Kemarau panjang membuat musim tanam di Kabupaten Demak dan Grobogan yang merupakan sentra padi Jawa Tengah mundur hingga dua bulan. Padahal, mereka sebenarnya sudah siap memulai musim tanam.
Oleh
Aditya Putra Perdana
·3 menit baca
Mayoritas petani di Kabupaten Demak dan Grobogan belum bisa menanam padi di sawah mereka karena ketiadaan air akibat musim kemarau berkepanjangan.
SEMARANG, KOMPAS - Kemarau panjang membuat musim tanam di Kabupaten Demak dan Grobogan yang merupakan sentra padi Jawa Tengah mundur hingga dua bulan. Awal musim hujan dan dibukanya jaringan irigasi yang bersamaan pada November dikhawatirkan membuat harga gabah jatuh karena ada potensi panen serempak.
Berdasarkan pantauan pada Kamis (24/10/2019), sebagian besar areal sawah di Demak dalam kondisi kering. Para petani belum bisa menanam karena tidak ada pasokan air dari saluran irigasi. Padahal, mereka sebenarnya sudah siap memulai musim tanam (MT) I.
Amin (40), petani asal Desa Surodadi, Kecamatan Gajah, Demak, mengatakan, dirinya biasanya mulai menanam sejak akhir September hingga awal Oktober. ”Akan tetapi, sampai sekarang belum bisa karena air irigasi belum mengalir. Saya dengar baru dibuka November karena kemarau panjang,” kata Amin.
Petani lainnya, Sumarno (32), mengatakan, petani saat ini lebih banyak menganggur karena pengolahan sawah bergantung pada saluran irigasi. Ia khawatir merugi karena konsekuensi dari mundurnya masa tanam adalah waktu panen pun ikut mundur. Oleh karena itu, ia berharap saat masa panen nanti ada mekanisme penentuan harga yang dapat menguntungkan petani.
Menurut data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Demak, dari total 59.325 hektar areal sawah di Demak, baru 1.573 hektar yang sudah ditanami pada MT I. Rinciannya 80 hektar ditanam Agustus 2019, 521 hektar September, dan 972 hektar pada Oktober.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Demak Heri Wuryanta mengatakan, dalam kondisi normal, sawah irigasi mulai ditanami September, sedangkan tadah hujan mulai Oktober-November. Tahun ini akan dimulai secara berbarengan, yakni pada November. Hal itu membuat panen diperkirakan serempak pada Februari-Maret 2020.
”Yang dikhawatirkan, nanti harga gabah akan jatuh. Namun, Pemkab Demak berupaya mengantisipasi antara lain dengan sistem resi gudang. Setidaknya diharapkan dapat membantu para petani saat panen,” kata Heri. Di Kabupaten Grobogan, dimulainya MT I juga mundur. Menurut data Dinas Pertanian Grobogan, dari total sekitar 80.000 hektar areal sawah, hingga Oktober ini baru sekitar 1.000 hektar yang ditanami.
Kepala Dinas Pertanian Grobogan Edhie Sudaryanto menuturkan, sawah irigasi akan mulai ditanami saat sistem irigasi Waduk Kedung Ombo dibuka 1 November 2019. Adapun untuk sawah tadah hujan belum bisa dipastikan karena hingga kini belum memasuki awal musim hujan. ”Mudah-mudahan (penanaman sawah tadah hujan bisa) dimulai November. Kalau baru dimulai Desember, bisa memengaruhi pola tanam 2020,” katanya.
Kesepakatan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jateng Eko Yunianto, mengatakan, dibukanya saluran irigasi Waduk Kedung Ombo pada 1 November merupakan kesepakatan seluruh pemangku kepentingan, termasuk perwakilan petani sebagai penerima manfaat.
Pembukaan saluran irigasi melihat beberapa hal, seperti ketersediaan air, kondisi infrastruktur, dan kesiapan bibit dan mekanisme pertanian. ”Dalam kondisi normal, irigasi Kedung Ombo dibuka September, tetapi kami juga harus memikirkan ketersediaan air demi keberlanjutan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana Ruhban Ruzziyatno mengemukakan, Waduk Kedung Ombo siap dibuka pada 1 November 2019. Perbaikan infrastruktur telah dilakukan dan diharapkan secara optimal mengairi sekitar 61.000 hektar lahan pertanian di Jateng.
Data Badan Pusat Statistik Jateng menunjukkan, panenan padi di Grobogan menjadi yang terluas di Jateng, yakni mencapai 128.870 hektar. Disusul Cilacap di peringkat kedua dengan 122.142 hektar serta Demak di peringkat ketiga dengan 113.876 hektar. Adapun total luas panen padi Jateng tahun lalu 1.699.071 hektar.