Kebakaran di beberapa gunung terus meluas. Kekeringan akibat kemarau panjang dan tiupan angin kencang menyulitkan pemadaman.
Oleh
·3 menit baca
Kebakaran hutan di beberapa gunung meluas. Hal itu diperparah kekeringan dan angin kencang. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menetapkan status tanggap darurat kebakaran.
MAKASSAR, KOMPAS — Kebakaran di beberapa gunung terus meluas. Kekeringan akibat kemarau panjang dan tiupan angin kencang menyulitkan pemadaman. Bahkan, api cepat menjalar. Kebakaran telah menghanguskan ratusan hektar lahan berisi pepohonan dan padang ilalang.
Kebakaran di Gunung Bawakaraeng di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, terus meluas. Area terbakar mencapai hutan lindung yang masuk wilayah Kecamatan Tinggimoncong, Tompobulu, dan Parigi, hingga perbatasan Sinjai-Gowa. Pemerintah Provinsi Sulsel melalui Sekprov Abdul Hayat menerbitkan surat edaran. Isinya, permintaan kepada pemerintah kota dan kabupaten yang terdekat dengan wilayah kebakaran hutan agar ikut membantu pemadaman.
Kepala Bagian Operasional Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Makassar Hasanuddin, Rabu (23/10/2019), menginformasikan telah mengirim anggotanya ke Gowa untuk membantu pemadaman kebakaran hutan. Pantauan di Gowa, Selasa, kecepatan angin membuat api cepat menyebar. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Sulsel, kecepatan angin 40 kilometer per jam.
Kesatuan Pengelolaan Hutan Jeneberang mencatat sekitar 100 hektar lahan terbakar di Kecamatan Tinggimoncong dan 100 hektar di Tompobulu. Jumlah total areal yang terbakar masih terus didata.
Di Jawa Barat, hingga Rabu, lebih dari 578 hektar lahan di Gunung Ciremai hangus terbakar. Kebakaran terjadi sejak Senin (21/10) pagi di Blok Situmpuk, Desa Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka. Api menyebar ke Blok Al-Azariah dan Sanghiyang Rangkah serta Desa Cikaracak, Kecamatan Argapura. Lalu, meluas ke perbatasan Blok Batu Karang, Padabeunghar, di ketinggian 1.800-2.000 meter di atas permukaan laut.
”Api diduga berasal dari sekitar kebun warga,” ujar Agus Yudantara dari bagian Humas Balai Taman Nasional Gunung Ciremai. ”Sudah dibuat sekat bakar berupa parit untuk mencegah kebakaran meluas. Namun, angin kencang membuat pohon yang terbakar tumbang dan api menyebar melewati sekat,” kata Agus.
Sesuai data BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, Selasa, kecepatan angin 50 kilometer per jam. Informasi dari Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Randy Agatha, kebakaran di Gunung Wilis juga terus meluas.
Lokasi ini sempat dipadamkan, tetapi belum ada hujan. Ditambah angin kencang dan cuaca panas, api muncul lagi.
Sementara itu, hingga Rabu petang, Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar TN Bromo Tengger Semeru Syarif Hidayat belum mendapat informasi hasil pemadaman kebakaran lahan di Blok Bantengan di wilayah Resor Ranu Pane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. ”Lokasi ini sempat dipadamkan, tetapi belum ada hujan. Ditambah angin kencang dan cuaca panas, api muncul lagi,” kata Syarif. Selain Semeru, kebakaran juga terjadi di Gunung Arjuna dan Kawi.
Tanggap darurat
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Selasa, menandatangani surat penetapan status tanggap darurat kebakaran hutan. Status berlaku 22-28 Oktober 2019. Penyebabnya, lahan dan hutan yang terbakar makin meluas. Selain itu, kebakaran dinilai menimbulkan kerusakan lingkungan, mengancam infrastruktur, dan menyebabkan kerugian harta benda warga.
Kebakaran menghanguskan lahan di Gunung Ijen, Ranti, Widodaren, dan Merapi Ungup-ungup sejak Sabtu (19/10). Pemkab Banyuwangi mengirim surat permohonan kepada BNPB untuk bantuan pemadaman dengan bom air. Sebaliknya, Pemprov Nusa Tenggara Barat belum merasa perlu menetapkan status tanggap darurat. Kebakaran hutan di TN Gunung Rinjani hingga Rabu belum bisa dipadamkan. (REN/IKI/WER/GER/ZAK)