Dalam rangkaian Frankfurt Book Fair 2019, sejumlah ilustrator Jerman menampilkan karya ilustrasi bertema Indonesia. Secara simbolik, mereka mengilustrasikan persoalan sosial dan lingkungan di Indonesia.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·4 menit baca
Dalam rangkaian Frankfurt Book Fair 2019, sejumlah ilustrator Jerman menampilkan karya ilustrasi bertema Indonesia. Secara simbolik, mereka mengilustrasikan persoalan sosial dan lingkungan di Indonesia.
Di Galeri Eulengasse di pinggiran Kota Frankfurt, ilustrator Jerman Jens Rotzsche membuat gambar satir. Seekor orangutan tengah duduk meringkuk. Ia tengah tergencet mesin pres bertuliskan “made by you and me”.
Meski hidup jauh dari Pulau Kalimantan, secara simbolik Rotzsche mampu membahasakan persoalan serius bagaimana kelangsungan hidup orangutan ke depan. Hutan yang semakin gundul karena alih fungsi lahan dan kebakaran yang setiap tahun berulang menjadikan tempat hidup orangutan kian terbatas.
Kata-kata “made by you and me” yang disematkan Rotzsche pada mesin pres menegaskan otokritik bahwa sempitnya ruang hidup orang utan tidak lain akibat ulang kita manusia. Ia menyebutnya kamu dan aku…you and me.
Ada lagi ilustrasi karya Birgit Weber yang menggambarkan deretan pohon Sawit dengan alat berat. Tampak di bawahnya masyarakat kecil yang tengah menangis dan orang utan di pojok pinggir kanan. Di bawah deretan pohon Sawit itu, ia membuat tulisan besar STOP. Sama seperti Rotzsche, dari kacamatanya, Weber mencoba menggambar persoalan sosial yang kini tengah terjadi di Indonesia.
Masih di tempat yang sama, seniman Jerman lainnya Helga Jordan memamerkan ilustrasinya yang bergambar sosok manusia semacam Buddha yang tengah bertapa. Di sekeliling manusia pertapa itu terdapat gambar wayang, pohon natal, pura, sepeda roda tiga untuk berjualan, hingga gerobak ice cream. Di bagian bawah gambar, Jordan menulis: Finde Deinen Weg! yang artinya temukan jalanmu!
Namun, bukan sekadar persoalan sosial yang ditangkap para ilustrator Jerman di Galeri Eulengasse. Karin Hellert-Knappe menyuguhkan gambar khas Indonesia yang ringan dan kocak. Ia menampilkan resep nasi goreng secara visual dengan wajan penggorengan di tengah berikut bawang merah dan bawang putih, garam, minyak goreng, nasi, udang, daun bawang, telur, kecap, sambal, daging ayam, hingga potongan mentimun. Seluruh bahan-bahan makanan itu diberi tanda panah menuju ke penggorengan dan Karin memberi judul ilustrasinya…Nasi Goreng.
Masih banyak lagi gambar-gambar karya ilustrator Jerman yang bertema Indonesia, seperti gambar patung Dwarapala, candi, wayang, dan sebagainya. “Kami mencoba mengekspresikan cara pandang kami tentang Indonesia. Saya sendiri pernah berkunjung ke Yogyakarta beberapa waktu lalu dan banyak sekali hal menarik di sana,” kata Volkmar Hoppe yang membuat ilustrasi wayang dengan tekstur futuristik.
Pameran kolaborasi
Karya-karya di atas merupakan bagian dari Pameran Kolaborasi bertajuk “Illunesia 2, The Tale Continues…” antara para ilustrator Jerman dan Indonesia yang digelar pada 19-20 Oktober 2019 di Galeri Eulengasse, Frankfurt, Jerman. Pameran yang merupakan rangkaian dari kegiatan Tim Frankfurt Book Fair 2019 Indonesia ini menyuguhkan 12 karya ilustrator Indonesia dan 15 karya ilustrator Jerman.
Satu ilustrasi menarik ditampilkan ilustrator Indonesia Cecilia Hidayat yang membuat gambar barong Bali dan barongsai yang tengah berdampingan dengan empat orang pemain. Ia membubuhi gambar itu dengan tulisan…May peace always prevails throughout this year….sebuah potret keberagaman yang menyejukkan.
Dari Indonesia hadir empat seniman ilustrasi, yaitu Mayumi Haryoto, Evelyn Ghozalli, Antonio Reinhard Wisesa, dan Mohammad ”Emte” Taufiq. Selama dua hari, mereka “berduel” dengan para ilustrator Jerman membuat karya-karya ilustrasi di galeri tersebut.
Di tempat stan Frankfurt Book Fair Indonesia, mereka juga menghiasi papan-papan dengan lukisan-lukisan mural. ”Ajang FBF menjadi wahana pameran konten yang bentuknya tidak hanya dalam rupa buku-buku cetak saja, tetapi juga berbagai produk alih wahana lainnya yang menunjukkan energi Indonesia,” kata Ketua Komisi Buku Nasional Laura Bangun Prinsloo.
Bagian tak terpisahkan
Ilustrasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk-produk buku. Kepiawaian para ilustrator menangkap pesan dari buku-buku dan mengubahnya dalam bentuk ilustrasi visual memberikan kekuatan pada buku. Apalagi, kini banyak sekali penerbit yang menerbitkan buku-buku dengan ilustrasi unik.
Selama perhelatan Frankfurt Book Fair 2019 di Frankfurt, Jerman pada 16-20 Oktober 2019, Indonesia berhasil menjual hak cipta sebanyak 25 judul buku ke sejumlah negara, yaitu Mesir, Vietnam, Malaysia, Pakistan, Thailand, dan Amerika Serikat. Adapun, judul dan seri buku yang diminati untuk dipertimbangkan penerbit-penerbit luar negeri sebanyak 73 judul dan 30 seri.
”Setelah Indonesia dipercaya sebagai tamu kehormatan pada FBF 2015, pada tahun berikutnya bermunculan banyak penerbit luar negeri yang membeli hak cipta buku-buku Indonesia,” kata Direktur Borobudur Agency sekaligus anggota Promosi Literasi dan Lisensi Hak Cipta Internasional KBN, Thomas Nung Atasana.
Selain buku-buku dan karya ilustrasi, dalam Frankfurt Book Fair 2019, Indonesia juga menampilkan berbagai alih wahana, seperti kreasi kuliner dari Aku Cinta Makanan Indonesia yang diwakili Santhi Serad dan Astrid Enricka serta seduhan kopi khas Nusantara dari pakar kopi Indonesia, Adi Taroepratjeka dan Ronald Prasanto. Stan Indonesia juga menampilkan musikalisasi puisi Joko Pinurbo oleh musisi Oppie Andaresta, gitaris Mochamad Yudha Wijaya atau Chiko dan pemain akordeon Windy Setiadi.