Para pemain muda Chelsea membuktikan layak tampil di tim utama setelah mengalahkan semifinalis Liga Champions musim lalu, Ajax Amsterdam, di Johan Cruyff Arena.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
AMSTERDAM, KAMIS — Hampir separuh dari skuad inti Chelsea saat ini belum pernah mencicipi laga Liga Champions Eropa sebelumnya. Namun, para ”Bayi Ajaib” Chelsea ini membuka mata publik Eropa berkat kemenangan 1-0 atas semifinalis musim lalu, Ajax Amsterdam, Kamis (24/10/2019) dini hari WIB.
Fikayo Tomori, bek Chelsea berusia 21 tahun, memperlihatkan tingkah kekanak-kanakannya seusai laga Ajax kontra Chelsea di Arena Johan Cruyyf berakhir. Ia meloncat nyaris 1 meter dan tangannya mengepal ke arah langit sebelum terjatuh di pelukan kiper Chelsea, Kepa Arrizabalaga. Di sudut lainnya, gelandang muda Chelsea, Mason Mount, berlari kesetanan 36 meter, seperti anak yang mendapat kado Natal indah.
Kegirangan luar biasa itu bisa dimaklumi. Hingga akhir musim lalu, Tomori, Mount, dan dua pemain inti Chelsea lainnya, Tammy Abraham (22) dan Callum Hudson-Odoi (18), hanya bisa menyaksikan laga Liga Champions dari layar kaca. Namun, pada musim ini, mereka menjadi para aktor utama kompetisi antarklub paling bergengsi itu.
Tidak tanggung-tanggung, mereka menundukkan Ajax, klub yang musim lalu tampil fenomenal dengan menyingkirkan dua raksasa, Real Madrid dan Juventus, dalam perjalanan ke semifinal. Chelsea, yang menciptakan peluang gol lebih banyak dari tuan rumah, menang berkat gol striker pengganti, Michy Batshuayi, yang memanfaatkan umpan dari gelandang muda, Christian Pulisic.
Meskipun termasuk salah satu skuad termuda di Liga Champions musim ini, yaitu rata-rata 25,2 tahun, Chelsea mampu menunjukkan kematangannya di Johan Cruyff Arena. Para pemain, seperti Tomori, yang masih belia, tampil tenang dan mampu menjinakkan barisan penyerang Ajax, salah satu tim dengan serangan paling dinamis dan agresif di Eropa dalam dua musim terakhir. Sebelum laga itu, Ajax mencetak rata-rata tiga gol per laga dan belum pernah kebobolan.
Chelsea pun kini berharap bisa mengikuti jejak panutannya, yaitu Ajax, seperti musim lalu. Seperti halnya Ajax, khususnya di musim lalu, ”The Blues” kini lebih mengoptimalkan barisan pemain muda dan jebolan akademinya, seperti Tomori, Abraham, dan Mount. Mereka kini menjadi langganan skuad inti Chelsea, menyisihkan pemain senior, seperti Antonio Rudiger dan Oliver Giroud.
Berbuah positif
Kepercayaan besar yang diberikan Manajer Chelsea Frank Lampard itu mulai berbuah positif. Chelsea kini mencatatkan enam kemenangan beruntun di berbagai kompetisi. Mereka pun memuncaki penyisihan Grup H Liga Champions musim ini dengan koleksi enam poin atau setara milik Ajax, tim yang sempat tidak terkalahkan di 16 laga berbagai kompetisi musim ini.
”Kami berhak gembira atas permainan yang kami tunjukkan hari ini. Ini bisa menjadi cetak biru bagi kami. Namun, bagaimanapun, mereka (para pemain muda Chelsea) tergolong bayi dalam hal jam bermain di Liga Champions. Mereka ternyata mampu cepat belajar,” tutur Lampard seusai laga itu.
Banyak pihak yang menilai Lampard terpaksa memainkan anak-anak muda Chelsea itu menyusul embargo transfer dari FIFA sepanjang musim 2019-2020 itu. Embargo akibat merekrut pemain di bawah umur itu membuat The Blues tidak bisa membeli pemain bintang baru, salah satunya untuk menggantikan Eden Hazard, seperti kebiasaan mereka pada masa lalu.
Namun, keterpaksaan itu dibantah keras Lampard dalam jumpa pers di Amsterdam. ”Dengan atau tanpa embargo FIFA, saya akan tetap memainkan Mason Mount dan Tammy Abraham. Saya memang punya sejumlah pilihan di skuad. Namun, para pemain muda ini menunjukkan mereka layak bermain. Saya bahkan merasa mereka bisa memberikan hal lebih banyak ke depan karena punya kualitas,” tuturnya kemudian.
Skuad emas
Potensi besar para pemain muda Chelsea, seperti Abraham dan Tomori, ini sebetulnya telah terlihat sejak di level yunior. Keduanya merupakan bagian dari skuad emas tim muda Chelsea yang menjuarai Liga Muda Eropa 2016. Ketika itu, mereka mengalahkan tim muda Ajax yang diperkuat Matthijs de Ligt dan Van de Beek di perempat final dengan skor 1-0.
Di level tim muda, Akademi Chelsea seperti Real Madrid di Liga Champions. Mereka langganan final dan juara. Dalam lima musim terakhir ini, mereka empat kali menembus final dan dua kali menjadi juara, yaitu pada 2015 dan 2016.
”Musim ini menjadi tahunnya mereka (anak-anak muda Chelsea). Chelsea kini mirip dengan Ajax. Mereka melakukan hal cerdas dengan mempromosikan pemain muda jebolan akademinya,” ujar Mario Melchiot, mantan bek Chelsea, dikutip Goal.com. (AFP)