Alue Dohong, Putra Dayak Pengawal Kelestarian Lingkungan Ibu Kota Baru
Presiden Joko Widodo memanggil 12 calon wakil menteri Kabinet Indonesia Maju ke Istana Negara, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Salah satu tokoh yang turut diundang adalah Alue Dohong.
Oleh
YOHANES ADVENT KRISDAMARJATI
·3 menit baca
Presiden Joko Widodo memanggil 12 calon wakil menteri Kabinet Indonesia Maju ke Istana Negara, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Salah satu tokoh yang turut diundang adalah Alue Dohong. Ia kemudian dilantik sebagai Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Alue adalah putra Dayak yang lama berkecimpung di bidang kelestarian lingkungan. Spesialisasi bidang Alue adalah pemeliharaan serta pelestarian lahan gambut. Terpilihnya Alue menggambarkan bertemunya dua visi Presiden Jokowi dalam dirinya. Pertama, putra Kalimantan, kemudian yang kedua sosok peduli kelestarian lingkungan.
Mengapa Kalimantan menjadi salah satu titik perhatian Presiden Jokowi? Dilantiknya putra Kalimantan tidak dapat dilepaskan dari keputusan Presiden Jokowi Agustus 2019 untuk memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan, tepatnya di wilayah Kalimantan Timur.
Faktor berikutnya adalah bencana kebakaran hutan dan lahan yang setiap tahun melanda wilayah Kalimantan. Tahun ini, analisis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan luas kebakaran hutan dan lahan pada Januari–Agustus 2019 mencapai 328.724 hektar. Luas kebakaran pada Agustus ini lebih dari 2,4 kali lipat luas kebakaran pada periode Januari–Juli seluas 135.747 hektar.
Kebakaran terluas periode Januari-Agustus 2019 masih didominasi pada tanah mineral seluas 239.161 ha. Area gambut yang umumnya menjadi penyebab kabut asap pekat dalam jangka lama mencapai luasan 89.563 ha.
Setelah berjumpa dengan Presiden Jokowi, Alue mengungkapkan diberi mandat untuk membantu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar sebagai wakil menteri. Alue menuturkan bahwa dirinya menjadi putra Dayak pertama yang ditawari ambil bagian sebagai wakil menteri dalam kabinet.
”Dalam sejarah Indonesia merdeka mungkin baru sekali ini orang Dayak ditawari posisi wakil menteri,” kata Alue di hadapan para wartawan istana.
Gambut
Jabatan terakhir Alue adalah Deputi II Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan di Badan Restorasi Gambut atau BRG. Alue mulai bertugas di BRG sejak dilantik pada 19 Februari 2016. Doktor lulusan Universitas Queensland, Australia, ini berkomitmen tinggi dalam merawat kelestarian lingkungan hidup.
Alue mendirikan Lembaga Pengkajian, Pendidikan, dan Pelatihan Lingkungan Hidup atau LP3LH di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada 2009. Dirinya juga turut terlibat dalam upaya restorasi kerusakan lahan gambut di Kalimantan Tengah. Alue berperan sebagai tenaga ahli untuk memberikan saran teknis mulai tahap perencanaan hingga pelaksanaan.
Kepiawaian Alue dalam seluk-beluk gambut mengantarkan dirinya ke panggung internasional. Debut perdana Alue di forum internasional adalah saat menjadi pembicara manajemen lahan gambut di Narathiwal, Thailand, pada 9-11 April 2003.
Hingga 2017, Alue membukukan 13 kali konferensi, lokakarya, serta seminar internasional. Sejumlah 13 negara di 5 benua ia kunjungi dalam rangka menyuarakan restorasi gambut dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Alue membagikan ilmu dan penemuannya melalui jurnal-jurnal yang ia terbitkan. Selain itu, jejak akademis Alue dapat diikuti di blog pribadinya Aluedohong.blogspot. Dosen Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup di Universitas Palangkaraya ini bakal memegang peran penting dalam proses pembangunan ibu kota baru.
Dalam artikel Kompas berjudul ”Tata Ruang Kalimantan Mendesak Direvisi” (17/6/2019) Alue Dohong menyampaikan pendapat bahwa ”Akibat pemindahan ibu kota akan ada kawasan hutan yang dibuka. Namun, dengan konsep green and smart city, proses pembukaan hutan bisa dibatasi.”
Selain dari segi keilmuan, sosok Alue Dohong memiliki nilai strategis dalam mendukung pelaksanaan pindah ibu kota. Pasalnya, Alue merupakan salah satu tokoh Dayak. Dengan demikian, Alue memiliki modal sosial dan budaya sebagai jembatan antara pemerintah dengan masyarakat Kalimantan.
Ibu kota baru
Terkait kepindahan ibu kota, dampak lingkungan menjadi salah satu aspek yang disorot. Alue mengingatkan soal risiko pemindahan ibu kota, salah satunya adalah permasalahan lingkungan. Spekulan tanah, penjarahan lahan, atau pembukaan hutan yang tidak terkontrol dapat mengancam lingkungan hidup, hal itu harus segera diantisipasi (Kompas, 27/8/2019).
Selain tentang kepindahan ibu kota, persoalan lingkungan dan kehutanan yang cukup pelik adalah kebakaran hutan dan lahan. Ditilik dari jurnal dan riset Alue, ia memiliki perhatian terkait kebakaran lahan.
Salah satu eksperimen yang dilakukan berjudul Apakah Puntung Rokok Menyebabkan Kebakaran Gambut? dipublikasikan melalui blog pribadinya. Alue mencoba membuktikan hipotesis bahwa puntung rokok yang diletakkan di lahan gambut dapat memicu kebakaran.
Publikasi terbarunya berjudul Tantangan Restorasi Ekosistem Gambut Indonesia membahas tentang keuntungan yang dapat diambil dari lahan gambut apabila dikelola dengan tepat. Selama ini lahan gambut dipandang sebagai biang keladi kebakaran lahan dan polusi udara. Melalui publikasinya, Alue menawarkan gagasan pengelolaan lahan gambut supaya produktif dan bermanfaat.
Melihat rekam jejak Alue di bidang pelestarian lingkungan, kelestarian lingkungan hidup di ibu kota baru menjadi tantangan wakil menteri yang baru dilantik hari ini. Bersama dengan Menteri Siti Nurbaya Bakar kinerja prima dalam masa kerjanya sangat dinanti publik. (LITBANG KOMPAS)