Dari total lima seksi Jalan Tol Balikpapan-Samarinda, diperkirakan baru tiga seksi yang siap diresmikan sesuai target pada Desember nanti. Pembebasan lahan dan aspek geoteknis masih menjadi kendala pada dua seksi lain.
Oleh
Sucipto
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Penyelesaian pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda di Kalimantan Timur diperkirakan meleset dari target akhir tahun ini. Dari total lima seksi jalan, diperkirakan baru tiga seksi yang siap diresmikan pada Desember nanti. Pembebasan lahan dan aspek geoteknis masih menjadi kendala pada dua seksi lain.
Jalan tol pertama di Kalimantan ini merupakan proyek strategis nasional yang dibangun sejak tahun 2011. Tol ini membentang dari Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan, Balikpapan, sampai Jembatan Mahkota II Samarinda. Jalan itu membentang 99,35 kilometer (km) dengan total investasi Rp 9,97 triliun dari APBN, APBD, dan pinjaman asing.
Pembangunan jalan tol ini terbagi lima seksi dengan urutan seksi V sepanjang 11,5 km (Bandara-Km 13), seksi I sepanjang 21,9 km (Km 13-Samboja), seksi II sepanjang 30 km (Samboja-Muara Jawa), seksi III sepanjang 18,2 km (Muara Jawa-Palaran), dan Seksi IV sepanjang 17,1 km (Palaran-Jembatan Mahkota II). Jalan yang kemungkinan besar siap diresmikan akhir tahun ini adalah seksi II, III, dan IV sepanjang total 65,3 kilometer dari Samboja-Samarinda.
Selain itu, ada kendala pembebasan lahan di sekitar jembatan yang melintasi jalan tol.
Seksi V terbagi menjadi seksi V-a sepanjang 1,65 km dan seksi V sepanjang 9,41 km. Kondisi tanah yang tidak semua rata menjadi kendala di seksi ini. Koordinator Lapangan Seksi V Tol Balikpapan-Samarinda Dahlan mengatakan, terdapat beberapa longsoran tanah sehingga dibutuhkan tiang penyangga fondasi agar jalan bisa dibangun di atasnya.
Kondisi itu membuat pengerjaan konstruksi jalan tak bisa secepat di tanah yang kondisinya normal. Terdapat sekitar 200 meter tanah longsor yang butuh tiang penyangga. ”Selain itu, ada kendala pembebasan lahan di sekitar jembatan yang melintasi jalan tol. Luasnya sekitar 2.000 meter persegi. Itu untuk jalan masyarakat agar kegiatannya tak terganggu dengan adanya tol,” kata Dahlan, Jumat (25/10/2019).
Kendala lain yang ada di seksi V adalah adanya pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Balikpapan yang melintang sekitar 60 meter di lahan yang akan dibangun jalan. Terdapat tiga pipa berukuran 60 cm dan 70 cm melintang di sana. Pipa itu posisinya lebih tinggi dari lahan yang disiapkan untuk jalan tol.
Itu membuat pengerjaan jalan belum bisa dilaksanakan. Dari pantauan Kompas, jalan di sekitar pipa itu belum dilakukan konstruksi apa pun. Pengerjaan jalan terputus sekitar 60 meter. Sementara ruas jalan lain sedang dalam pengerjaan.
Dahlan mengatakan, koordinasi sudah dilakukan dengan PDAM Balikpapan untuk memindahkan jaringan pipa itu ke lorong yang sudah disediakan kontraktor di bawah jalan. Saat ini, Dahlan masih melakukan koordinasi dengan PDAM agar pemindahan pipa bisa berjalan sesuai rencana hingga Desember nanti.
Pemindahan pipa itu perlu persiapan matang. Pipa itu merupakan pipa utama yang menyalurkan air dari Waduk Manggar ke Balikpapan yang merupakan sumber air baku masyarakat Balikpapan. ”Dengan berbagai permasalahan itu, kemungkinan seksi V bisa beres pertengahan tahun 2020,” kata Dahlan.
Sementara itu, di seksi I masih ada pembebasan lahan yang belum tuntas. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengadaan Tanah Tol Balikpapan-Samarinda Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XII Herry Susanto mengatakan, terdapat 10 bidang tanah yang masih tahap konsinyasi untuk pembebasannya. ”Selain itu, ada 9 bidang tanah yang dalam tahap penilaian. Dalam pembebasan tanah, ada beberapa orang yang memiliki sertifikat di lahan yang sama,” kata Herry.
Total lahan yang sudah dibebaskan di seksi I adalah 99,67 persen. Untuk lahan yang sudah dalam masa konsinyasi di pengadilan, konstruksinya sebagian besar sudah diselesaikan. ”Untuk seksi I tidak bisa diprediksi kapan pembebasan lahan beres karena tidak bisa diprediksi proses penilaian dan pembebasan lahannya,” ujar Herry.
Meski konstruksi jalan di seksi II, III, dan IV sudah hampir selesai, masih ada pembebasan lahan di luar jalan tol untuk tempat peristirahatan di seksi II di Kabupaten Kutai Kartanegara. Terdapat dua bidang tanah dalam tahap pembebasan. ”Itu sudah dalam tahap konsinyasi ke pengadilan, jadi konstruksi sudah bisa dilanjutkan,” kata Herry.
PT Jasa Marga Balikpapan Samarinda (JBS) menangani seksi II, III, dan IV. Sebelumnya, Direktur Utama PT JBS STH Saragih mengatakan, persoalan geoteknik dijumpai di banyak titik yang tak sesuai prediksi awal.
Penggunaan tiang pancang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan itu. Saragih mengatakan, PT JBS sudah menghitung kebutuhan investasi tambahan dan akan diajukan ke Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. ”Bulan ini, kami sudah diminta untuk mengajukan,” kata Saragih.
Jalan tol ini akan menjadi penyangga untuk lokasi calon ibu kota baru di perbatasan Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Selain itu, mobilitas orang dan distribusi barang akan lebih cepat dari Balikpapan-Samarinda melalui tol ini. Dengan kecepatan 100 km per jam, Balikpapan-Samarinda bisa ditempuh 1 jam, lebih cepat ketimbang jalan poros yang membutuhkan waktu sekitar 3 jam.