Aksi Ambil Untung Terjadi di Tengah Sentimen Positif Pasar
Pada akhir sesi perdagangan pertama, IHSG berada di zona merah karena terkoreksi turun 36,17 poin atau 0,57 persen. Meski demikian, IHSG saat penutupan perdagangan nanti sore berpeluang ditutup positif.
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aksi ambil untung investor dalam perdagangan saham pada sesi pertama, Jumat (25/10/2019), terjadi di tengah sentimen positif pasar. Aksi itu terjadi di tengah tren penguatan rupiah, pasca-penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, dan pasca-pengumuman Kabinet Indonesia Maju.
Pagi ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka pada level 6.342,61. Pada akhir sesi perdagangan pertama, IHSG berada di zona merah karena terkoreksi turun 36,17 poin atau 0,57 persen. Sementara Kamis lalu, IHSG dibuka pada posisi 6.274,18 dan ditutup menguat 81,84 poin atau 1,31 persen ke posisi 6.339,65. Dalam sepuluh hari belakangan, IHSG pun selalu ditutup menguat.
Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo menilai, aksi ambil untung yang menyebabkan IHSG berada di zona merah masih wajar. Kondisi itu, menurut dia, kerap terjadi pada momentum setelah pemerintah mengumumkan kabinet dan target kerjanya lima tahun ke depan.
”Pasar sudah melihat posisi kabinet yang baru dan mengetahui program-program Presiden yang menitikberatkan pada akselerasi kinerja yang sudah dilalui 5 tahun sebelumnya, khususnya di sektor infrastruktur dan SDM,” ujarnya saat dihubungi Kompas, Jumat (25/10/2019) ini.
Meski wajar, aksi ambil untung itu dinilai sebagai anomali di tengah penguatan rupiah yang berlangsung seminggu terakhir. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kemarin, kurs rupiah menyentuh posisi Rp 13.996 per dollar AS. Angka itu menguat 55 poin atau 0,39 persen dari posisi Rp 14.051 pada Rabu (23/10/2019).
Anomali lainnya terjadi karena turunnya IHSG terjadi setelah Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga menjadi 5 persen, sehari sebelumnya. Sejak Juli 2019, BI tercatat telah menurunkan suku bunga acuan empat kali berturut-turut, dengan masing-masing penurunan 25 basis poin (bps).
Penurunan itu diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik yang tengah membutuhkan stimulus (Kompas, 24/10/2019).
Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan, yang dihubungi terpisah menilai, pelemahan IHSG yang terjadi pada sesi pertama hari ini banyak dipengaruhi tekanan mengambil keuntungan pascareli IHSG dalam 10 hari berturut-turut. Namun, IHSG hari ini masih berpeluang ditutup positif.
”Melihat sentimen positif yang mendominasi, kami melihat peluang IHSG untuk bisa ditutup menguat atau kembali menghijau lebih besar,” ujarnya.
Ia memprediksi, IHSG hari ini akan ditutup di rentang level 6.280 hingga 6.360. Selain itu, aksi beli bersih (net buy) asing juga diprediksi masih berlanjut hari ini. Pada akhir sesi dua kemarin, aksi beli bersih asing di pasar reguler mencapai Rp 1 triliun.