Bermain di lapangan besar menuntut kelihaian pemain untuk bermain efisien supaya stamina tidak kedodoran. Pola permainan yang perlu dikembangkan adalah mengoptimalkan lebar lapangan dengan umpan-umpan pendek.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kembalinya Liga Kompas Gramedia Kacang Garuda U-14 ke lapangan GOR Ciracas, Jakarta Timur, sejak pekan kelima, Minggu (20/10/2019), turut merubah paradigma permainan 16 tim peserta. Mereka tidak bisa lagi melakukan serangan sporadis dan melakukan banyak spekulasi untuk membuat peluang ataupun gol, seperti di lapangan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang berukuran lebih kecil.
Di lapangan GOR Ciracas yang berukuran lebih besar, tim harus bisa bermain lebih efektif dan efisien dalam membuat peluang ataupun gol. Kalau tidak, stamina terkuras dan akibatnya bisa mengalami kekalahan. Salah satu strategi yang akan ditekankan para pelatih di pekan keenam LKG, Minggu (27/10/2019) ini, adalah permainan yang mengoptimalkan lebar lapangan.
"Saya ingin anak-anak bermain lebih sabar dari kaki ke kaki. Kemudian, pandai melihat celah lebar lapangan. Ketika ada peluang, mereka saya minta mengoptimalkan sisi saya ataupun langsung ke jantung pertahanan lawan. Lapangan yang lebih besar, memungkinkan anak-anak melakukan pergerakan tanpa bola di lebar lapangan untuk membuka peluang hingga mencetak gol," ujar pelatih SSB Buperta Cibubur Jumhari Saleh dihubungi dari Jakarta, Sabtu (26/10/2019).
Kondisi lapangan memang benar-benar memengaruhi permainan tim. Di lapangan UMJ yang lebih kecil, anak-anak cenderung bermain sporadis. Mereka sering mengiring bola sendiri dari belakang hingga ke depan. Kemudian, mereka lebih berani melakukan spekulasi. Dengan lapangan kecil, stamina pun bisa lebih hemat dan tenaga untuk membuat gol pun lebih optimal walau sering berlari maupun melakukan spekulasi.
Berdasarkan data statistik, selama bermain di lapngan UMJ dari pekan pertama hingga keempat, para pemain memang bisa membuat banyak peluang dan gol. Paling tidak, pekan pertama mereka rata-rata membuat 4 gol per laga, pekan kedua 2,875 gol per laga, pekan ketiga 2 gol per laga, dan pekan keempat 2,625 gol per laga. Namun, ketiga pindah ke GOR Ciracas sejak pekan kelima, rata-rata golnya turun drastis menjadi 1,625 gol per laga.
Jumhari mengatakan, jika bermain sporadis seperti di UMJ pada laga di GOR Ciracas, stamina anak-anak pasti kedodoran. Akibatnya, sesampai di muka gawang lawan, mereka sudah kecapaian dan tidak sanggup lagi berpikir jernih untuk buat peluang. Itulah kenapa Buperta hanya menang 1-0 saat menghadapi SSB Villa 2000 di pekan kelima lalu.
Dalam laga menghadapi SSB Siaga Pratama di pekan keenam ini, Jumhari menuturkan, dirinya sudah menyiapkan anak-anak lebih baik. Dalam latihan rutin pada Selasa dan Kamis lalu, dia meminta para anak asuhnya agar lebih efektif dan efisiens bermain. Mereka diminta melakukan permainan rapi dari kaki ke kaki mulai dari belakang, tengah, hingga ke depan.
Kemudian, anak-anak diminta jeli untuk melepas umpan-umpan jauh ataupun terobosan ke sisi sayap maupun langsung ke jantung pertahanan lawan. Dengan begitu, anak-anak tidak perlu berlari melainkan bermain lebih hemat energi. "Main di lapangan lebih besar itu harus lebih cerdas. Kalau tidak, justru nanti menyiksa diri sendiri," kata Jumhari, pelatih LKG-SKF Indonesia di Piala Gothia 2019 tersebut.
Membenahi lini depan
Pelatih SSB Salfas Soccer Irwan Salam menyampaikan, memang benar bermain di lapangan besar harus lebih cerdik mengoptimalkan setiap celah yang ada. Namun, hal itu juga harus diimbangi dengan kapasitas penyerang yang ada. Untuk Salfas Soccer, tim sudah bisa bermain dari kaki ke kaki lumayan baik ketika mereka bermain imbang 0-0 dengan SSB Bina Taruna Cibubur (BTC) di pekan kelima lalu. Namun, yang jadi masalah justru pada kepercayaan diri dan ketajaman penyerangnya.
Irwan melanjutkan, para penyerangnya cenderung kurang tenang ketika memasuki muka gawang lawan. Karena kurang tenang, mereka sering terburu-buru melepas tembakan sehingga urung membuahkan gol.
Di sisi lain, para penyerang itu juga kurang percaya diri. Ketika sudah memasuki arena pertahanan lawan, kadang bola itu dibawa lagi keluar dan kembali ke tengah lapangan. Hal itu membuat peluang gol yang ada menjadi sinar sia-sia. Untuk itu, jelang menghadapi SSB Intan Soccer Cipta Cendikia di pekan keenam ini, mereka fokus membenahi lini tengah dan penyerang agar lebih tajam.
"Bagaimana mau mencetak gol kalau bola yang sudah dimuka gawang justru dibawa keluar lagi. Jadi, menghadapi pekan keenam ini, saya minta para penyerang lebih tenang ketika di muka gawang dan lebih berani untuk mengambil keputusan menembak," tutur Irwan, pelatih yang membawa Salfas Soccer menjadi runner-up LKG musim lalu tersebut.
Memupuk kepercayaan diri
Pelatih Intan Soccer Cipta Cendiki Yance Putra mengutarakan, dirinya fokus untuk memupuk kepercayaan diri para pemain. Setelah meraih kemenangan besar 7-0 atas SSB Benteng Muda FA di pekan pertama, para pemain Intan Soccer Cipta Cendikia justru kehilangan sentuhan bermain di pekan-pekan berikutnya.
Mereka kalah 1-2 dari SSB Matador Mekarsari di pekan kedua, imbang 2-2 dengan SSB Kabomania di pekan ketiga, menang 3-0 atas SSB Pelita Jaya di pekan keempat, dan kalah 0-1 dari SSB Bina Taruna di pekan kelima. Secara permainan, mereka tidak segarang dan sepercaya diri seperti pekan pertama lalu.
Yance mengungkapkan, para pemainnya kaget ketika menjalani pekan kedua lalu. Setelah menang besar di pekan pertama, mereka sangat percaya diri. Namun, di pekan kedua, barulah mereka benar-benar merasakan kerasnya kompetisi di LKG yang sesungguhnya. Setelah itu, mereka pun cenderung kehilangan kepercayaan diri.
Untuk itu, jajaran pelatih pun berupaya mengembalikan lagi kepercayaan diri pemain yang mulai surut tersebut. "Inilah manfaat ikut liga. Anak-anak jadi ketahuan sebatas mana kemampuannya. Secara skill individu, mungkin mereka sudah oke. Tapi, mental belum. Padahal, mental itu penting sekali. Kalau mental jatuh, apa yang dipikirkan akan sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh tubuh. Umumnya, kalau sudah jatuh mental, apa yang dipikirkan sudah tidak jalan lagi," ungkap Yance.