Hujan Masih Lokal, Belum Menandai Musim Kemarau Berakhir
Hujan mulai terjadi di sejumlah daerah di Pulau Jawa. Namun, hujan kali ini bersifat lokal karena sebagian besar Pulau Jawa baru akan memasuki musim hujan di bulan November 2019.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah suhu panas mereda, hujan mulai terjadi di sejumlah daerah, termasuk bagian selatan Jakarta dan Jawa Barat. Namun, hujan kali ini bersifat lokal karena sebagian besar Pulau Jawa, termasuk Jakarta dan sekitarnya, baru akan memasuki musim hujan pada November 2019.
”Hujan yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya belum menandai berakhirnya musim kemarau di wilayah ini. Angin regional di level troposfer bawah masih didominasi timuran yang kering,” kata Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Siswanto, di Jakarta, Senin (28/10/2019).
Menurut dia, hujan yang melanda Jakarta bagian selatan, Depok, sebagian Tangerang Selatan, dan Bekasi bagian selatan dipicu oleh perluasan awan konvektif yang tumbuh di selatan di wilayah pegunungan di wilayah Bogor hingga Sukabumi. Awan konvektif ini tumbuh karena pengangkatan massa udara akibat pemuaian pemanasan permukaan yang terjadi sepekan terakhir.
”Awan konvektif ini terangkat oleh sirkulasi lokal angin laut yang menuju daratan lebih tinggi atau pegunungan,” kata Siswanto.
Analisis iklim BMKG menunjukkan, pada akhir Oktober 2019 baru 69 zona musim dari 342 zona musim di Indonesia atau sekitar 20,2 persen yang mulai memasuki musim hujan. Beberapa daerah itu, di antaranya sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sulawesi Utara, Gorontalo, Bangka, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Pada akhir Oktober 2019, baru 69 zona musim dari 342 zona musim di Indonesia atau sekitar 20,2 persen yang mulai memasuki musim hujan.
Sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 161 zona musim atau 47,1 persen akan memasuki musim hujan pada awal hingga pertengahan November 2019. Wilayah Jakarta bagian selatan dan tengah diprediksi termasuk yang akan memasuki musim hujan di bulan November. Sementara Jakarta bagian utara, timur, dan barat diperkirakan baru rutin mendapat hujan pada awal Desember 2019.
Wilayah Jakarta bagian selatan dan tengah diprediksi termasuk yang akan memasuki musim hujan di bulan November.
Menurut Siswanto, sekalipun kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia belum berakhir, suhu panas berangsur berkurang. Hal ini karena gerak semu matahari semakin ke arah selatan. ”Kini giliran suhu Australia bagian barat yang dilaporkan mencapai 39 derajat celsius,” kata Siswanto.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo memperingatkan ancaman bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor dan puting beliung. ”Perubahan musim dapat ditandai dengan fenomena angin puting beliung yang bersifat merusak,” ujarnya.
Menurut data BNPB, selama Oktober 2019 telah terjadi 57 kali puting beliung yang menyebabkan 1 orang meninggal, 10 orang luka-luka, 462 mengungsi, dan 7.425 unit rumah rusak.
Dari jumlah rumah rusak tersebut, sebanyak 200 rusak berat, 898 rusak sedang, dan 6.327 rusak ringan. Fasilitas umum yang rusak sebanyak 37 unit yang mencakup 15 fasilitas pendidikan, 20 peribadatan, dan 2 fasilitas kesehatan.
Daerah yang mengalami puting beliung, antara lain, Jawa Tengah 21 kali; Jawa Barat 14 kali; Aceh, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan masing-masing 4 kali; Sumatera Utara 3 kali; Sumatera Barat 2 kali; Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Barat, dan Riau masing-masing 1 kali.
Agus menambahkan, sebagian wilayah juga sudah dilanda bencana banjir dan tanah longsor, seperti di Aceh, Kalimantan Tengah, dan Jawa Barat. Berdasarkan data BNPB, banjir terjadi 7 kali yang menyebabkan 1 orang meninggal, 285 mengungsi, dan 237 rumah terendam. Banjir terjadi di Aceh 5 kali, Sumatera Barat 1 kali, dan Sumatera Utara 1 kali.
Sementara tanah longsor terjadi 8 kali yang mengakibatkan 2 orang meninggal, 73 orang mengungsi, serta kerusakan pada 21 unit rumah dan 3 fasilitas umum terdampak. Tanah longsor terjadi di Jawa Barat 6 kali, Jawa Timur 1 kali, dan Sumatera Utara 1 kali.
Meski demikian, di sebagian daerah lain masih mengalami puncak musim kemarau dan dilanda kebakaran. ”Kebakaran hutan dan lahan masih terjadi di Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Beberapa gunung di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat juga mengalami kebakaran juga,” ujarnya.