Bahaya Mengintai di Area Taman Bermain
Sebagian warga dan pengelola taman bermain anak belum mengetahui bahwa sebagian alat bermain di taman DKI Jakarta terpapar konsentrasi timbal yang melebihi ambang batas aman.
Sebagian warga dan pengelola taman bermain anak belum mengetahui bahwa sebagian alat bermain di taman DKI Jakarta terpapar konsentrasi timbal yang melebihi ambang batas aman. Zat kimia berbahaya untuk kesehatan itu terkandung dalam cat di permukaan alat bermain anak, seperti tiang panjatan, kuda-kudaan, jungkat-jungkit, seluncuran, dan ayunan.
Seperti dijelaskan sejumlah pakar kesehatan, timbal merupakan zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan. Konsentrasi timbal yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan penurunan intelegensi.
Edi (37), warga yang berdomisili di kawasan Cirendeu, Jakarta Selatan, mengaku belum pernah mendengar bahwa sebagian permukaan alat bermain anak di taman mengandung timbal. Ia sering menemani ketiga anaknya bermain di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Mawar dan menganggap alat bermain di sana aman-aman saja.
”Saya baru tahu ada kandungan timbal di alat bermain anak. Saya pikir aman-aman saja. Kalau bisa, catnya diganti saja supaya lebih aman. Buat jaga-jaga, catnya itu juga perlu dikontrol sehingga dipastikan aman untuk anak-anak,” kata Edi ketika ditemui di RPTRA Mawar, Jakarta Selatan, Jumat (25/10/2019).
Demi memastikan anaknya tidak keracunan, ia sudah sering mengingatkan anaknya untuk cuci tangan dan kaki setelah bermain di taman dan, terutama, sebelum makan. ”Selama ini, anak saya belum pernah mengalami gangguan penyakit karena main di taman. Biasanya, mereka cuci tangan dan kaki, kemudian baru makan,” tambahnya.
Siti Jaozah, Pengelola RPTRA Mawah, mengaku, tidak tahu secara persis zat-zat kimia yang tercampur dalam cat yang melapis permukaan alat bermain taman itu. Namun, ia memastikan alat bermain itu aman dan tidak berbahaya. Sebab, selama ini, belum ada laporan atau kejadian anak sakit karena bermain di taman itu.
”RPTRA didesain ramah anak. Kita menjamin alat bermain itu aman. Sejauh ini, belum pernah ada laporan atau kasus anak keracunan. Kalau ada, pasti ada, kan, laporan keluhannya dari masyarakat,” kata Siti.
Seperti diberitakan Kompas sebelumnya, Laporan Nasional Timbal dalam Peralatan Bermain di Jakarta yang disusun Yayasan Nexus3, organisasi nirlaba yang fokus di bidang kesehatan dan pembangunan lingkungan mengungkapkan, hampir 70 persen dari 115 alat bermain yang tersebar di 32 taman bermain Jakarta memiliki konsentrasi timbal yang melebihi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: Sebagian Besar Taman Bermain di Jakarta Menjadi Sumber Risiko Pajanan Timbal
Sebagian permukaan alat bermain itu ditemukan mengandung konsentrasi timbal di atas 4.000 bagian per juta (ppm). Padahal, standar aman yang ditetapkan WHO sebesar 90 ppm. Penelitian itu dilaksanakan selama September-Oktober 2019.
Anak-anak bermain di salah satu ruang publik terpadu ramah anak di Jakarta Pusat, Selasa (22/10/2019). Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Nexus3 dan IPEN, 70 persen dari 115 alat bermain yang tersebar di 32 taman bermain di DKI Jakarta memiliki kadar timbal melebihi ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).Bahaya timbal
Budi Haryanto, peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, mengatakan, konsentrasi timbal yang terdeposit di dalam tubuh tidak dapat dihilangkan. Timbal itu akan mengganggu fungsi sistem saraf pusat, regenerasi sel dan darah di sumsum tulang belakang.
Menurut Budi, dampaknya bisa menimbulkan kejang-kejang hingga penurunan intelegensi. Hasil penelitiannya di Desa Kadu pada 2011 menunjukkan, siswa dengan kadar timbal yang tinggi memiliki kemampuan rendah dalam membaca dan menghitung (Kompas, 15/10/2018).
Dokter spesialis konsultan saraf di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran UI, Adre Mayza, mengonfirmasi dampak timbal terhadap kemampuan intelektual. Ia menjelaskan, timbal yang terus menumpuk di tubuh anak mengganggu kecerdasan intelektual sehingga saat dewasa, tak memadai untuk pekerjaan yang membutuhkan intelektualitas. Selain itu, anak yang terpapar timbal kemungkinan mengalami parkinson pada masa tuanya (Kompas, 25/10/2016).
Baca juga: DKI Buka Obsi Cat Ulang Mainan Anak
Peringatan mengenai penggunaan cat yang mengandung timbal pernah terjadi beberapa kali sebelumnya. Pada Oktober 2017, misalnya, Kompas melaporkan, hasil riset sejumlah lembaga swadaya masyarakat (Pure Earth/Blacksmith Institute, BaliFokus, Komite Penghapusan Bensin Bertimbal), dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menemukan bahwa cat dengan kandungan timbal melebihi batas aman ditemukan pada peralatan sekolah (bangku dan meja), serta alat bermain anak di 19 sekolah yang dikunjungi.
Penelitian BaliFokus pada 2013-2015 menunjukkan kadar timbal cat yang beredar di Indonesia masih tinggi. Pada 2015, penelitian yang melibatkan 121 sampel dari 63 merek cat menemukan 83 persen sampel yang diuji mengandung timbal di atas 90 ppm. Cat yang terkelupas bisa berbahaya ketika terhirup atau menempel di tangan anak yang masih memiliki kebiasaan memasukkan jari ke mulut, atau tidak cuci tangan sebelum makan.
Belum ada pengaduan
Untungnya di sebagian Jakarta, Siti Suwanti, anggota staf Pengelola Kesehatan Lingkungan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan memastikan, pihaknya belum pernah menerima laporan tentang adanya anak keracunan timbal setelah bermain di alat bermain taman di wilayahnya. Di Jakarta Selatan, Nexus3 menemukan dua lokasi taman bermain yang konsentrasi timbal pada cat alat bermainnya melebihi ambang batas.
”Apakah ada yang mengadu? Di Jakarta Selatan, tidak ada laporan anak terpapar timbal. Penyakit bisa dari macam-macam. Bisa dari rumah atau lingkungan kita. Sulit ditelusuri. Risiko terkena penyakit karena bermain di tempat bermain sangat kecil. Karena ada banyak faktor lain. Tergantung juga dengan posisi taman, apakah berada di pinggir jalan, misalnya? Sebab, timbal tidak hanya terkandung di dalam cat, tetapi juga gas polusi yang dikeluarkan mobil,” tutur Siti Suwanti.
Kebiasaan hidup bersih
Pengelola RPTRA, Siti Jaozah, juga memastikan, taman bermain seperti RPTRA Mawar merupakan tempat yang ramah dan aman untuk anak. Dari sekitar pukul 06.00 hingga 22.00, ada pengelola RPTRA yang bertugas secara shift untuk mengawasi taman itu.
Baca juga: Anies Janji Perbaiki Alat Sumber Risiko Pajanan Timbal di Taman Bermain
Tidak hanya menjaga taman, pengelola RPTRA juga mengedukasi anak-anak mengenai kebiasaan hidup bersih dan sehat. Menurut aturan di sana, hanya anak yang sudah mandi sebelumnya bisa masuk di tempat bermain dalam ruangan. Bagi yang belum mandi, hanya diperbolehkan main di luar ruang.
”Pengelola RPTRA bertugas mengawasi dan mengajarkan anak-anaik. Misalnya, kalau mau pegang makanan harus cuci tangan dulu. Anak-anak juga dipastikan membuang sampah pada tempatnya,” tambah Siti.
Baca juga: Timbel pada Cat di Taman Kecil Kemungkinan Berdampak
Seperti yang Siti katakan, RPTRA Mawar tampak mendukung budaya atau kebiasaan dalam menjaga kebersihan. Di taman yang diresmikan oleh Basuki Tjahaja Purnama pada 2016 itu tersedia wastafel untuk cuci tangan. Taman itu juga bersih dari sampah dan pengunjung teratur membuang sampah di tempat sampah yang disediakan.
Ia menceritakan, RPTRA Mawar cukup ramai dikunjungi anak. Biasanya, taman itu sudah ramai dikunjungi anak yang belum sekolah sejak pukul 08.00 pagi. Suasana paling ramai terjadi setelah pukul 16.00, pada saat puluhan anak berusia TK hingga SD main futsal dan permainan lainnya.