan Taman Hutan Raya ini terletak di belakang Kantor Kelurahan Balas Klumprik, Wiyung. Dari luas 4,3 hektar, area untuk perkemahan 3.600 meter persegi.
”Banyak yang sudah memanfaatkan bumi perkemahan, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga warga,” ujar Ema Indra, Koordinator Taman Hutan Raya Balas Klumprik, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya.
Hutan itu memiliki lapangan untuk melakukan berbagai aktivitas. Biasanya, kegiatan perkemahan dilakukan pada Sabtu dan Minggu. Pemkot Surabaya berencana membangun fasilitas outbound tahun depan. Lahan yang disiapkan sekitar 1 hektar.
Hutan kota yang dibuat tahun 2012 itu kini telah dipenuhi tanaman tinggi dan rindang. Ada sekitar 15.000 pohon yang terbagi dalam dua kategori, tanaman produktif dan tanaman lindung. Tanaman produktif antara lain mangga, sawo kecik, belimbing dan juwet. Sementara tanaman lindung seperti merbau, trembesi, sengon, dan asem. Pembibitan tanaman menjadi sarana edukasi bagi warga. Ada pula budidaya satwa seperti burung dan ikan air tawar.