Yang Berkilau di Martapura
Perjalanan wisata ke Banjarmasin terasa belum lengkap jika belum sampai ke Martapura. Kota yang tersohor karena intan itu menawarkan permata beraneka warna. Martapura tidak hanya jadi tempat yang tepat untuk berburu batu permata, tetapi juga tempat terbaik untuk membeli cenderamata.
Waktu sudah hampir menunjukkan pukul 12.00 WITA ketika kami sampai di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Sabtu (24/8/2019). Ibu kota Kabupaten Banjar itu berjarak sekitar 40 kilometer dari Banjarmasin. Perjalanan dari Banjarmasin ke Martapura ditempuh dalam waktu 1 jam lebih.
Tempat tujuan wisata di Martapura adalah Pusat Perbelanjaan Cahaya Bumi Selamat (CBS). Pusat perbelanjaan tersebut terletak di jantung Kota Martapura, berdampingan dengan Taman Cahaya Bumi Selamat. Lokasinya persis di pinggir Jalan Ahmad Yani, yang merupakan jalan arteri sekaligus jalan poros Trans-Kalimantan.
Sebelum hunting batu permata dan cenderamata, tak ada salahnya mencoba kuliner di sekitar pusat perbelanjaan CBS. Apalagi, sudah tengah hari dan waktunya untuk makan siang. Ada deretan warung makan di dekat situ dengan beragam menu yang ditawarkan. Masakan khas Banjar, seperti ikan bakar bisa menjadi salah satu menu alternatif untuk dicoba.
Pusat perbelanjaan CBS merupakan kompleks pertokoan yang terdiri atas dua lantai. Lantai satu berupa kios-kios yang menjual batu permata dan berbagai cenderamata, sedangkan lantai dua hanya berupa satu los dan khusus untuk menjual batu permata.
Di lantai dua, pengunjung bisa melihat beragam jenis serta beraneka warna dan motif batu permata. Batu-batu berharga itu dipajang di etalase kaca. Di situ, pedagang tidak hanya menjual batu-batu yang sudah jadi atau masak, tetapi juga menggosok batu-batu yang masih mentah.
Suara mesin mendesing di lantai dua siang itu. Beberapa penjual sekaligus pengrajin batu permata sibuk menggosok batu ataupun membersihkan cincin tempat memasang batu yang biasa disebut amban. Batu yang sudah digosok baru dipasang ke amban.
Amban yang sudah lama dipakai dan terlihat kusam bisa kembali mengkilap setelah digosok. ”Yang datang ke sini tidak selalu membeli batu atau cincin. Banyak juga yang datang hanya untuk membersihkan cincin,” kata Ahur, penjual sekaligus pengrajin batu permata di Martapura.
Martapura adalah ”surga” bagi para penggemar batu mulia. Berbagai jenis bebatuan mulia dapat ditemukan di sana. Tidak hanya intan, tetapi juga akik, kecubung, safir, rubi, dan sebagainya. ”Kalau sudah ke Banjarmasin, maka wajib ke Martapura,” kata salah seorang pengunjung yang berasal dari Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Jauh sebelum batu akik naik daun, berbagai jenis batu mulia sudah banyak dijual di Martapura. Saat batu akik naik daun beberapa tahun lalu, itu jadi berkah tambahan bagi pedagang batu permata di Martapura. Namun, setelah pamor akik turun, kini penjualannya kembali seperti semula.
”Kalau dibandingkan beberapa tahun lalu saat akik naik daun, penjualan batu sekarang sudah menurun. Namun, kami tetap bertahan karena sejak dulu memang berjualan batu permata,” tutur Mawardi, penjual batu permata di pusat perbelanjaan CBS.
Sebagian batu permata yang dijual di Martapura didatangkan dari luar Kalimantan Selatan, bahkan luar negeri. Harga batu permata yang ditawarkan penjual cukup beragam, bergantung ukuran dan tingkat kebeningan. Harganya mulai dari kisaran Rp 20.000 hingga jutaan rupiah.
Bagi wisatawan yang tidak hobi batu, bisa berburu cenderamata di lantai satu pusat perbelanjaan CBS. Kios-kios di lantai satu tidak hanya menjual batu permata, tetapi juga menjual berbagai barang kerajinan, misalnya tasbih, kalung, gelang, tas berbahan manik-manik khas suku Dayak, dan baju tradisional Dayak. Untuk mendapatkan harga yang pas, jangan ragu untuk menawar.
Kota intan
Sesuai dengan julukannya sebagai ”kota intan”, Kota Martapura memperlihatkan ciri khasnya sebagai kota intan. Memasuki gerbang kota di Jalan Ahmad Yani, terlihat replika intan di atas gerbang. Selanjutnya, di Taman CBS akan dijumpai replika intan berukuran besar bersanding dengan tulisan MARTAPURA.
Martapura tersohor sebagai kota intan sejak ditemukannya intan seukuran telur burung merpati di Sungai Tiung, Cempaka pada 26 Agustus 1965. Intan berukuran 166,75 karat itu diberi nama Intan Trisakti dan menjadi intan terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia. Lokasi penemuan intan itu sekarang masuk wilayah Kota Banjarbaru.
Hingga kini, pertambangan intan rakyat di Cempaka, Banjarbaru masih beroperasi. Namun, intan dan batu mulia lainnya dari situ sebagian besar digosok dan dipasarkan di Martapura. Itulah yang membuat Martapura tetap menjadi tujuan para pemburu batu permata. ”Batu yang digosok dan dijual di sini dari berbagai penjuru dunia,” ujar Mawardi.
Secara kasat mata, batu-batu permata itu terlihat indah dengan beragam bentuk dan warna. Namun, karena bukan penggemar batu, tak sedikit pun akan keinginan untuk membelinya. Apalagi, harga batu-batu itu cukup mahal. Kepuasan hati sudah tercapai dengan melihat, tanpa harus memiliki.
Meskipun tak tergoda membeli batu permata, hati tetap tergoda membeli cenderamata. Godaan berbelanja tak kuasa dilawan setelah melihat barang bagus yang harganya relatif bersahabat dengan kantong. Berwisata memang terasa tak lengkap tanpa membawa pulang oleh-oleh khas daerah setempat.