Tottenham Hotspur bakal menguji hebat “mentalitas monster” yang tertanam di Liverpool saat ini. Tottenham datang ke Anfield dengan membawa dendam dan kemarahan, Minggu ini.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
LIVERPOOL, SABTU – Tiada lawan lainnya yang paling dinanti-nanti Tottenham Hotspur selain Liverpool FC pada Liga Inggris musim 2019-2020 ini. Spurs menyiapkan pembalasan setimpal atas kekalahan menyakitkan mereka dari pemuncak klasemen Liga Inggris itu pada final Liga Champions musim lalu.
Hingga detik ini, Spurs, khususnya manajer Mauricio Pochettino, belum bisa beranjak atau melupakan kekalahan dari Liverpool pada laga final di Madrid, Spanyol, itu. Meskipun tampil lebih menyerang dari lawannya itu, Spurs takluk 0-2. Kekalahan itu mengubur mimpi tim asal London itu mengakhiri puasa trofi sekaligus menihilkan perjuangan heroik mereka di semifinal kontra Ajax Amsterdam.
“Para pemain dan staf (pelatih) merasa hampa seusai laga itu. Final Liga Champions adalah soal juara atau tidak sama sekali. Menjadi runner up tidak ada maknanya untuk kami,” ujar Pochettino mengenang final itu menjelang reuni kedua tim di Stadion Anfield, Minggu (27/10/2019) pukul 23.30 WIB ini.
Pochettino merasa bak mayat hidup seusai kekalahan di final itu. Ia mengaku sempat depresi dan mengurung diri selama sepuluh hari di rumahnya seolah kehilangan hal teramat penting dalam hidupnya. “Tentu saja saya menderita. Kali terakhir saya merasakan perasaan yang sama yaitu saat tersingkir di penyisihan grup (Piala Dunia 2002, bersama tim nasional Argentina),” tutur Pochettino menegaskan penderitaannya itu seperti dikutip The Telegraph, September lalu.
Cilakanya, penderitaan Spurs akibat kekalahan dari Liverpool itu terus berlanjut meskipun berganti musim. Mereka seolah kehilangan tujuan di awal musim 2019-2020 ini. Mereka tampil ogah-ogahan dan terseok-seok, baik di Liga Inggris maupun Liga Champions. Kekalahan memalukan, yaitu 2-7 dari Bayern Muenchen di Stadion Tottenham pada babak penyisihan grup Liga Champions, Oktober lalu, kian menegaskan episode lanjutan depresi itu.
Tidak heran, Spurs bakal tampil habis-habisan di Anfield untuk menuntaskan dendam mereka atas Liverpool, malam nanti. Mereka berambisi menjadi tim pertama dalam 45 laga terakhir di Liga Inggris yang mampu mempermalukan “The Reds” di rumahnya sendiri. Di era Klopp, Anfield kembali menjelma stadion yang sangat angker bagi lawan. Mereka tidak pernah kalah dalam ajang Liga Inggris sejak Mei 2017 silam di Anfield.
Toby Alderweireld, bek Spurs, ikut menabuh genderang perang menjelang laga besar ini. Ia berkata, timnya sangat percaya diri menatap laga itu. “Laga ini kesempatan besar kami. Lihat, kami kembali menjadi sebuah tim. Mengerahkan yang terbaik, satu-satunya hal yang bisa kami lakukan di laga ini,” tuturnya kepada Dailymail.
Spurs memiliki senjata mematikan pada diri striker Harry Kane dan penyerang sayap, Son Heung-min. Kedua pemain itu menyumbang total empat gol saat Spurs mengamuk pada laga terakhirnya, yaitu menggilas Red Star Belgrade 5-0 di Liga Champions, Rabu lalu. Kane juga tampil kesetanan pada laga terakhirnya bersama timnas Inggris. Ia menyumbang satu gol berikut tiga asis saat Inggris meremukkan Bulgaria 6-0.
Evolusi Kane
Dua laga terakhir itu menunjukkan “evolusi” Kane yang patut diwaspadai Liverpool. Striker jangkung itu selama ini dikenal sebagai predator gol yang garang di area kotak penalti lawan. Namun, pada kedua laga itu, Kane tampil di luar kebiasaannya, yaitu sebagai kreator serangan alih-alih pemburu gol. Transformasinya itu membuat lini serang Spurs bakal lebih dinamis dan sulit diprediksi.
Di lain pihak, Spurs juga diuntungkan oleh laga Manchester United kontra Liverpool. Laga yang berakhir 1-1 itu bisa menjadi cetak biru tim-tim lain untuk meredam agresivitas serangan sayap “The Reds”. Saat itu, Liverpool nyaris dinetralisir berkat pola bek sayap MU yang rajin membatasi pergerakan Trent Alexander Arnold dan Andrew Robertson. Kebetulan pula, Spurs juga sangat familier dengan pola tiga bek tengah plus dua bek sayap yang diusung MU pada laga itu.
Diakui Manajer Liverpool Juergen Klopp, Spurs merupakan ancaman besar dan tidak bisa dipandang sebelah mata meskipun bercokol di peringkat ketujuh Liga Inggris. Meskipun demikian, ia yakin jika kekuatan karakter timnya yang kerap disebutnya “mentalitas monster” mampu melewati ujian berat itu. “ini (kontra Spurs) adalah laga besar bagi kami,” ujarnya.
Liverpool wajib memenangi laga ini jika tidak ingin dikejar rival utamanya, Manchester City. Juara bertahan Liga Inggris itu mengalahkan Aston Villa pada Sabtu malam dan memangkas ketertinggalan poin mereka dari Liverpool menjadi tiga. Pada laga lainnya, Sabtu dini hari, Leicester City melumat tuan rumah Southampton 9-0. Itu rekor kemenangan tandang terbesar dalam sejarah Liga Inggris. (AFP/Reuters)