Dinilai Simbol Kapitalis, Resor Gunung Kumgang Akan Dihancurkan Korut
Korea Utara meminta agar Korea Selatan membicarakan soal penghancuran hotel dan fasilitas turis yang dibangun di kawasan resor Gunung Kumgang, Korut.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
SEOUL, SABTU — Korea Utara meminta agar Korea Selatan membicarakan soal penghancuran hotel dan fasilitas turis yang dibangun di kawasan resor Gunung Kumgang, Korut. Pyongyang menilai desain kawasan turisme itu sudah sangat tertinggal dan lusuh karena jarang digunakan. Selain itu, fasilitas-fasilitas tersebut dianggap mewakili simbol kapitalis.
Hal itu disampaikan juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Lee Sang-min, dalam sebuah briefing di Seoul, Jumat (25/10/2019). Kantor berita Korut, KCNA, beberapa hari lalu memberitakan bahwa Pemimpin Korut Kim Jong Un telah mendesak agar fasilitas turis yang dibangun Korsel dan jarang digunakan itu sebaiknya dihancurkan dan dibangun kembali.
Pada hari Jumat, Korut mengirim pemberitahuan ke Kementerian Unifikasi Korsel, yang menangani masalah antar-Korea tersebut, serta ke Grup Hyundai yang perusahaan afiliasinya, Hyundai Asan Corp, membangun fasilitas turis di kawasan resor Gunung Kumgang. Pemberitahuan tersebut intinya meminta pembongkaran dan berdiskusi melalui pertukaran dokumen.
”Pemerintah akan menyiapkan solusi kreatif untuk proyek pariwisata Gunung Kumgang dengan melindungi hak-hak properti warga Korsel sambil mempertimbangkan situasi internasional, perjanjian antar-Korea dan konsensus domestik,” kata Lee Sang-min.
Penghancuran peninggalan Korsel di kawasan resor Gunung Kumgang akan menjadi tanda kemunduran bagi langkah-langkah Presiden Korsel Moon Jae-in untuk mengakhiri konfrontasi kedua Korea. Termasuk upaya Moon adalah melanjutkan inisiatif bisnis yang sudah lama terhenti.
”Korut meminta Korsel untuk membahas masalah ’secara tertulis’. Itu berarti mereka tidak ingin membicarakan hal-hal lain,” kata Cheong Seong-chang, seorang dosen senior di Institut Sejong Korsel.
Dua proyek ekonomi
Gunung Kumgang berada di pantai timur Korut, tepat di luar zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea. Resor Gunung Kumgang adalah salah satu dari dua proyek ekonomi utama antar-Korea. Proyek lainnya adalah zona industri Kaesong. Dua proyek ekonomi ini merupakan tanda penting pemulihan hubungan Korut-Korsel yang selama beberapa dekade diwarnai permusuhan setelah Perang Korea 1950-1953.
KCNA melaporkan, Kim Jong Un dalam kunjungan ke provinsi terdekat memuji sebuah resor wisata baru yang sedang dibangun di sana. Dia mengatakan bahwa resor wisata baru tersebut sangat kontras dengan arsitektur resor Gunung Kumgang yang dinilai kapitalis, yang menarget keuntungan dari bangunan resor yang dibangun secara kasar.
Kim Jong Un memuji sebuah resor wisata baru yang sedang dibangun di negaranya, yang sangat kontras dengan arsitektur resor Gunung Kumgang yang dinilai kapitalis.
Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa Menteri Unifikasi Korsel Kim Yeon-chul mengatakan, dia tidak melihat usulan Korut itu sebagai upaya untuk mengecualikan Korsel karena Kim Jong Un telah mengatakan bahwa dia akan menyambut Korsel jika resor Gunung Kumgang dibangun kembali dengan benar.
Pariwisata menjadi semakin penting bagi kebijakan Kim Jong Un terkait pertumbuhan ekonomi ”mandiri”. Dunia pariwisata tidak secara langsung masuk dalam daftar sanksi AS yang dijatuhkan untuk mengendalikan program nuklir Korut.
Sejak kasus kematian turis Korsel yang ditembak mati oleh tentara Korut di Gunung Kumgang karena tidak sengaja memasuki zona militer, sejak 2008 tur ke Gunung Kumgang dihentikan oleh Korsel. Meski demikian, tetap ada beberapa peristiwa yang jarang terjadi dilakukan di Gunung Kumgang, seperti reuni keluarga dari kedua Korea yang terpisah karena perang.
Kim telah meminta agar resor Gunung Kumgang dibangun kembali dan diperbarui dengan desain yang sesuai Korut. Kim juga meminta zona wisata lainnya, seperti daerah pesisir Wonsan-Kalma dan resor ski Masikryong, dibangun. Resor Pantai Wonsan, salah satu proyek kesayangan Kim Jong Un, terlihat akan selesai pada awal 2020 setelah ada kemajuan konstruksi yang luar biasa sejak April 2019. Hal itu diungkapkan oleh 38 North, sebuah proyek berbasis di AS yang mempelajari Korut. (REUTERS/AP)