Lifter-lifter yunior dan remaja Indonesia menunjukkan perbaikan performa yang signifikan pada kejuaraan level Asia. Ini menjadi pertanda baik bagi regenerasi atlet angkat besi Tanah Air.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim angkat besi Indonesia mengantongi tujuh medali emas di Kejuaraan Asia Angkat Besi Remaja dan Yunior di Pyongyang, Korea Utara, 19–25 Oktober 2019. Hasil ini menjadi motivasi untuk Rahmat Erwin Abdullah dan kawan-kawan menuju SEA Games 2019 di Filipina.
Rahmat (kelas 73 kg) bersama dengan Muhammad Faathir (kelas 61 kg) masing-masing meraih tiga keping emas. Adapun satu medali emas berasal dari lifter putri Windy Cantika Aisah (kelas 49 kg).
Rahmat meraih tiga emas untuk angkatan snatch 147 kg, clean and jerk 179 kg, dan angkatan total 326 kg. Ia juga memecahkan rekor Asia yunior untuk angkatan snatch dari 146 kg menjadi 147 kg, clean and jerk dari 178 kg menjadi 179 kg, serta total dari 322 kg menjadi 326 kg.
Lifter asal Kaltim ini mencetak hasil lebih baik dari penampilan terakhirnya di Kejuaraan Angkat Besi Nasional PABBSI 2019. Dalam ajang yang termasuk seleksi nasional tim SEA Games 2019, Rahmat mengukir angkatan snatch 145 kg, clean and jerk 176 kg, dan total 321 kg. Putra mantan lifter nasional Erwin Abdullah ini terpilih membela tim ”Merah Putih” di SEA Games karena berhasil melewati total angkatan seniornya, peraih dua medali Olimpiade, Triyatno.
Di Pyongyang, Faathir juga mengukir hasil manis karena meraih tiga keping emas dan memecahkan tiga rekor Asia remaja. Ia memperbaiki rekor Asia remaja untuk angkatan snatch dari 118 kg menjadi 119 kg, clean and jerk dari 149 kg menjadi 153 kg, dan total dari 261 kg menjadi 272 kg.
Angkatan clean and jerk dan angkatan total itu juga termasuk rekor dunia remaja. Sebelumnya, rekor dunia remaja untuk angkatan total dipegang oleh atlet Turki, Donen Dogan, dengan 269 kg.
Lifter asal Bandung, Jawa Barat, Windy Cantika Aisah, meraih 1 emas dan 2 perak. Medali emas berasal dari angkatan snatch 84 kg. Sementara perak berasal dari clean and jerk 102 kg dan angkatan total 186 kg. Pada angkatan clean and jerk dan angkatan total, Windy kalah dari lifter Korea Utara, Jong Sim Han, yang mengukir clean and jerk 109 kg, dan angkatan total 189 kg.
Meski gagal menyapu bersih emas, ketiga angkatan Windy dinyatakan sebagai perbaikan rekor Asia dan rekor dunia remaja. Windy memperbaiki rekor atas namanya sendiri, yaitu angkatan snatch dari 82 kg menjadi 84 kg, clean and jerk 100 kg menjadi 102 kg, dan total dari 182 kg menjadi 186 kg.
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja, mengatakan, penampilan tim angkat besi Indonesia sudah sesuai harapan. ”Terutama untuk Windy berhasil memperbaiki total angkatan yang sangat baik, dari 182 kg menjadi 186 kg. Ini bisa menunjang poin peringkat dunia menuju Olimpiade Tokyo 2020,” ujar Dirdja, Jumat (25/10/2019).
Dirdja mengatakan, angkatan Faathir juga sangat baik. Ia diharapkan bisa menjadi the next generation atau penerus lifter senior peraih tiga keping medali Olimpiade, Eko Yuli Irawan.
Sebelum berangkat ke Pyongyang, Faathir menyatakan keyakinannya bisa meraih tiga keping emas dan melewati rekor pribadi terbaik. Menurut dia, kondisi fisik dan mentalnya sudah siap untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
Selama ini, Faathir mempunyai kekurangan pada teknik angkatan clean and jerk. Beruntung ia berlatih bersama Eko Yuli Irawan yang kerap memberinya masukan. Faathir juga mengikuti jejak disiplin dan kerja keras Eko. ”Saya belajar banyak dari Mas Eko. Angkatannya sudah sempurna, saya ingin mengikuti seperti itu,” kata Faathir.
Di Pyongyang, Indonesia mengirimkan sepuluh atlet. Bermain di kelas 61 kg bersama Faathir, M Halim Setiawan meraih dua keping perak. Lifter putri Rizky Juniansyah (67 kg) meraih tiga perak. Sementara Mohammad Yasin (67 kg) mendapatkan 1 perak dan 1 perunggu.
Juliana Klarisa (55 kg) meraih tiga perak. Putri Aulia Andriani (59 kg) mempersembahkan 1 perak dan 2 perunggu. Albin Andrean Putra (55 kg) menempati peringkat keenam. Tsabita Alfiah Ramadani (64 kg) duduk di peringkat kelima. Sementara Nur Vinatasari mengundurkan diri karena cedera lutut.