Sidang penyelidikan proses pemakzulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Capitol Hill, Washington, Rabu (23/10/2019) ricuh.Puluhan anggota DPR asal Partai Republik mendobrak dan merangsek masuk ke ruang sidang.
Oleh
Elsa Emiria Leba/Benny Dwi Koestanto
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS - Sidang penyelidikan proses pemakzulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Dewan Perwakilan Rakyat AS di Capitol Hill, Washington, pada Rabu (23/10/2019) ricuh. Puluhan anggota DPR asal Partai Republik mendobrak dan merangsek masuk ke ruang sidang, mengakibatkan sidang tertutup itu tertunda empat jam.
Tindakan konfrontatif kubu Republik dipicu seruan Trump agar mereka bersikap keras terhadap Demokrat, yang ingin menjatuhkan Trump. Tindakan itu dinilai sebagai bagian dari upaya mengalihkan perhatian dari penyelidikan atas tindakan Trump ke taktik Demokrat yang dinilai tidak fair dengan menggelar sidang penyelidikan secara tertutup.
Dalam sebulan terakhir, atas dorongan kubu Demokrat, tiga komisi di DPR AS—Komisi Intelijen, Komisi Pengawas, dan Komisi Urusan Luar Negeri—menggelar sidang penyelidikan dengan mendengar testimoni sejumlah saksi untuk menemukan bukti dan dasar pemakzulan Trump.
Proses itu dilakukan terkait percakapan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky via telepon pada 25 Juli lalu. Saat itu Trump mendesak Zelensky menyelidiki bakal calon pesaing dari Demokrat dalam pemilu presiden AS tahun 2020, Joe Biden, dan anaknya. Jika Zelensky tak mau menuruti permintaan itu, Trump mengancam membatalkan bantuan militer kepada Ukraina senilai 400 juta dollar AS.
Menurut UU Pemilu AS, kandidat dilarang meminta bantuan asing terkait pemilu. ”Mereka ketakutan. Mereka berusaha menghentikan penyelidikan ini,” kata Ted Lieu, anggota DPR dari Demokrat. ”Mereka tahu lebih banyak fakta akan disampaikan yang benar-benar memberatkan Presiden AS.”
Kericuhan terjadi ketika lebih dari 24 anggota parlemen dari Republik, yang tidak berwenang menghadiri sidang tertutup, memaksa masuk ke ruang sidang. Itu terjadi beberapa saat sebelum pejabat Kementerian Pertahanan AS yang mengawasi masalah Ukraina dan Rusia, Laura Cooper, dijadwalkan bersaksi secara tertutup di hadapan anggota parlemen. Setelah tertunda sekitar empat jam, Cooper memulai kesaksiannya.
Sejumlah anggota parlemen mengungkapkan, kubu Republik memprotes langkah kubu Demokrat yang menggelar sidang penyelidikan itu secara tertutup dan rahasia. Padahal, sejumlah anggota Partai Republik—yang merupakan anggota dari tiga komite kongres yang melakukan penyelidikan itu— juga mengikuti sidang tersebut. Kericuhan itu menjadi konfrontasi dramatis dalam penyelidikan DPR yang bisa mengancam kursi kepresidenan Trump menjelang pilpres 2020.
”Presiden telah mendesak para pendukungnya untuk menghalangi saksi memberi testimoni, tetapi mereka tidak akan berhasil,”
Kedatangan para Republiken—sebutan bagi anggota Republik—mengacaukan pemeriksaan yang sedang berlangsung. Mereka juga membawa barang yang dilarang dibawa di dalam ruang pemeriksaan, yakni telepon seluler. Kongres telah menyatakan tindakan Republiken melanggar aturan DPR. Upaya intervensi dramatis oleh Republik ini terjadi setelah Trump, Senin (21/10), mengajak anggota dewan untuk melawan penyelidikan pemakzulan yang dipimpin Demokrat.
”Republiken harus lebih berani dan melawan pemakzulan. Demokrat itu keji dan mereka solid,” kata Trump. Ketua Komisi Intelijen DPR Adam Schiff mengatakan, kesediaan para saksi untuk memberikan keterangan telah melemahkan upaya Gedung Putih untuk mendiamkan mereka. ”Presiden telah mendesak para pendukungnya untuk menghalangi saksi memberi testimoni, tetapi mereka tidak akan berhasil,” ujarnya. (REUTERS/AP)