Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti mulai memperlihatkan konsistensi untuk tampil pada level tertinggi. Gelar juara di Perancis Terbuka, sepekan setelah gelar perdana di Denmark Terbuka, menjadi buktinya.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·5 menit baca
PARIS, MINGGU – Konsistensi penampilan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti mulai teruji dengan meraih gelar juara pada turnamen bulu tangkis Perancis Terbuka 2019. Ini menjadi gelar kedua mereka secara beruntun setelah pekan lalu memenangi Denmark Terbuka yang, seperti Perancis, masuk kategori BWF World Tour Super 750.
Pada laga final di Stade Pierre de Coubertin, Paris, Minggu (27/10/2019), Praveen/Melati menaklukkan ganda campuran nomor satu dunia yang juga musuh besar mereka, Zheng Siwei/Huang Yaqiong (China), 22-24, 21-16, 21-12. Kemenangan pada laga selama 63 menit ini sekaligus kado ulang tahun bagi Melati yang sehari sebelumnya tepat berusia 25 tahun.
”Tentu kami sangat senang dengan hasil ini. Dua kemenangan ini merupakan ajang pembuktian kalau kami bisa. Hasil ini juga menambah kepercayaan diri kami. Akan tetapi, perjalanan masih panjang dan kami tidak boleh cepat puas,” kata Praveen, seperti dikutip dari laman PBSI.
Praveen/Melati dipasangkan sejak 2018, setelah Debby Susanto, pasangan Praveen sebelumnya, memutuskan gantung raket. Setelah satu tahun berduet, Praveen/Melati baru memetik gelar perdana di Denmark setelah pasangan ini menelan kekalahan dalam lima laga final sebelumnya.
Kemenangan di Paris dalam laga yang disaksikan Duta Besar RI untuk Perancis Arrmanatha Nasir ini semakin lengkap karena diperoleh dari Zheng/Huang, yang kerap menjadi batu sandungan mereka. Pada dua musim terakhir, Praveen/Melati menelan enam kekalahan beruntun dari Zheng/Huang pada turnamen kategori Super 500 ke atas. Tahun ini, ganda nomor satu Indonesia itu kalah dari Zheng/Huang di Korea Terbuka, Singapura Terbuka, All England, dan Indonesia Masters. Rabu lalu, Praveen/Melati kalah di Denmark Terbuka dan Malaysia Masters.
Rentetan kekalahan itu tidak membuat Praveen/Melati patah arang. Pekan lalu, di Denmark, keduanya berhasil membuktikan kemauan keras dan usaha terus-menerus akan membuahkan hasil dengan mengalahkan Zheng/Huang pada babak perempat final. Keberhasilan itu menggenjot motivasi dan meningkatkan kepercayaan diri mereka sehingga bisa membawa pulang gelar juara.
Menegangkan
Laga final ganda campuran di Paris berlangsung ketat dan menegangkan sejak sejak gim pertama. Praveen/Melati sebenarnya punya peluang memenangi gim pembuka ini setelah selalu unggul hingga kedudukan 14-12. Namun, Zheng/Huang mampu mengejar dan berbalik unggul 20-17. Dalam posisi genting ini, Praveen/Melati merebut tiga poin beruntun dan menyamakan kedudukan menjadi 20-20. Namun, merkea gagal memanfaatkan kesempatan saat game point, 22-21, dan akhirnya menyerah 22-24.
Memasuki gim kedua, ganda Indonesia sempat tertinggal, tetapi tampil ngotot. Praveen yang menjaga bagian belakang lapangan mengandalkan pukulan jumping smash yang kuat dan akurat, hingga mencapai kecepatan 325 kilometer per jam. Praveen juga cerdik memilih titik jatuh bola sehingga tiga kali pukulan servisnya sejak poin 15-15 gagal dikembalikan lawan. Kemenangan pada gim kedua ini yang membuat mereka semangat untuk mengemas kemenangan di gim ketiga.
Praveen mengatakan, selama pertandingan ia berusaha menjaga pikiran positif, akan selalu ada kesempatan untuk menang. ”Apalagi, kalau sudah partai final, siapa yang lebih siap pasti bisa menang. Kuncinya, kami tak mau lengah dan menyerah begitu saja,” ujar Praveen.
Melati mengatakan, kunci kemenangannya adalah komunikasi dan saling mendukung. ”Kami percaya satu sama lain dan tidak menyerah meskipun harus ketinggalan dulu,” ujarnya.
Pelatih ganda campuran Indonesia Richard Mainaky sebelum laga berlangsung menuturkan, Praveen/Melati siap tampil maksimal dan berusaha untuk tidak terbebani dengan kemenangan mereka pekan lalu di Denmark. ”Kemarin saya hanya pesan singkat ucapan selamat ulang tahun untuk Melati dan pesan agar ia berusaha mati-matian memberikan yang terbaik untuk PBSI dan tentunya untuk Indonesia,” kata Richard.
Menurut Richard, ganda campuran China punya keunggulan bermain rapi dan konsisten dengan pola yang mereka terapkan. Zheng/Huang juga sabar dalam poin kritis. Namun, bukan berarti tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh pemain Indonesia. ”Apa celahnya tidak bisa saya uraikan, itu rahasia pemain saya,” kata Richard.
Menurut Richard, kemenangan Praveen/Melati sangat penting karena akan mempengaruhi posisi unggulan menuju Olimpiade Tokyo 2020. Oleh karena itu, dia minta pemain tidak cepat puas.
Jojo gagal
Sukses Praveen/Melati ini gagal diikuti Jonatan Christie yang harus menyerah kepada pemain kawakan China, Chen Long, 19-21, 12-21. Ini kekalahan kedelapan Jojo dari Chen Long dari delapan pertemuan mereka sejak 2015.
Kekalahan dari Cehn Long ini menyisakan rasa penasaran pada diri Jojo. ”Masih penasaran sebenarnya. Tadi seperti masih bisa dan masih ada harapan. Cuma saya main kurang sabar sedikit lagi. Di saat memimpin, saat selisih poinnya tipis, ketenangan dan disiplin menerapkan pukulan itu berkurang. Tadi setelah unggul beberapa poin terus tiba-tiba hilangnya cepat. Harusnya lebih sabar lagi. Karena Chen Long sebenarnya tidak sekuat dulu. Kalau saya lebih sabar, pasti peluangnya lebih besar,” ujar Jojo, yang masih mengejar gelar pertamanya di turnamen kategori Super 750.
Sementara itu, tunggal putri Korea Selatan An Se Young yang baru berusia 17 tahun membuat kejutan dengan mengalahkan peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Carolina Marin, 16-21, 21-18, 21-5. Ini menjadi gelar juara keempat An tahun ini, tetapi yang pertama dari turnamen Super 750.
Kevin/Marcus
Indonesia menutup Perancis Terbuka dengan merebut gelar ganda putra melalui pasangan nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Pasangan berjuluk ”Minions” ini menghentikan kejutan pasangan India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty‚ dengan 21-18, 21-16.
Dalam perjalan ke final, Rankireddy/Shetty tampil memukau dengan menyisihkan dua unggulan. Pada babak kedua mereka menang atas unggulan kedua, pasangan senior Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Pada semifinal, peringkat ke-11 dunia itu kembali membuat kejutan dengan kemenangan atas unggulan kelima asal Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe.
Namun, mereka belum mampu melewati kecepatan dan agresivitas Kevin/Marcus. Ini pun menjadi kemenangan ketujuh Minions atas pasangan India itu dalam tujuh pertemuan.
Gelar di Paris ini menjadi gelar ketujuh bagi Minions di ajang BWF World Tour 2019, setelah Malaysia Masters, Indonesia Masters, Indonesia Terbuka, Jepang Terbuka, China Terbuka, dan Denmark Terbuka. Sukses ini semakin mengukuhkan posisi mereka sebagai ganda putra terbaik dunia.